Jumat, 03 Juni 2022

MAT NYARANG

 

Mat Nyarang lahir di Alabio, Kabupaten Hulu Sungai Utara, tahun 1930. Beliau adalah seniman Madihin legendaris, yang dalam setiap penampilannya bersama sang istri selalu menyisipkan pesan-pesan dan nasehat-nasehat keagamaan. Berpulang ke rahmatullah di Sungai Tabuk, Banjar pada 21 Mei 2009 (bertepatan dengan Kamis, 26 Jumadil Awal 1430 H).

Diantara kalam beliau:

“Gamalan piluk di kandang jati

Minum cuka di kandang bilaran

Samunyaan makhluk mamandang mati

Anum tuha mahadang giliran.

 

Urang hidup ada dimana-mana

Urang mati apa kada disangka

Rahat guring sampaian manyaraya

Urang manggarak tapi sudah kada banyawa.

 

Biar sihir, biar banyu tatamba

Biar dukun atawa alim ulama

Biar sindin atawa jampi mantara

Handak mahidupakan apa kada kawa”.

USTADZ H. KARNAWI

 


Ustadz H. Karnawi, M.Pd lahir di Amuntai, 2 April 1982 (bertepatan dengan Jum’at, 7 Jumadil Akhir 1402 H ) adalah salah seorang da’i ilallah yang berasal dari desa Keramat, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Kesusahan itu manakala dibarengi dengan keredhaan kepada Allah, maka akan hilang (kesusahan itu), kada terasa lagi lapahnya”.

“Ujian napakah, bila tidak menyangkut masalah agama, maka hal tersebut adalah suatu kenikmatan, karena ujian pada masalah agama resikonya atau bahayanya lebih besar daripada ujian terhadap badan atau harta”.

Ustadz H. MUHDIANNOR HADI, S.Ag, M.AP

 


Ustadz H. Muhdiannor Hadi, S.Ag, M.AP, lahir di Amuntai, Selasa, 4 Mei 1971 (bertepatan dengan 9 Rabiul Awal 1391 H). Adalah pegawai di Kantor Kementerian Agama Kota Palangkaraya dengan jabatan sebagai Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam. Aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, diantaranya menjadi Sekretaris BAZNAS Kota Palangkaraya, Sekretaris Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Palangkaraya, Dewan Pengawas Muallaf Centre Indonesia (MCI) Kota Palangkaraya, Bendahara Ikatan Persaudaraan Qari- Qari’ah dan Hafidzh Hafidzah Kota Palangkaraya, Bendahara Kerukunan Bubuhan Banjar Kota Palangkaraya, dll.

Diantara kalam beliau:

“Amaliah ahli surga adalah suka memaafkan”

“Waktu ma-ilan (terjaga dari tidur) tetap dianjurkan untuk berdzikir dengan kalimat dzikir yang diajarkan rasul didalam haditsnya. Kalimat dzikirnya adalah : “Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qodiir. Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illa billah. Allahummaghfirli”. Jadi orang yang terjaga (terbangun) dari tidurnya dan kemudian bertaubat dengan membaca istighfar tersebut, maka seluruh dosa-dosanya diampuni oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, dan apabila setelah itu ia berdo’a kepada Allah, meski tanpa tahajjud, misal barabah (berbaring) saja, maka do’anya tersebut diijabah oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, dan lagi apabila yang bersangkutan itu bangun untuk melaksanakan shalat tahajjud, maka tahajjudnya tersebut diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala”.