Sabtu, 22 Desember 2018

Ustadz H. AHMAD MAKKI, S.Pd



Ustadz H. Ahmad Makki, S.Pd lahir di Amuntai, Sabtu, 30 Juli 1982 (bertepatan dengan 19 Syawal 1403 H) adalah seorang sarjana lulusan STAI Darul Lughah wa Da’wah. Sekarang menjadi pendidik di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Hulu Sungai Utara.


Diantara kalam beliau:

“Kita ini semuanya sibuk, tapi manfaatkan kesibukan tersebut sebesar-besarnya untuk negeri akhirat. 24 jam kita diberi waktu (sehari semalam), ada masanya kita bersama keluarga, ada masanya dengan masyarakat, dengan jiran tetangga, dan dengan orang-orang yang berkepentingan dengan kita, dan sebagainya, tapi jangan lupakan bahwa kita punya al-Khaliq, yang menciptakan, jangan sampai kita melalaikan diri dari ingat kepada Allah, (karena) sudah jelas bahwa kita diciptakan untuk beribadah (kepada-Nya)”.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, bahwa barangsiapa diwaktu pagi, diwaktu subuh sudah mengadukan hal keadaannya kepada manusia tentang kesusahan hidupnya, mks orang tersebut adalah dia seakan-akan mengadukan apa yang telah diperbuat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepadanya”. Semestinya, kita sebagai orang Islam, sebagai orang beriman, Allah Subhanahu wa ta’ala adalah sandaran kita, adalah pegangan kita, makan janganlah kita sampai memohon, meminta, mengadu kepada selain daripada Allah. Sangat dilarang sekali kita apabila kita mempunyai masalah yang kita utamakan adalah curhatnya kita bukan kepada Allah tetapi bakisah lawan kawan dekat. Nang baik tu, di malam hari bangun, mungkin kerjakan tahajjud, mungkin dengan membaca al-Qur’an seraya munajat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, ini yang terbaik”.

KH. JAFRI ASMUNI


KH. Jaferi Asmuni lahir di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah seorang ulama yang sangat berjasa di dalam mengembangkan agama Islam di Kabupaten Barito Kuala. Beliau hijrah ke kawasan paling ujung di kabupaten Batola pada sekitar tahun 60-an, tepatnya di pelosok Desa Murung Raya, Kecamatan Bakumpai.
Sejak awal beliau tinggal di wilayah Sungai Rambai yang jauh terasing dari hiruk pikuk suasana perkotaan, yang beliau lakukan pertama kali adalah beradaptasi dengan penduduk lokal yang masih menganut dan percaya pada tradisi-tradisi nenek moyang. Beliau baru mulai menjalankan tugas dakwah pada tahun 1970-an, saat beliau sudah mengenal benar karakter  penduduk setempat, yaitu dengan memberikan ceramah dan membuka majelis taklim di tempat ibadah satu-satunya di sungai Rambai, yaitu di langgar “Nurul Iman”.
Yang beliau ajarkan kepada masyarakat adalah mengenai  tata cara pelaksanaan berbagai ibadah sehari-hari serta pengajaran sifat-sifat Allah sebagai fondasi aqidah, yang sering disebut sifat dua puluh.
Setelah tinggal di Sungai Rambai beberapa tahun, beliau kemudian pindah ke desa Benua Anyar yang juga masih berada di kecamatan Bakumpai. Sewaktu tinggal di desa Banua Anyar ini beliau sakit dan oleh keluarga dibawa ke Amuntai hingga berpulang ke rahmatullah dan dimakamkan di Amuntai.