Selasa, 27 November 2018

COVER & PENGANTAR


Disusun oleh:
Muhammad Khairani ibn Sahamad ibn Shalatuddin ibn Said

KATA PENGANTAR

Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa ali sayyidina Muhammad.
Puji syukur kami panjatkan ke hadhirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, atas Izin-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan kitab ini.
Sesungguhnya, kitab ini adalah kumpulan dari berbagai kalam yang terucap melalui kata-kata penuh hikmat, maupun kalam yang tercatat yang penuh isyarat dan kaya manfaat yang terdapat dalam kitab-kitab para pengemban amanat, yaitu para ahlul bait  yang kita harapkan dapat memberikan syafa’at kelak di akherat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda  :

Wasiatkanlah kebajikan ahlul baitku. Pada hari kiamat nanti kalian akan kugugat mengenai ahlul baitku. Orang  yang kelak menjadi lawanku ia akan menjadi lawan Allah Subhanahu wa ta’ala, dan siapa yang menjadi lawan Allah maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka”.

Tersusunnya kitab ini tidak lain adalah untuk mewasiatkan kembali kebajikan ahlul bait sebagaimana anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam tersebut.
Kemudian adalah karena, sebagaimana dikemukakan oleh  Sayyid Yusuf bin Ismail an-Nabhani :
Kaum sayyid al-Ba’alawy oleh ummat Muhammad saw sepanjang zaman dan disemua negeri telah diakui bulat sebagai ahlulbait nubuwah yang sah, baik ditilik dari sudut keturunan ataupun kekerabatan, dan mereka itu adalah orang-orang yang paling tinggi ilmu pengetahuan agamanya, paling banyak keutamaannya dan paling tinggi budi pekertinya.”

Atau sebagaimana dikemukakan oleh Prof. DR. Habib Muhammad bin Hasan Baharun, SH, MA :

Sejak dulu peran para habib  sebagai penyejuk ummat sudah diakui, dakwah mereka selalu memberikan pencerahan. Ummat memberi kepercayaan kepada  mereka, bukan saja karena secara  genealogis mereka punya silsilah yang bersambung ke “rumah kenabian”, tapi juga karena mereka menjadi teladan kebaikan yang turun temurun di dapat dari  kakek mereka, yaitu para aslaf shalihin”.

Karena dari para ahlul baitlah kita sekarang dapat melestarikan sunnah dan sinnah, sebagaimana dikemukakan oleh Habib Umar bin Hafidz :

“Jika tidak ada sinnah (kapak, ilmu) pada keturunan shahib as-sunnah (pemilik sunnah), dimana letak sunnah ? Mereka membangun semua urusan berdasarkan sunnah. Bagaimana sunnah diambil kecuali dari mereka ? Jika keluarga shahib as-sunah tidak mengerti sunnah, siapa yang lebih mengerti ? karena itu, dalam masalah pendidikan dan pengambilan sunnah, mereka menghafal  sangat baanyak hakikat sunnah dan mawarits an nubuwwah (warisan-warisan dari nabi).  Karena itu, kami yakin bahwa yang menjadi teladan bagi kelompok mayoritas ummat dalam hal sunnah adalah ahlu bayt. Mereka bagian yang tidak terpisahkan dari ahlus sunnnah. Bahkan ulama-ulama mereka adalah imam-imam ahlus sunnah, dan mereka menjadi referensi ahlus sunnah dalam berbagai hal. Dengan demikian, tak ada pertentangan antara mereka dan ahlus sunnah. Karena sunnah itu, jika mengerti bahwa maknanya adalah hadyu jaddihin (petunjuk datuk mereka, yakni Rasulullah), merekalah yang paling patut untuk menjaga dan mengamalkan petunjuk ini”.

Dan diantara keutamaan para ahlul bait, adalah sebagaimana dikemukakan oleh KH. Asmuni (Guru Danau) bahwa:
“95 %  wali Qutub itu adalah cucunya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam. Kenapa sebabnya ? (karena) Nabi itu meninggalkan ahlul bait Nabi semua bersih. Kalau kita punya dosa laksana masuk ke lumpur, susah mambarasihi, tapi kalau ahlul bait, ibarat kena debu ditiup pun bisa. Inilah keagungan ahlul bait Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wasalam”.

Juga menurut Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad bahwa :
 “Dalam setiap zaman selalu ada wali-wali dari kaum alawiyyin, ada yang dzahir (dikenal) dan ada yang khamil (tidak dikenal). Yang dikenal tidak perlu banyak cukup hanya seorang saja dari mereka. Sedangkan yang lainnya biarlah tidak dikenal. Dari satu keluarga dan dari satu negeri tidak perlu ada 2 atau 3 orang wali yang dikenal.”

