Minggu, 03 Juli 2022

Drs. KH. SABILAL RUSDI

KH. Drs. Sabilal Rusdi lahir di Amuntai, Rabu, 28 Desember 1955 (bertepatan dengan 13 Jumasil Awwal 1375 H). Alumni Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin ini dipercaya sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan Periode 2019 – 2023. Sebelumnya beliau juga menjabat sebagai Kepala kantor Departemen Agama (Depag) Kabupaten Tabalong tahun 2008 – 2011.

Beliau aktif dalam berbagai organisasi keagamaan, diantaranya sebagai Penasehat di Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Tabalong masa bakti 2020 – 2024, Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tabalong masa khidmat 2021 – 2024, Wakil Ketua I BAZNAS Kabupaten Tabalong periode 2022 – 2027.

Diantara kalam beliau:

“Secara bahasa zikir itu berarti mengingat, menyebut. Secara istilah, zikir itu berarti menyebut, mengingat Allah dengan kata-kata yang baik, baik dengan lisan, baik dengan hati, maupun dengan perbuatan”.

“Zikir terbagi atas 3 (tiga). Pertama, zikir dengan lisan. Kedua, zikir dengan hati, dan ketiga, zikir dengan perbuatan. Zikir dengan lisan adalah zikir yang diucapkan dengan lisan, misal mengucap tasbih, hamdalah, tahlil, takbir, dan lain-lain. Zikir dengan hati, adalah dalam bentuk tafakkur, artinya jika kita melihat suatu benda di dunia ini, maka kita teringat dengan siapa yang menciptakannya. Sedangkan zikir dengan perbuatan, yaitu kita beramal, bekerja sehari-hari dengan niat kepada Allah dengan pekerjaan yang baik”.

“Zikir hakiki, yaitu apabila zikir jalli (zikir lisan) dan zikir khafi (zikir qalbi/hati) menyatu, maka seseorang akan memiliki kontrol hati dan badan dengan baik, sehingga dia tidak mau melakukan kejahatan, dia berusaha untuk selalu melakukan kebaikan. Antara ucapan dan perbuatannya itu paralel, antara lahir dan bathinnya sejalan”.

“Syukur merupakan maqam atau kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Dengan syukur juga merupakan tanda pengabdian seorang hamba kepada Allah. Syukur juga adalah merupakan penghubung seorang hamba dengan Tuhannya. Dasar ini dapat kita lihat didalam al-Qur’an surah al-Baqarah :  “Bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar mengabdi kepada-Nya”.

“Syukur dengan hati dapat dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar atau kecil, baik sedikit atau banyak semata-mata karena anugerah dan kemurahan dari Allah Subhanahu wa ta’ala”.

Ustadz AHMAD RIDHO

Ustadz Ahmad Ridho bin H. Fahmi Amruzi adalah seorang da’i ilallah dari Desa Tangga Ulin, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Kenapa kita harus berilmu? Karena ilmu itulah yang akan membawa kita kepada yang baik, dan mengetahui mana yang buruk. Amun-nya kadada ilmu kita ini, hidup ini bisa kada balampu. Coba ibaratnya, tiang ini amunnya kadada balampu, bisa taranjah. Coba haja balampu,yang mana jalan lurus, yang mana jalan yang lapang, yang mana jalan kada balobak (berlobang) kita akan tahu. Jadi ilmu itu akan membimbing kita. Amunnya kadada bailmu, kaya itu pang jadinya, yang haramkah yang halalkah hantup tarus. Nah seperti itulah orang yang kada balampu (kada ba-ilmu)”

“Menunaikan rukun Islam itu kita harus ikhlas. Kenapa? Kata Habib Ahmad bin Zein, barangsiapa dalam mengamalkan rukun Islam ini dalam kada ikhlas maka kita tergolong dari orang-orang munafik, dan kita dalam mengamalkan rukun Islam itu (dimana) kita tak mengimaninya, maka kita tergolong daripada orang-orang kafir”

“Hati itu adalah ruhul ‘amal. Ruh-nya buhan (bagian) ibadah. Pian amunnya ba-ibadah (tetapi) sombong, riya’ maka itu kadada balasan bagi Allah, maka amal kita akan sia-sia”.

“Yang anumkah, yang tuhakah, yang sugihkah, yang alimkah, jangan sampai handak sombong karena sombong itu menghinakan kita (diri sendiri). Sombong itu menampaiakan (memperlihatkan) kebodohan kita”.

Sabtu, 02 Juli 2022

HABIB IBRAHIM bin ABDILLAH al-HABSYI

 

Habib Ibrahim adalah putra dari Habib Abdillah bin Abu Bakar al-Habsyi (Desa Pamintangan). Beliau adalah alumni Hadramaut, Yaman.

Diantara kalam beliau:

“Siapa yang menyambut bulan Ramadhan dengan senang hati, bahagia dan baniat untuk beramal lillahi ta’ala, ikhlas dan bersungguh-sungguh beramal dibulan ramadhan, maka Yanzhuru ilaihi, Allah ta’ala memandang ke-inya (dia). Amun Allah memandang napa artinya? Rahmat jadinya. Amun sudah rahmat napa? Barangsiapa, man nazharallahu ilaihi lam yu’adzib, siapa yang Allah ta’ala memandang pada dirinya pada malam itu maka inya kaena (dia nanti) pas hidup sampai inya mati sampai kaena inya masukkan ke dalam sorga diakhirat kaena, (maka) kada bakalan mengazab dirinya”.

“Jadi kadada kisah lagi, seseorang yang mati di bulan ramadhan (dalam keadaan) berpuasa, cinta lawan Allah, dan inya ta’at lawan Allah, (maka) kadada diragukan lagi lawan sorga (mendapatkan sorga). Tapi amun matinya kada bapuasa atau bapuasa haja tapi kada baibadah kada baamal, maka kada kawa dulu. (sebab) orang yang diganjar oleh Allah ta’ala itu adalah hamba-hamba yang shaleh. Siapa? Yaitu yang mana hatinya bersih, nang mana hatinya selamat”.

“Dikatakan di dalam kitab fawa’idhul mukhtar, kitabnya Habib Zein bin Sumaith, Madinah, beliau menyambat (mengatakan) : man hadhara majlisan min majalis khair (siapa yang hadir di suatu majelis daripada majelis kebaikan) fi ramadhan (di bulan Ramadhan). Napa pahalanya? Napa fadilahnya? Jar sidin : Kataballahu bi kulli qaadamin ‘ibadati sanah (setiap kali pian mengangkat batis (kaki), manjajakakan batis dari satu tepat ke tempat yang lain, tidaklah kecuali Allah ta’ala catat itu sebagai ibadah penuh setahun”.