Minggu, 14 Mei 2023

Ustadz AHMAD MUSLIM

 


Ustadz Ahmad Muslim adalah salah seorang da’i ilallah dari Desa Cangkering, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Ulama-ulama dahulu pernah berbeda pendapat tentang masalah mulia mana seorang alim tapi masih katuju (suka) berbuat fasiq, katuju berbuat nang kada sanonoh. Atau mulia mana dengan seorang ‘abid, ahli ibadah tapi kada katuju manuntut ilmu. (Maka) kebanyakkan ulama berpendapat (bahwa) tamulia (lebih mulia) orang alim meskipun inya masih berbuat fasiq daripada orang ahli ibadah tetapi kada katuju manuntut ilmu”.

“Kaya apa caranya agar kita ini mudah bersyukur? Caranya ujar ulama adalah dengan cara pandang oleh kamu kepada orang yang lebih rendah daripada masalah dunia, tetapi untuk masalah akhirat padang porang yang lebih tinggi daripada kita”.

“Nang ngaran syukur itu ada kaitannya dengan lisan, ada kaitannya dengan hati, ada kaitannya dengan tubuh, ada kaitannya dengan harta. Syukur dengan lisan bagaimana? Yaitu baanyak-banyak mengucap Alhamdulillah.”

“Sujud syukur itu ada syarat-syaratnya, ada ketentuan-ketentuannya. Kadang-kadang kita ini hendak ba-amal ibadah saja tetapi ilmunya kada tahu, lalu bisa tertolak di sisi Allah. Sujud syukur itu hukumnya sunnah. Sunnah itu maksudnya Rasulullah dan sahabatnya manggawi. Kapan digawinya ? Yaitu ketika mendapatkan nikmat yang baru. Misalnya, bini (istri) kita melahirkan, maka sunnah ketika itu kita sujud syukur. Atau ketika terhindar dari bala dan musibah. Misalnya, rumah tetangga kebakaran sedangkan kita kada, maka sunnah ketika itu mengucap Alhamdulillah kemudian sujud syukur. Cuma jangan disitu (ditempat itu). Jadi untuk pribadi kita, kita dianjurkan bersyukur karena terhindar dari musibah kebakaran, tapi untuk atau terhadap saudara kita yang mendapat musibah kita tetap berbela sungkawa, sedih dan mendo’akan semoga mendapat gantinya”.

“Kadada sujud syukur itu didalam sembahyang. Artinya didalam sembahyang itu kadada sujud syukur. Yang ada sujud saja, karena sujud syukur ini ada niat dan rukun-rukunnya dan lain-lain sebagainya. Apabila hendak kita syukur saja di sujud terakhir”

“Sujud tilawah boleh didalam dan di luar sembahyang, tetapi sujud syukur hanya boleh di luar sembahyang karena ada syarat dan ketentuannya”.

“Syarat sujud tilawah dan sujud syukur  adalah syarat sembahyang, diantaranyasuci badan, suci pakaian dan suci tempat”.

“Dan apabila kita kada suci atau dalam keadaan kada ba-wudjhu, (maka) gantiannya adalah (membaca) tasbihat 4 kali, yaitu membaca : Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaaha ilallah wallahu akbar. La haula wa la quwwata ila billahil ‘aliyil ‘adzim (4 kali)”

Muallim H. MASIYANI

 


Muallim H. Masiyani, lahir di Lampung, Minggu, 6 November 1966 M (bertepatan dengan 23 Rajab 1386 H). Menjadi pendidikan dilingkungan Pondok Pesantren “Rasyidiyah Khalidiyah” Amuntai. Sekarang tinggal di Kotaraja, Kecamatan Amuntai Selatan.