Dalam kitab ini terhimpun kalam terucap dan tersurat lebih dari 600 habaib. Sekiranya dalam kitab ini terdapat penasaban yang kurang tepat, maka penulis ruju’ kepada jalur nasab yang sebenarnya. Dan juga sekiranya ada terselip tokoh yang  bukan dari kalangan Habaib atau ahlul bait, maka mereka harus kita tempatkan  pada kedudukan sebagai orang-orang yang dicintai (al-Habib).

Seperti pengertian lain dari “al-Habib” menurut Habib Zein bin Umar bin Smith, bahwa :

 “Keturunan Rasul, kalau dikalangan keturunan Sayyidina Hasan dikenal Syarif. Tetapi di kalangan Sayyidina Husein disebut Sayyid, kalau jama’ah namanya Sa’adah. Dengan berkembangnya waktu, kebanyakan sayyid ini dicintai oleh lingkungannya, dicintai oleh murid-muridnya, kemudian dipanggillah dengan sebutan al-Habib. Al-habib itu yang dicintai”.

Maka berlakulah mahfuzat, “Lihatlah apa yang dikatakan, dan jangan lihat siapa yang mengatakan”.

Kemudian sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam:

Barangsiapa yang ber-tawassul akan menyampaikan dia sebagai budi baik kepadaku, supaya mendapat syafaatku dihari kemudian, hendaklah ia berbuat kebajikan kepada ahlul baitku (keturunanku) dan menyenangkan hati mereka itu” (HR. Ad-Dailami)

Atau sebagaimana penuturan Imam Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib :

Siapa saja yang kasih kepada kami karena Allah, maka Allah akan menempatkan mereka di bawah naungan Illahi, dan siapa saja yang mencintai kami karena menginginkan pemberian kami, maka Allah akan memberikannya di dalam sorga, dan barangsiapa yang mencintai kami karena dunia, maka Allah akan mencurahkan rezeki yang tidak disangka-sangka.”

Akhirnya mudah-mudahan kalam terucap dan yang tersurat ini dapat memberi manfaat, dan kecintaan kita kepada mereka dengan sedikit upaya mewasiatkan  kembali nasehat-nasehat mereka, akan mendapatkan Rahmat, akan menjadi kiffarat atas segala sayyiat, dan mudah-mudahan di akhirat kelak kita akan mendapat syafaat mereka dan dapat bercengkerama laksana sahabat dekat, bukan lagi dalam angan tapi benar-benar sekedudukan dengan mereka nanti di akhirat.

 “Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS. Al-Hijr (15) : 47)

Amiin Ya Rabbal ‘alamin.

Selesai dihimpun di Amuntai, Jum’at Malam 26 Agustus 2011 M/1432 H

Al-Faqir Muhammad Khairani ibn Sahamad ibn Shalatuddin ibn Said

Jumat, 02 November 2018

Kalam Habib Z


Z

(1) HABIB  ZEIN  AHMAD  ALAYDRUS  :


·            Jangan kita ingat kepada Allah Cuma saat shalat, tetapi dalam kehidupan dan perilaku sehari-hari hendaknya kita juga tetap ingat akan Allah.
________________

(2) HABIB  ZAYD  bin UMAR  bin ABDURRAHMAN  ASSEGAF  :

·            Semua bidang kehidupan dimasyarakat adalah medan dakwah bagi seorang da’i.
_______________

(3) HABIB  ZEIN  bin IBRAHIM bin SMITH  :

·            Kalau belajar agama, tidak bisa belajar sendiri, mesti dengan syaikh, untuk membimbing. Kalau kamu belajar ilmu umum, seperti ilmu bumi dan sejarah, kamu bisa belajar sendiri.

·            Jangan pernah engkau berhenti belajar. Tetap belajarlah dengan guru-gurumu dahulu. Kamu belajar lagi kepada mereka.

·            Seorang pemalu tidak dapat mempelajari ilmu, karena ia tercegah oleh rasa malu untuk mempelajari agama dan menanyakan apa yang tidak diketahuinya. Sedangkan orang yang sombong tercegah oleh sikap takabbur untuk mengambil manfaat dan belajar kepada orang yang lebih rendah derajatnya. Tidaklah seseorang menjadi alim sampai ia mengambil ilmu dari seorang yang derajatnya lebih tinggi, dari orang yang sederajat, dan dari orang yang derajatnya lebih rendah.

·            Datangilah daerah dimana ummat islam perlu cahaya ilmu, agar memancar cahaya Islam jangan sampai redup kembali. Dan janganlah hanya ingin didatangi para pencari ilmu. Ingatlah, kebodohan yang menimpa ummat Islam adalah tanggungjawab kita untuk memeranginya.

