Selasa, 25 September 2018

KH. MUHYIDDIN ZAMZAM



KH. Muhyiddin  Zamzam lahir di Desa Pamintangan, Amuntai pada tahun  1946 M (1365 H). Nama lengkap beliau adalah KH. Muhyiddin (Mahyuddin) bin  KH. Zamzam bin H. Abdurrahman bin Fair.  


Beliau pernah menjadi pendidik pada PGA Rakha Amuntai. Namun sejak tahun 1969 sampai sekarang masih bermukim di Mekkah al-Mukarramah dan menjadi Imam tetap Masjid “Garrarah” Mekkah Saudi Arabia.
KH. Muhyiddin adalah adik dari KH. Amir Husaini Zamzam (tokoh Ponpes Rakha dan seorang budayawan). Beliau juga ada membuat beberapa kitab atau risalah, diantaranya : “Kitab Pelajaran Ilmu Tajwid”, “Kitab Manasik Haji dan Umrah”, “ Risalah Do’a Mustajab” dan lain-lain.


Diantara kalam beliau:

“(Dalam berdo’a) apabila  berhasil maka bersyukurlah kepada Allah, tetapi kalau tidak, ulangilah satu kali dua kali dan seterusnya. Kalau tetap tidak berhasil, maka perlu instrospeksi diri, siapa tahu ada kekurangan pada diri kita” (dipetik dari “Risalah Do’a Mustajab” oleh H. Muhyiddin Zamzam, hal, 40)

Sabtu, 22 September 2018

KH. SYAIFUL RAHMAN



KH. Syaiful Rahman bin H. Syukri, lahir di Batumandi, Kabupaten Hulu Sungai Utara (sekarang masuk wilayah Kab. Balangan), Januari 1965. Pernah menimba  ilmu di Madrasah Tsanawiyah Belitung  Banjarmasin, kemudian menjasi santri Ponpes “Al-Falah” Banjarbaru (1980-1985) setelah itu menjadi pengajar di Ponpes tersebut.
Beliau seorang qari’. Pernah menjadi juara I tingkat remaja pada MTQ di Kabupaten  Banjar, kemudian juara II MTQ tingkat kota Banjarmasin. 


Keseharian adalah mengisi pengajian pada berbagai majelis taklim di kota Banjarmasin serta menjadi  Imam besar shalat Rawatib di Masjid Raya “Sabilal Muhtadin” Banjarmasin. Beliau juga menjadi pimpinan Majelis Taklim yang diberi nama “al-Mahya


Diantara kalam beliau:

“(yang) dimaksudkan mencari lailatul qadr bukan berarti kita disuruh melihat ke langit dan keadaan alam. Namun, disuruh beribadah penuh, melihat atau tidak melihat lailatul qadr dimana saja ia tempatnya maka orang itu kedudukannya disisi Allah lebih dari pada orang yang berumur 1000 bulan. Harus diingat, jangan malamnya saja beribadah, tetapi siangpun dilakukan dan jangan tinggalkan shalat 5 (lima) waktu. Perbanyak baca al-Qur’an, zikir, shalawat, pokoknya baca surah-surah yang bisa saja. (karena) orang-orang terpilih saja, yang diistimewakan Allah Subhanahu wa ta’ala yang bisa melihat keajaiban tersebut”.

“Menurut para ulama, ada 4 (empat) perkara yang menyebabkan seseorang tertolak dari maghfirah (keampunan) Allah, khusus ramadhan dan bulan lainnya, yakni durhaka kepada orang tua, memutuskan silaturrahmi, orang yang bertengkar antar sesame serta orang yang memakan dan meminum obat-obatan yang memabukkan. Tidak ada gunanya beribadah jika empat perkara ini tidak diselesaikan terlebih dahulu, dalam artian kita (harus) tobat, berhenti dari perbuatan tersebut. Dalam hukum Islam, mereka (yang seperti) itu tidak akan dapat sorga”.

“(dalam hal memperingati tahun baru) : “Secara tertulis memang tidak ada contoh, tetapi mengambil dari hadits, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam pernah bersabda : “Barangsiapa hari ni (atau tahun ini) lebih baik dari hari (tahun) kemaren, maka itu adalah orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini (tahun ini) sama dengan hari (tahun) kemaren, maka itu adalah orang yang tertipu, dan barang siapa hari ini (tahun ini) lebih buruk dari hari (tahun) yang telah lewat, maka itu termasuk orang yang terkutuk” (HR. Hakim). Dengan adanya hadits tersebut kita memperingati tahun baru, karena sebagai bagian dari  mensyukuri nikmat umur yang ada”.

“Sudah seharusnya kita kembali instrospeksi diri. Hentikan segala kemaksiatan”.

H. NASRULLAH AR, S.Pd.I, MH




H. Nasrullah AR, S.Pd.I, MH lahir di Amuntai, Rabu, 22 Maret 1978 M (bertepatan dengan 12 Rabiul Akhir 1398 H). adalah alumnus dari Pondok Pesantren “Rasyidiyah Khalidiyah” Amuntai. Sejak remaja sudah aktif berorganisasi, diantaranya sebagai anggota Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Hulu Sungai Utara, Anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), dan lain-lain.
Adapun berbagai jabatan yang pernah diduduki, diantaranya sebagai Sekretaris Jenderal Angkatan Muda Ka’bah (AMK), Sekretaris Lembaga Pengembaangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kabupaten Hulu Sungai  Utara, Anggota DPRD Propinsi Kalimantan Selatan dari Fraksi PPP, Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Selatan periode 2012 – 2017, dan menjadi Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Kalsel  periode 2018 – 2023, serta pernah menjadi Pengurus Masjid Raya “Sabilal Muhtadin” Banjarmasin.

Diantara kalam beliau :

“Ummat Islam sebenarnya memiliki benteng-benteng pertahanan untuk menghadapi perubahan zaman. Ajaran Islam, bila dipelajari dan dilaksanakan secara benar maka akan cukup kuat menjadi benteng aqidah. (Karena) Al-Islam shalihu fikulli zaman wal makan. Artinya, Islam itu relevan pada setiap tempat dan zaman. Maksudnya, tidak ada yang perlu diubah dari ajaran Islam karena secara otomatis sudah sesuai, bagaimanapun zaman itu berkembang”.
“Islam yang moderat itu, pedomannya, pertama, toleransi dalam konteks tetap “Lakum dinukum waliyadin” atau “Lana a’maluna walakum a’malukum”, yang maksudnya agamamu agamamu, agamaku adalah agamaku. Yang kedua, keseimbangan antara keimanan dan sosial yang ketika diperlukannya keadilan dalam konteks yang luas”.

“Kita ini hidup dalam rentang yang sangat jauh dari masa kehidupan Rasullah. Jadi semakin kita mengingat Nabi semakin sering kita mempelajari sejarah perjuangannya, maka akan lebih bertambah pengetahuan kita tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam. Dari situ akan lebih tumbuh lagi kecintaan  kita”.