Diantara kalam beliau:

“Allah adalah yang berhak disembah. Yang lain daripada Allah tidak berhak disembah. Allah adalah nama bagi Dzat yang wajib ada. Pada Dzatnya itu ada sifat-sifat kesempurnaan, diantaranya Dia ada tidak bertempat, Dia sedia tidak ada awal wujudnya, Dia kekal tiada akhir wujudnya, Dia berbeda dengan semua makhluk, Dia tidak berhajat kepada makhluk tetapi makhluk berhajat kepada-Nya, Dia Esa tidak trinitas tidak trimurti, Dia Maha Kuasa, Dia Berkehendak, Dia Melihat, Dia Mendengar, Dia Hidup, Dia Berkata-kata, dan Dia mempunyai sifat-sifat kesempurnaan lainnya yang tidak terhingga. Ini wajib kita imani, wajib kita yakini, tidak boleh dzan (menduga-duga), tidak boleh syak (ragu-ragu) dan tidak boleh Wahm (mengira-ngira)”.

“Apa-apa yang Allah firmankah dalam al-Qur’an karim, wajib kita mengimani, wajib percaya walaupun kisah-kisanya diluar daripada jangkauan aqal kita, (maka) itu wajib kita imani karena Allah yang mengkhabarkannya”.

“Wa’ad, janji baik (dari Allah) percaya kita, (yaitu) orang yang beramal kebaikan akan Allah berikan sorga, orang yang bertaubat akan Allah ampuni. Percaya kita akan itu. Wa’id, janji buruk. (bahwa) orang yang musyrik, orang yang kafir bila inya (dia) mati kekal dalam api neraka. Percaya kita akan itu. Iman ini namanya. Iman ini jangan alang-alang, (wajib) yakin, jangan ragu-ragu, jangan dzan, jangan syak, dan jangan wahm”.

“Hendaklah kita memperbanyak amal shaleh. Amal artinya perbuatan. Shaleh artinya baik, yaitu baik menurut Allah Subhanahu wa ta’ala”.

Ustadz H. RUSDI

 


Ustadz H. Rusdi adalah salah seorang da’i ilallah dari Desa Sungai Banar, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Karena setiap taubat (yang ikhlas) itu adalah suatu amalan yang diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Ada 2 amalan yang diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, yaitu 1) taubat dan 2) shalawat. Kalau shalawat walaupun riya’ tetap diterima. Kalau taubat diterima Allah jua asal cukup syaratnya. Syaratnya : 1) menyesal, 2) niat kada mengulangi lagi, 3) membaca istighfar, dan 4) apabila ada hak orang, kembalikan. Apabila cukup syaratnya insya Allah diterima”.

“Apabila “Ba-amalan” itu amun (jika) hendak tahu berkatnya, hendak tahu keramatnya, hendak tahu fadhilatnya, maka amalakan dahulu selama 2 tahun secara ikhlas. Baca/ amalkan hari-hari, dawamkan, kaena (nanti) kelihatan-ai”.

“Setiap dosa itu menghalangi setiap do’a-do’a kita”

“Apabila ada permasalahan nangapakah (apa saja) pada diri jangan mencangangi  orang jangan menyambat orang dulu, tapi bacaramin (instrospeksi) dulu kita, dimana salahnya kita”.

“Kita perlu saksi perbuatan kebaikan, walaupun kita kada handak minta lihat, kada, kada handak riya’, kada. Cuma perlu banar pian saksi kebaikan ini. Karena tidak ada daripada seseorang yang meninggal dunia (kemudian) disaksikan oleh 4 prang terlebih-lebih oleh tetangganya maka segala kebaikannya akan diterima Allah Subhanahuwa ta’ala. Maka (berbuat) baik dihadapan orang itu perlu”.

Ustadz H. Muhammad Sakinul Jinan, Lc

 


Muhammad Sakinul Jinan, Lc adalah putra bungsu dari KH. Muhammas Syaukani Lc, desa Pamintangan, Kecamatan Amuntai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Beliau adalah alumni Universitas al-Azhar, Cairo, Mesir.

Diantara kalam beliau:

Diantara semua karunia yang diturunkan Allah di bulan Ramadhan, seperti pahala (yang) dilipatgandakan, maghfirah, pintu keampunan dibuka lebar. Diantara semua karunia itu, satu yang jangan sampai kada (tidak) dapat, yaitu keampunan. Yang lain (seandainya) kada dapat, yang ini jangan sampai kada. Sebab orang yang pahalanya banyak belum tentu masuk sorga, tetapi orang yang (misalnya) ibadahnya biasa-biasa saja, tetapi dosanya O (nol) atau tidak ada, itu jelas terbebas dari neraka. Jadi biasakan beristighfar, (sebab) imbah (setelah) beristighfar itu dosanya nol, barasih.”

