Jumat, 05 September 2025

KH. Muhammad Arsyad (Rumpiang)


KH. Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Dakkan Noor, lahir di Tangsawa (Pematang Sawah) Amuntai, Senin, 3 Janmuari 1916 (bertepatan dengan 27 Shafar 1334 H), sekitar 10 km dari pusat kota.  Kh. Muhammad Arsyad disebut juga Guru Tuhan Rumpiang, mempunyai 2 orang saudara, yaitu Muhammad Syahdan (Guru di Tatah Amuntai) dan KH. Muhammad Zuhri.

Berlatar belakang pendidikan madrasah, di samping banyak mengaji “duduk” terutama dengan Syekh Sulaiman Wali (Desa Pakacangan) dan di Nagara.

Pada masa pendudukan Jepang, beliau pindah ke Rumpiang. Pada masa remaja, beliau berguru ke Darussalam Martapura terutama dengan KH. Syaikh Kasyful Anwar. Kemudian mengaji duduk dengan KH. Zainal Ilmi (Dalam Pagar), lalu kembali ke Rumpiang dan mengajar di Madrasah Tarbiyah al-Islamiyah (sekarang MIN 5 Banjar)  yang dipimpin langsung oleh beliau sebagai Kepala Madrasahnya.

Di bawah pimpinan panglima perang Hasan Basri, beliau ikut berjuang di aluh-aluh, kurau dan plaihari.

Telah berpulang ke rahmatullah pada tahun 1992 ( 1412 H).

Diantara pesan-pesan beliau:

“Hormatilah, muliakanlah  orang tuha, kuitan”

 

KH. Muhammad Rasyid



KH. Muhammad Rasyid bin H. Ludin, lahir di Desa Pajukungan, Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Diperkirakan beliau lahir disekitaran tahun 1899 atau diawal tahun 1900-an.

Semenjak kecil sudah menjadi yatim piatu, sehingga beliau berada dalam pengasuhan keluarga. Sebagaimana kebiasaan anak-anak pada masa itu, beliau belajar mengaji al-Qur’an dengan H. Sulaiman di Desa Pajukungan. Ketika remaja beliau berguru ke Nagara (Kabupaten Hulu Sungai Selatan) dengan hanya berjalan kaki dari desanya untuk menimba ilmu dengan Tuan Guru H. Arpan, Tuan Guru H. Samad Jagau Nagara, dan dengan Tuan Guru H. Abdurrahman Nagara. Sedangkan di Amuntai, beliau berguru dengan KH. Ahmad Sungai Banar, KH. Muhammad dan KH. Abdurrasyid.

Atas bantuan keluarga dan para dermawan, beliau berangkat ke Mekkah untuk berguru terutama dengan Tuan Guru Said Yamani, untuk mem,pelajari berbagai keilmuan seperti ilmu fiqih, ilmu tafsir, nahwu dan sharaf, hadits dan juga ilmu kewarisan (Faraid). Setelah 5 tahun mukim di Mekkah, beliau kembali ke kampung halaman dengan membuka majelis taklim yang bernama “Majelis Rasyidah”. Pada tahun 1969, beliau kembali menunaikan ibadah haji dengan membawa istri dan anak beliau yang bernama H. Muhammad Noor Rasyid (Mantan Kepala Urusan Agama (KUA) Kecamatan Babirik).

Diantara murid-murid beliau yaitu Gusti Imansyah (Guru Murad) Ponpes Darussalam Martapura, Gustu Romansyah (Jambu Burung),  KH. Abul Hasan (Sungai Turak), H. Muhammad Sapri (Babirik), H. Khaidir Ahmad (Babirik),  sedangkan dari pulau jawa diantaranya H. Sabran (Imam Mesjid Sidoarjo) dan Ahmad Bakri (Gempol, Jawa Timur).

Tepat pada hari raya ‘Idul Adha, senin, 13 Januari 1977 (bertepatan dengan 10 Zulhijjah 1392 H). Di makamkan di Desa Pajukungan.

 

KH. Muhammad Arsyad



KH. Muhammad Arsyad lahir di Amuntai, Senin, 12 Februari 1917 (bertepatan dengan 19 Rabiul Akhir 1335 H). Pendidikan dasar ditempuh di Madrasah Muallimin hingga selesai. Pada masa remaja, disamping berguru dengan orang tua sendiri, beliau juga menimba ilmu “mengaji duduk” dengan sejumlah ulama diantaranya dengan KH. Ahmad Mansur, KH. Abdurrahman Siddik, KH. Jamal, KH. Abdul Hamid, dll.

Pindah ke Kotabaru diperkirakan pada awal tahun 1940-an.  Di Kotabaru beliau menbgajar di Sekolah Arab (1942 -1953). Pada masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan RI, beliau aktif menjadi anggota organisasi rahasia bawah tanah sebagai juru dakwah (1946). Kemudian, pada saat kedatangan NICA Belanda, beliau bergabung dalam Kesatuan ALRI Divisi Pertahanan Kalimantan dengan tugas sebagai Badan Kehakiman (1947) yang berpusat di Hulu Sungai.

Berbagai aktifitas organisasi dan keseharian beliau, diantaranya: menjadi guru agama di SR Baharu Kotabaru, menyelenggarakan Majelis Taklim, menjadi pengurus Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Rais Syuriah (1973), menjadi petugas P3NTR (1973 – 1977), Ketua Majelis Pertimbangan Cabang  PPP Kotabaru, Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kotabaru (1991).

Telah berpulang ke rahmatullah pada Minggu, 15 Juni 2003 (bertepatan dengan 15 Rabiul Akhir 1424 H). Dimakamlan bersebelahan dengan istri beliau Hj. Bariah di Alkah Keluarga samping pekuburan Muslimin Mesjid Jami’ “Baitul Abrar” Kotabaru.

 

KH. Ibramsyah bin Indra

 


KH. Ibramsyah bin Indra lahir pada Jum’at, 31 Desember 1948 (bertepatan dengan 30 Shafar 1368 H). Adalah Muassis Yayasan Pendidikan Islam “Miftahussalam” Desa Sinar Bulan, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu.

KH. Ahmad Tarmizi

 


KH. Ahmad Tarmizi bin H. Imanuddin bin H. Qasim, lahir di Amuntai, adalah kakak dari KH. Ahmad Bakri (Pendiri Pondok Pesantren “al-Mursyidul Amin” Kabupaten Banjar).

Berpulang ke rahmatullah pada tahun 2001 (1422 H). Dakwah kemudian dilanjutkan oleh putra-putra beliau, diantaranya Ustadz Dihyah Abdi (Pendidik di Ponpes “al-Mursyidul Amin”) dan Usstadz Hifzirrahman (Pimpinan Majelis taklim “Ar-Rahman” Desa Tambak Sirang darat Kecamatan Gambut.