Minggu, 02 April 2023

Ustadz AHMAD ZIYADI

 


Ustadz Ahmad Ziyadi, lahir di Amuntai, Senin, 7 Mei 1979 (bertepatan dengan 11 Jumadil Akhir 1399 H) Berlatar belakang pendidikan Pondok Pesantren “Darussalam” Martapura. Sekarang menjadi pendidik di Pondok Pesantren “Ar-Raudhah” Amuntai.

Diantara kalam beliau:

“Ada mukhatab ada mukhatib, ada munada ada munadi. Allah itu munadi yang memanggil kita. Kita ini munada yang dipanggil. Allah mukhatab yang mengkhitab, kita ini mukhatib, itu menandakan bahwa Allah yang mukhatib kenal dengan kita yang mukhatab ini. Karena kita ini memang ciptaan-Nya (Allah). Jadi apapun perintah Allah, apapun larangan Allah pasti mengandung hikmah bagi si mukhatab, (artinya) Allah tahu dengan kita, tahu dengan keadaan kita. (misal) Allah mengharamkan zina, mengharamkan minuman keras, itu Allah mengetahuinya (untuk) kemaslahatan kita”.

“Islam itu adalah untuk kebahagiaan hidup didunia dan akhirat, sebab yang ma-ulah agama ini adalah Allah yang mengetahui keadaan kita”

“Kita sebagai mukhatab, sebagai munada atau yang dipanggil dituntut untuk ma’rifat (mengenal) siapa yang memanggil kita, supaya kawa ba-adab, kawa melaksanakan apa yang disuruh Sidin, sebab kita pinandu (kenal) dengan yang memanggil kita”.

“Kita (ulama) tidak membatasi sifat Allah itu 20. Jadi semua sifat kesempurnaan itu milik Allah. Cuma yang 20 tersebut adalah pokok-pokoknya. Semua akhlak terpuji ada pada Nabi dan Rasul, Cuma yang 4 sifat itu (shiddiq, amanah, fathanah dan tabligh) wajib ada”.

Guru SUPIAN HS

 


Guru Supian HS adalah Khadimul Majelis “Nurul Ilmi” Desa Ambahai, Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Beliau pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren “Darussalam” Martapura (1998).

Diantara kalam beliau:

“Khatamun Nubuwwah itu ada mempunyai kekhususan, sebagaimana disebutkan oleh Imam Tirmidzi, (bahwa) “siapa yang sudah selesai berwudhu, kemudian ia memandang akan “khatamun Nubuwwah” diwaktu pagi, maka Allah akan menjaga dirinya dari marabahaya sampai sore.” (yang tulisannya : Allahu wahdahu la syarikalahu, Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu, tawajjahtu haisu syi’ta fainnaka manshur). Mestinya kita ada mempunyai tulisan itu di dalam rumah. Demikian juga, “siapa yang memandang akan khatamun Nubuwwah di waktu maghrib, maka Allah akan menjaga dirinya sampai ke waktu subuh. Jadi, baisukan (pagi) kita pandang, kamarian (sore) kita pandang, maka Allah akan menjaga diri kita dari marabahaya”.

“Bahkan seterusnya, dalam suatu riwayat menyebutkan, siapa yang memandang akan khatamun nubuwwah dalam setahun (itu Cuma) sekali, dan jika pada tahun itu ia diwafatkan, maka Allah wafatkan dia Husnul Khatimah. Maka mati dalamn keadaan Husnul Khatimah inilah yang kitainginkan, terutama orang-orang yang semacam kita ini, yang pendosa, yang paling kita inginkan adalah Husnul Khatimah. Setiap hari kita dicatat oleh malaikat ‘atid akan perbuatan dosa kita. Kada ba-istirahatan lagi malaikat ‘atid mencatat dosa-dosa kita. Kenapa? Karena kebanyakan tagawi dosa. Maka bagi kita yang pendosa ini patut banar meng-amaliahkan meskipun sekaliu dalam setahun (memandang khatamun nubuwwah, pen). Hadits itu mengatakan mati Husnul Khatimah, matinya dalam keadaan beriman. Dan siapa yang matinya dalam keadaan beriman, (maka) tempat kembalinya adalah sorga, meskipun ia didalam dunia melakukan dosa yang banyak. (misal) dari ujung kepala sampai ujung kaki diliputi dengan dosa, tapi matinya Husnul Khatimah, maka tempat kembalinya adalah sorga”.

