Minggu, 30 Juli 2017

KH. NURDIN YUSUF



KH. Nurdin Yusuf lahir di Amuntai pada tahun 1940 M (1359 H). Beliau belajar dakwah dengan Tarmidzi Abbas dan KH. Rafi’i Hamdi di Lembaga Pendidikan Kader Dakwah Praktis (LP-KDP).
Beliau pernah menjadi Ketua Muhammadiyah KotaBanjarmasin dan Ketua MajelisUlama Indonesia (MUI) Kecamatan Banjarmasin Barat.

Diantara kalam beliau:

“Jekaskan kepada mereka, jangan mengata Muhamadiyah, tetapi Muhammadiyah, dobel M. Dalam bahasa arab al-qur’an itu Mim tasydid, dalam istilah ilmu tajwid Ghunnah musyaddah. Setiap ada Mim tasydid dan Nun tasydid dalam al-Qur’an, namanya ghunnah musyaddah, wajib didengungkan”.

“Pengertian Muhammadiyah secara bahasa, etimologi, Muhammadiyah itu berasal dari bahasa Arab, Muhammad yaitu nama Rasul dan Nabi yang terakhir, kemudian mendapatkan tambahan Ya nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi menurut bahasa Muhammadiyah artinya pengikut Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam. Dengan demikian, semua Islam yang mengakui dan mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam ia adalah Muhammadiyah. Tapi tidak semua orang Islam itu Muhammadiyah, artinya tidak semua ummat Islam melaksanakan sunnah-sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam”

“Secara istilah, terminologi, Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar, kemudian beraqidah Islam dan bersumber kepada Al-Qur’an dan al-Hadits. Gertakan tertsebut bernama Muhammadiyah dengan maksud agar kita dapat mencontoh atau ber tafaul terhadap jejak dan perjuangan Rasulullah Muhammad sahallallahu ‘alaihi wasalam didalam menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam agar terwujud masyarakat yang Islami dan berada dalam redha serta lindungan dan ampunan Allah Subhanahu wa ta’ala”.

H. AHMAD BUGHDADI, S.Ag,M.HI



H. Ahmad Bughdadi, S.Ag, M.HI bin H. Syakerani, lahir di Amuntai, Sabtu, 15 Juni 1974 M (bertepatan dengan 24 Jumadil Awal 1344 H). Beliau adalah seorang qari yang mengharumkan nama daerah sampai ke tingkat internasional, yaitu sebagai juara kedua pada MTQ Tingkat  Internasional di Libya  (2004).
Pendidikan yang pernah pernah ditempuh, yaitu MI “Hidayatussibyan” (1988), Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah diselesaikan di Normal Islam Rakha Amuntai (1991dan 1994). Kemudian melanjutkan S-1 pada STAI Rakha Amuntai mengambil jurusan  Syari’ah (2001) dan kemudian kuliah S-2 di IAIN Antasari Banjarmasin (selesai  tahun 2014).

Beliau adalah salah seorang qari terbaik yang dimiliki oleh kalsel. Tahun 1998 menjadi juara I pada MTQ tingkat Kabupaten Hulu Sungai Utara, Ketika MTQ tingkat Propinsi yang diadakan di  Banjarmasin mendapatkan peringkat ke-II. Kemudian pada MTQ tingkat propinsi yang diadakan di Amuntai memperoleh juara I (2000). Pada MTQ Tingkat Nasional di Palu memperoleh Juara Harapan II. Kemudian tahun 2003 ketika MTQ Tingkat Propinsi diadakan di Tanjung kembali  mendapat predikat I. Tahun 2003 mendapat juara II pada MTQ tingkat Propinsi di kota Palangkaraya (2003), dan ditahun 2004 mendapat juara II pada Kejuaraan MTQ tingkat Internasional di Libya.
Dalam keorganisasian, beliau aktif sebagai Ketua Komisariat PMII STAI Rakha Amuntai (1999-2001), Ketua IPNU Kabupaten HSU (2001-2003), Wakil Ketua PD ICMI Kab. HSU (2008-2013), Ketua PW Jam’iyyatul Qurro wal Huffazh (JQH) NU periode 2013-2018. Koordinator Bidang Diklat LPTQ Propinsi Kalsel(2015-2018), serta Wakil Direktur LPPTK PWW BKPRMI Kalsel (2016-2022).
Sebelum pindah ke Kantor Wilayah Departemen Agama Prop. Kalsel di Banjarmasin, beliau adalah PNS  pada kantor Departemen Agama Kabupaten Hulu Sungai Utara, menjadi dosen di Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an (STIQ) Amuntai serta menjadi coordinator dan presenter acara keagamaan di Televisi local  “Amuntai  Televis” (AMTV).


Diantara kalam beliau:

“Allah Maha Penyayang, Allah Maha Rahman Maha Rahiim tidak ingin hamba-hambanya terlena dengan kehidupan dunia, maka diberikanlah ramadhan, diberikan kesempatan kepada kita untuk mengembalikan visi dan misi kehidupan kita bahwa ada hidup sesudah mati yang lebih utama, “walal aakhiratu khairun-laka minal uulaa(adh-dhuha (93):4)”

“Ihsan itu adalah perbuatan baik, ibadah dan sebagainya yang menunjang keimanan dan keislaman itu sendiri. Dimana, Islam tanpa ditunjang oleh amal shaleh, amal-amal baik tidak ada gunanya. Jadi orang yang paripurna ketaqwaannya adalah orang yang imannya kuat, keislamannya mantap dan ihsannya juga terlaksana dengan baik”.

“Apapun kebajikan yang kita lakukan yang ikhlas semata-mata karena Allah, karena iman kepada Allah, maka itu sangat besar disisi Allah nilainya”.

“Dalam konteks yang lebih luas, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Ya Ayyuhalladzina amanurka’u wasjudu wa’budu rabbakum waf’alul khaira la’allakum tuflihun (QS.al-Hajj (22): 77). Jadi Allah menyuruh kepada kita untuk melakukan ruku’, sujud menyembah kepada Allah, tetapi dalam konteks yang lebih luas adalah “waf ‘alul khaira” (yaitu) melaksanakan amal baik, apa saja, luas sekali. Tidak saja shalat, tidak Cuma puasa, tidak hanya dzikir, tidak Cuma baca qur’an, (tetapi) senyuman kita kepada teman juga termasuk ibadah”.