“Ucapan “La ilaaha ilallah”, kalau ditimbang dengan dunia danseisinya, maka lebih berat La ilaaha ilallah. Makanya ketika akan (ber) wirid itu, kita harus fokus, hati kita harus hadir, fikiran kita harus hadir, harus benar-benar fokus untuk berdzikir, karena perkara itu sesuatu yang luar biasa”.

“Berbeda dengan shalawat. Kalau shalawat itu handak ba-dirikahm dudukkah, barabahkah, ba-pajamkah, bukah-kah, bajalankah, ba-kandaraankah, ba-mobilkah, tabaca muntung, taucap dimuntung (mulut), maka inya fokuskah, kadakah, tetap diterima. Makanya biasanya ulama-ulama wayahini (sekarang), seperti habib-habib menganjurkan untuk memperbanyak shalawat. Alasannya ? karena pasti diterima”.

Ustadz H. MUHAMMAD HASAN, S.Pd.I

 


Ustadz H. Muhammad Hasan, S.Pd.I  lahir di Mekkah, Senin, 1 Oktober 1984 (bertepatan dengan 6  Muharram 1405 H) adalah putra dari KH. Ibrahim bin Dahlan, Desa Ilir Mesjid, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sekarang menjadi pendidik di lingkungan Pondok Pesantren “Rasyidiyah Khalidiyah” Amuntai.

Diantara kalam beliau:

“Syarat seseorang menuntut ilmu itu supaya berkah, supaya berkahnya banyak maka harus bersambung sanad keilmuannya itu kepada gurunya. (misal) si A belajar dengan guru siapa, gurunya siapa pulang, terus- terus sampai kepada Rasulullah”.

“Ada perkataan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, beliau mengatakan ada tanda-tanda bagi orang yang benar-benar mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Bila bujur, jaga ja istiqamah dengan itu, Insya Allah nantinya diakhirat akan bertemu dengan Rasulullah. Tetapi bila tidak sesuai dengan yang 6 kriteria ini, berarti cintanya yadi hanya sebatas ucapan di mulut. Ada 6 kriteria jar sidin : 1) mengikuti sunnah Rasul. Sunnah Nabi itu ada terbagi 3, (yaitu) perkataan beliau, perbuatan beliau dan ketetapan beliau. Apa yang dikatakan Nabi ikuti, apa yang dilakukan Nabi, lakukan semampu kita. Mulai bangun guring sampai handak guring pulang, napa-napa nang digawi Nabi amun kawa (jika bisa) lakukan, turuti tunggal ikitan, sedikit demi sedikit. 2) orang yang cinta kepada Rasulullah adalah orang yang senang menyebut namanya. Caranya yaitu dengan banyak bershalawat, bisa juga bershalawat dengan membaca maulid, seperti maulid diba’i, simtudh dhurror (al-Habsyi), dhiya’ ullami, saraful ‘anam, dan sebagainya. 3) Tanda orang cinta kepada Rasulullah itu adalah senang membaca al-Qur’an, memahaminya serta mengamalkan isi kandungannya. 4) cinta kepada Rasulullah itu adalah menjauhi apa yang dilarang oleh Nabi kita. 5) tanda cinta kepada Nabi itu adalah mencintai orang yang dicintai oleh Rasulullah. Siapa-siapa orang yang dicintai oleh Rasulullah maka kitapun cinta kepada mereka. Siapa? Yaitu keluarga Rasulullah, ahlil bait mereka, habaib, bubuhan habib dan anak keturunan mereka kita cintai karena mereka adalah kecintaan Rasulullah. Juga seperti bini (istri Nabi) atau ummul mukminin, kita cinta juga karena Nabi mencintainya. Juga mencintai kepada sahabat-sahabat Nabi. 6) mencintai antar sesama manusia, khususnya sesama ummat Islam”.