“Orang-orang kafir itu disiksa selama-lamanya (dalam neraka), adapun orang mukmin dan orang muslim, itu tergantung sedikit banyaknyadosa yang ia lakukan sewaktu di dunia. Jadi, nang perlu banar kita minta adalah agar kita terhinbdar dari neraka jahannam daripada kita dimasukkan ke sorga. Minta sorga, bagus. Terhindar dari neraka jahannam, itu bagus. (Tapi) nang paling bagus diantara keduanya ini adalah agar kita terhindar dari neraka jahannam. Kalau terhindar dari neraka jahannam, pasti masuk sorga. Kalau kita minta sorga, belum tentu kita langsung masuk sorga, busiah, siapa tahu kita mampir dahuluke neraka”.

Muallim MUHAMMAD SYARIF

 


Muallim Muhammad Syarif, S.Ag adalah putra dari KH. Hanafi (Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren “Al-Karamah” Amuntai). Berlatar belakang pendidikan Pondok Pesantren Datuk Kalampayan, Bangil, Jawa Timur.

Diantara kalam beliau:

“Kokohnya agama Islam bukan dengan kekarnya fisik seseorang, tetapi kuatnya Islam adalah dengan kekuatan iman”.

Ustadz AHMAD BAIHAQY AHYANI

 


Ustadz Ahmad Baihaqi Ahyani adalah salah seorang da’i ilallah dari Desa Sapala, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Alamat cinta kepada Allah adalah cinta kepada Rasulullah. Alamat cinta kepada Allah adalah taqwa. Kaya apa taqwa itu? Menuntut ilmu dan amalkan ! Kemudian alamat cinta kepada Rasulullah adalah Mutaba’ah, yaitu mengikuti kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dibangun, diadakan, disuruh kita untuk melakukan ibadah itu fungsinya adalah supaya kita mengikuti kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, supaya kita kada menjadi ‘abdun nasyun”

“(karena) hamba itu terbagi 3, (yaitu) ada hamba yang asli, bujur bujur hamba. Ada hamba yangmenyerupai dengan hamba yang sebenarnya dan ada hamba yang nasyun ‘abdun kadzibun, hamba yang pendusta. Maka supaya kita kada menjadi hamba yang pendusta, supaya kada menjadi hamba yang lupa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka tuntutlah ilmu, supaya kita berada di hamba yang menyerupai Rasulullah, kita ikuti Rasulullah, kita mujtaba’ah kepada beliau, supaya kita tidak menjadi hamba yang nasyun”.

“Kalau seseorangitu dicipta oleh Allah Subhanahu wa ta’ala berarti dia menjadi hamba Allah. Apabila ia tidak menjalankan akan kehambaannya, suatu saat nanti diakhirat akan diazab oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan apabila kita menjalankan akan kehambaan dengan mengikut kepada Rasulullah, Insya Allah kita dibalas dengan balasan yang lebih baik, dengan balas yang luar biasa nikmat”.

“Kita orang awwam, bukan wali, kita bukan orang dekat, kita orang jauh, maka dari itu kita sangat berharap, sangat menghajatkan akan dikabulkannya do’a kita jadi washilah dengan barakah. Agar do’a kita kabul, berwashilah. Siapa washilah kita? Washilah perantara kita adalah Sayyidina Muhammad. Ada disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad adalah pintubnya Allah, (maksudnya yaitu) pintu untuk kita mengetuk dan meminta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala”.

