Minggu, 04 September 2022

Ustadz H. SYAIFULLAH BAHRUNI

 

Ustadz H. Saifullah Bahruni adalah salah seorang da’i ilallah dari Desa Jarang Kuantan, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Kita bakumpulan saling bermudzakarah, saling ingat mengingatkan, ini termasuk silaturrahim juga ngarannya”

“Termasuk daripada menyambung silaturrahmi, yakni melupakan kesalahan keluarga, melupakan kesalahan kerabat keluarga lainnya”.

GURU ABDURRASYID

 

Ustadz atau Guru Abdurrasyid, lahir di Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Rabu, 5 Mei 1976 (bertepatan dengan 5 Jumadil Awwal 1396 H). Sekarang menjadi pendidik di Pondok Pesantren “al-Mursyidul Amin” Gambut.

Diantara kalam beliau:

“Kita harus yakin, kalau sudah kita syukuri apa yang ada, yang diberi oleh Allah, maka Allah akan membalas lagi dengan menambah Allah akan engkau daripada nikmat-nikmat-Nya. Tapi, manusia itu banyak nang kada ingat lawan nang mambari nikmat, rasa saurang ha, padahal nang mambari tu Allah. Bujur saurang nang manggawi tapi nang mambari Allah Subhanahu wa ta’ala”.

“Mensyukuri atas nikmat dapat menimbulkan rasa aman dari kehilangan nikmat, maka jagalah nikmat yang ada dengan bersyukur. Sesungguhnya maksiat itu menghilangkan nikmat”.

“Allah telah memberi kita sehat badan, dan sempurna akal pikiran dan batang tubuh kita juga diberi Allah dengan sempurna, masa kita kada bersyukur? Masa kita kada manggawi apa yang diwajibkan oleh Allah karena Allah telah memberi bermacam-macam nikmat kepada kita”.

DR. H. HADARIANSYAH AB

 

DR. H. Hadariansyah AB, lahir di Desa Tapus Dalam Hulu, Kecapatan Sungai Pandan Alabio, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kamis, 21 Februari 1957 (bertepatan dengan 21 Rajab 1376 H). Alumni S1 IAIN Antasari Banjarmasin (1984), setelah itu mengambil program magister di IAIN Ar-Raniry (1993), sedangkan gelar Doktor diperoleh setelah berhasil mempertahankan disertasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2001).

Disamping menjadi dosen jurusan aqidah filsafat di IAIN/ UIN Antasari, beliau juga menjadi khatib jum’at dibeberapa mesjid di kota Banjarmasin dan sekitarnya.

Beberapa karya ilmiah yang beliau tulis diantaranya : Pemikiran-pemikiran teologi dalam sejarah pemikiran Islam (Banjarmasin : Antasari Press, cet. 2, 2010), Konsep al’al al ‘ibad dalam pemikiran teologi tokoh-tokoh besar aliran asyariah (Telaah perbandingan atas pemikiran al-Asy’ari, al-Baqilani, al-Juwaini dan al-Ghazali) (Jurnal ilmiah Ushuluddin 8(1) hal 49-70, 2009), Mengungkap aspek pemikiran teologi dalam doktrin akidah kaum syi’ah (Jurnal ilmiah ilmu ushuluddin 9 (2), hal. 111-128, 2017)

 

Diantara kalam beliau:

“Sebutan “af-al al-‘Ibad” jika dilihat dari segi bahasa, berarti perbuatan-perbuatan hamba. Hamba dimaksud disini ialah manusia. Dengan demikian, af-al al-‘ibad bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan perbuatan manusia. Dari segi istilah dalam imu kalam (Teologi Islam), yang dimaksud af-al al-‘Ibad ialah perbuatan manusia dalam hubungannya dengan perbuatan Tuhan. Oleh karena dihubungkan kepada perbuatan Tuhan inilah maka masalah af’al al-‘ibad masuk menjadi bagian pembicaraan di dalam teologi Islam”. (Hadariansyah AB, “Tokoh-tokoh besar aliran asy’ariyah, Telaah perbandingan atas pemikiran al-Asy’ari, al-Baqillani, al-Juwaini dan al-Ghazali

“Dalam hukum Islam, perbuatan manusia dilakukan oleh manusia sendiri. Sebab, kalau sekiranya perbuatan manusia itu bukan dilakukan oleh manusia, tidak mungkin Tuhan membebani manusia dengan taklif berupa beban kewajiban agama yang harus dikerjakan oleh manusia.” (idem)

“Filsafat dan logika dapat mempengaruhi seseorang untuk berfikir rasional dan logis. Apabila berfikir rasional dan logis dihadapkan kepada soal perbuatan manusia, apakah perbuatan manusia itu dilakukan oleh manusia sendiri ataukah dilakukan oleh Tuhan, sedang dalam kenyataan perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang jahat, dan Allah di dalam al-Qur’an telah menyatakan bahwa Ia akan memberikan ganjaran pahala atas perbuatan baik yang dilakukan manusia dan balasan siksa atas perbuatan jahat yang ia lakukan, maka pemikiran yang rasional dan logis akan berkesimpulan bahwa perbuatan manusia itu dilakukan oleh manusia sendiri”. (idem)