Minggu, 26 Januari 2020

HABIB ALWI bin ABDILLAH al-HABSYI



Habib Muhammad Alwi adalah putera dari pasangan Habib Abdillah al-Habsyi (Desa Pamintangan) dan Hj. Uflihah binti KH. Muhammad Janawi.

Diantara kalam beliau:

“Di Majelis taklim inilah tempat untuk menuntut ilmu dan memperhatikan daripada ajaran Nabi. Di Majelis Taklim inilah turun daripada rahmatnya Allah sebagaimana airt hujan turun ke dunia ini yang menumbuhkan segala tanaman. Amun (jika) kita diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala “jimus” (basah kuyup) kita ini semuanya”

“Kalau orang “garing” (sakit) kada (tidak) diobati, kada diminumi, kada dimakani, 3 hari, insya Allah, mati. Demikian pula dengan hati manusia, bila kada diisi dengan ilmu, dengan hikmah-hikmah, dengan kisah-kisah dalam al-Qur’an, maka mati akan mati”.

“Kita ini kadang, hadits sudah banyak, qur’an sudah banyak disampaikan, perkataan ulama dan mubaligh sudah tapi kada manfaat. Ada apa dengan diri kita. Bisa-bisa sudah ditutup oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka Majelis Taklim inilah yang dapat membukanya”.

“Makanan orang dermawan itu menjadi obat. Di Majelis itu bila makan gancang (makan yang lahap) malah dianjurakan, apalagi makan di wadah habaib atau kyai, karena apa ? karenan makanannya orang yang dermawan itu menjadi obat, apalagi makanannya orang alim lagi dermawan”,

“Carilah ilmu dimana-mana saja. Jangan sampai dalam 3 hari kada manuntut ilmu. Sungguh beruntung orang yang duduk bersama wali atau melihat wajah orang yang pernah melihat wali”.

Drs. H. ABDUL HARIS MAKKI, M.Si




Drs. H. Abdul Haris Makkie, M.Si lahir di Amuntai, Kamis, 10 Mei 1962 M (bertepatan dengan 5 Zulhijjah 1381 H). Beliau tidak lain adalah putera dari KH. Ahmad Makki.
Beberapa jabatan dalam keorganisasian, diantaranya sebagai Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) SMASA Banjarmasin, Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kalsel, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalsel Periode 2017 – 2022. Sedangkan jabatan di pemerintahan adalah sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalimantan Selatan.

Diantara kalam beliau:

“Hendaknya setiap hari setiap saat (kita) mengamalkan dan membaca al-Qur’an, karena disanalah ada keberkahan”.

“Seorang santri (hendaknya) tidak hanya pintar mengaji, tetapi juga harus memahami soal-soal sosial kenegaraan dan bidang strategis lainnya, sesuai dengan zamannya”.