“....  ud’uunii astajib lakum (berdo’alah kepadaKu niscaya akan Aku perkenankan bagimu (Qs. Al-Mu’min (40) : 60). Yang demikian, bagi orang shaleh, langsung. Adapun bagi kita pakai taqlid. (maksudnya) mintalah kalian kepada-Ku dengan berwashilah, dengan berdzikir kepadaKu, dengan niat kepadaKu. Dengan apa ? dengan membuat kalimat dzikir, dengan membuat kalimat syahadat, dengan membuat kalimat tasbih, dengan membuat kalimat-kalimat yang mana disana do’a kita diijabah oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Atau dengan mengingat kekasih Allah yaitu berdo’a kepada Allah, meminta kepada Allah tapi dengan washilah mengingat kekasih Allah atau mengingat habibuna Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan bershalawat, makanya kita dianjurkan apabila berdo’a membaca shalawat”.

Ustadz ABDUSSALAM

 


Ustadz Abdussalam (UAS) adalah salah seorang da’i ilallah dari desa Pandawanan, Kecamatan Amuntai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Kaya apa (bagaimana) Tuhan handak manyugihakan maminta haja koler (malas). Minta (berdo’a) dahulu, hanyar diberi. Mun hakum meminta, kada usah mamikirakan caranya. Bila Allah tu handak manyugihakan seseorang, nyaman ja caranya. (karena) apabila Allah menghendaki sesuatu, pasti Allah siapkan sebab-sebabnya, dan Allah hilangkan pencegah-pencegahnya. Yang penting kita itu hakun baucap (berdo’a), meminta : Amiin. (sebab) 40 orang berdo’a itu setara saikung wali, 80 orang, 2 ikung (orang) wali. Semuanya berdo’a dan mengucap amiin barataan, (maka) kabul”.

“Tujuan utama ulama-ulama bahari (terdahulu) mahuluakan kita (memberi contoh) mengadakan peringatan maulid (adalah) agar supaya kita lebih kenal dengan siapa itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan harapan kenal melahirkan sayang, sayang melahirkan cintA. Karena pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. (Jadi) amun handak cinta, sayang dahulu; mun handak sayang, kenal dahulu. Nah lewat maulid ini, tujuannya adalah supaya kita kenal siapa itu Nabi, mudahan (dengan itu) melahirkan sayang, mudahan melahirkan cinta. Karena kalau sudah cinta (maka) gfanal perasaan halus, banyak perasaan sedikit, berat terasa ringan, jauh terasa dekat, asal atas nama cinta. Kalau sudah cinta nyaman kita mutaba’ah (mengikuti)”.

“ilmu murid menghargai guru sebesar-besarnya. Sebesar apa penghargaanmu kepada gurumu, sebesar itulah keberkahan yang kamu dapat dari dia. Ilomu guru seikhklas-ikhlasnya melajari murid, jangan mengharap pemberian murid, semakin ikhlas, maka itulah yang menjadi sedekajh jariah Bagi sang guru”.

“Sekarang ini kita berada di alam pertengahan. 2 alam sudah kita lalui, 2 alam belum kita lalui. Sekarang alam ketiga. Alam arwah, sudah. Alam rahim, sudah. Alam kubur, belum. Alam akhirat, belum. Sekarang alam dunia. Di alam dunia ini, yang paling bernilai (adalah) duit. Yang paling berharga, duit. Yang paling menguntungkan, duit. Di dunia ini pahala kada bernilai. Sudahkah kita merasakan untungnya mempunyai pahala? Suahkah (pernahkah) pian merasai nikmatnya pahala ? Kada suah. Sekecil apapun, bila sudah tahu rasanya, bila sudah tahu untungnya, (lalu) ketinggalan, kelewatan, kada kebagian, maka ada rasa kecewa dihati. Sekecil apapun itu bila kita sudah tahu rasanya, (kemudian) kada mendapat maka ada rasa kecewa, ada rasa rugi, ada rasa menyesal. Sebaliknya, sebesar apapun amun kita belum tahu rasanya, belum tahu untungnya, belum tahu nikmatnya, (jika) kada mendapat, kada kebagian, kelewatan, maka sebesar apapun tidak ada rasa penyesalan, tidak ada rasa kecewa, tidak ada rasa rugi”.