Minggu, 24 Mei 2020

Ustadz ROSADI





Ustadz Rosadi adalah salah seorang da’i dari Desa Palimbangan Sari, Kecamatan Haur Gading, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Hati adalah titik pandang daripada Allah Subhanahu wa ta’ala. Karena Allah memandang kepada hati seseorang haja, maka para aulia lebih memfocuskan pada hati mereka agar jangan sampai terhijab daripada Allah”.

“Bila seseorang ingat lawan Allah berarti orang itu berada masuk dalam hadhirat Allah, tetai apabila seseorang ini kada ingat lawan Allah berarti orang tersebut tidak lagi berada atau keluar dari hadhirat Allah. Bila kita sembahyang, ingat lawan Allah, mengesakan Allah, maka orang tersebut telah masuk dalam hadhiratnya Allah Subhanahu wa ta’ala”.

“Seseorang tidaklah menaiki daripada ilmu agama itu akan sukses melainkan dengan adab, baik adab tersebut adab zahirnya, ada adab tauhidnya pada orang tersebut. Seandainya seseorang tidak beradab didalam mencari ilmu, berarti orang tersebut jatuh. Sebagaimana disebutkan didalam kitan ta’lim al-muta’alim, bahwa dia terjatuh lantaran tidak menghormati paguruan”.

“Sombong itu memandang kebaikan pada dirinya, kada memandang kepada siapa yang memberinya”.

“Ujar paguruan, ikam mun balajar, (anggap) ikam tu ibarat botol kosong, jangan merasa baisi. Kosongkan dulu. Artinya, apabila kita diberikan ilmu jangan diterima, kosongkan dulu. Karena, apabila kita merasa sudah berisi, bisa timbul kesombongan, sehingga segala pengajaran dari guru akan “taluak”

“Ilmu yang sejati adalah ilmu yang mana seseorang tersebut dapat mengenal/ mengetahui siapa gerangan dirinya. Makanya kita ini dalam menjalani kehidupan sehari-hari, (harus bertanya, pen) bujurkan kita ini sudah menjadi seorang hamba yang bujur-bujur hamba. Beribadah bujurlah sudah tatacara gawiannya, dan lain-lain. Apabila seseorang itu kenal dengan dirinya maka orang tersebut kenal pula dengan Tuhannya”.

Ustadz MUHAMMAD DAUD

                                               

Ustadz Muhammad Daud, lahir di Kandangan. Beliau adalah alumni dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai dan Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an (STIQ) Amuntai. Sekarang tinggal di Desa Tangga Ulin, Kecamatan Amuntai Tengah.

Diantara kalam beliau:

“Hendaknya dalam membaca al-Qur’an itu kita ba-adab. Nangkaya apa ba-adab tu? Yaitu berwudhu, kedua menghadap kiblat, ketiga jangan bahunjur, keempat jangan basandar, kelima menutup aurat”

“Muliakanlah ustadz-ustadz di kampung, (maka) Insya Allah akan berkah kampung”

“(dalam kita memberi penyaksian terhadap jenazah, pen) : “Ternyata dalam kitab itu (disebutkan( bahwa malingkah, perampokkah, pezinakah, ahli maksiatkah, patuh kada patuhkah (dikenal atau tidakkah) maka katakanlah “min ahli khair”, (maka) menjadi do’a bagi si mayyit”.

“Ada orang sembahyang, mulai lagi halus (kecil) sampai hendak mati kada suah (pernah) belajar cara sembahyang nang dilatih oleh guru secara langsung. Padahal Nabi kita sendiri mengambil (perintah, pen) sembahyang ini langsung ke langit. Kikira, mun orang jauh mambari-i kita, mun wadai ha pakai paket ja gin jadiai jua (mengirimnya, pen). Tapi amun barang tu barang antik, barang mahal, pasti maambilnya tu langsung nang dibari-i atau diantarakan langsung”.

“Sehingga kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam : shallu kama ra’aitumuni ushalli, “Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahyang”. Padahal kita tidak pernah memandang Nabi. Kita hanya bisa melihat guru, guru yang melajari guru, guru yang melajari gurunya sampai kepada tabi’in, kepada sahabat sampai kepada rasulullah sampai kepada Jibril yang mengajarkan shalat tersebut. Artinya, masalah sembahyang ini tidak dapat tidak kecuali harus berguru”.

“Takbiratul ihram ja kita (banyak yang, pen) luput. Allahuuuuuu Akbar, hu nya panjang. Sahkah yang demikian? Kada sah. Alif panjang kada sah, seperti Aaaaaa llah, kada sah takbirnya. Ba nya panjang, Allahu Akbaaaaaaaar. Kada sah takbirnya bila ba nya panjang. Nang boleh panjang tu hanya Lam. Alla........ hu Akbar. Ini haja yang boleh. Wajib telinga mendengar 8 huruf, (yaitu), Alif, Lam, Lam, ha, alif, kaf, ba, ra. Telinga kita – asal kadada masalah lawan telinganya, asal jangan ada yang mengganggu – (maka) wajib telinga kita mendengar yang 8 huruf tersebut.

“Jangan bagarak bagi si makmum kecuali imam sudah sampai ketujuannya”