·            Selama kamu masih hidup, selama itu pula harus terus bermujahadah. Sampai kelak akhirnya kamu menghadapi mujahadah yang terbesar, yaitu meraih  husnul khatimah.

·            Yang paling utama adalah adab, karena puncak ilmu adalah adab. Tak ada gunanya punya banyak ilmu kalau tak punya adab.

·            Hikmah tabarruk dengan bekas orang-orang shaleh dan tempat-tempat merekaserta apa-apa yang berhubungan dengan mereaka adalah lantaran tempat-tempat mereka berkaitan dengan pakaian mereka, pakaian mereka mencakup badan mereka, badan mereka mencakup hati mereka, dan hati mereka berada dalam kehadiran Tuhan mereka.

·            Tabarruk dengan beka orang-orang shaleh adalah hakikat tawasul dengan diri, dan ini dibolehkan, bahkan dianjurkan dalam syari’at. Sebab, ini berarti seorang hamba menggapai wasilah atau perantara kepada Allah untuk mencapai tujuan-tujuannya. Tentu saja, dengan demikian, perantara itu sesuatu atau seseorang yang telah ditetapkan memiliki keutamaan disisi-Nya.

·            Kewajiban pertama bagi seorang hambaadalah mengetahui alas an mengapa dia diciptakan, yaitu menyembah Allah SWT. Tidaklah Allah SWT  menciptakan makhluk kecuali untuk menyembah-Nya, sebagaimana firman Allah SWT dalam kitab-Nya yang mulia, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (QS.Adz-Dzariyaat: 56). Berarti hak Allah SWT atas hamba-Nya sangat besar dan karunia Allah terhadapnya sangat luas. Allah   menciptakannya dari tiada, memberinya bentuk dengan sebaik-baik bentuk, menganugerahinya seluruh nikmat, serta menunjukkan kepadanya agama yang lurus.
(Ketahuilah, dibandingkan besarnya karunia yang Dia berikan) seandainya seorang hamba sujud kepada Tuhannya di atas bara api sejak dunia diciptakan sampai dunia ini hancur, dia belum bisa menunaikan hak Islam yang Allah karuniakan kepadanya dan keimanan yang Allah tunjukkan dan anjurkan kepadanya.
-             Memohon pertolongan kepada selain Allah SWT diperbolehkan dengan maksud bahwa makhluk yang dimintai pertolongan hanyalah sebab dan perantara. Sesungguhnya pertolongan itu dari Allah SWT  dan itu tidak menafikan bahwa Allah SWT  menetapkan adanya sebab-sebab dan perantara-perantara yang disediakan-Nya bagi pertolongan tersebut.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW,” Allah senantiasa menolong hamba selama hamba menolong saudaranya.” Dan sabda Rasulullah SAW  terkait hak-hak dalam perjalanan,” … dan menolong orang yang membutuhkan pertolongan serta memberi petunjuk kepadaorang yang tersesat.”
Allah menisbahkan dan mengaitkan pertolongan kepada hamba serta menganjurkan manusia agar saling menolong. Dengan demikian, orang yang meminta pertolongan kepada  selain Allah bukan berarti meminta darinya agar menciptakan sesuatu, melainkan yang dimaksudkan adalah (yang dimintai pertolongan), misalnya, berdo’a kepada Allah bagi (hajat) peminta pertolongan agar dibebaskan dari kesulitan.

·            Derajat guru lebih tinggi dari orang tua. Orang tua memberi makan tubuh kita, sementara guru memberi makan rohani dan hati kita.

(4)  HABIB  ZEIN  bin  ALWI  bin  TAUFIK  AIDID  

·           
          Sesungguhnya shalawat kepada Rasulullah adalah suatu washilah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kita ingin dekat kepada Allah, maka kita harus dengan siapa yang paling dekat dengan Allah. Orang yang paling dekat dan yang paling mulia di sisi Allah adalah Rasulullah Saw. 

          Setiap muslim harus pandai bersyukur karena Allah telah memberikan kita nikmat iman, islam dan nikmat menjadi ummat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam.

Setiap shalawat yang dibaca untuk Rasulullah merupakan dzikir yang dinilai sebagai sedekah dari diri kita
_________________

(5)  HABIB  ZAINAL  ABIDIN  ASSEGAF  :

·            Ya Allah, berikan kami presiden yang bertaqwa, menteri yang bertaqwa, pejabat yang bertaqwa, bupati yang bertaqwa, camat yang bertaqwa, juga rakyat yang bertaqwa. Kunci negara ini, agar bisa lepas dari krisis, gampang. Jadilah kita semua ummat yang bertaqwa.
________________

(6)  HABIB  ZAENAL  ABIDIN  AL HINDUAN  :


·            Penuhilah diri kalian dengan keilmuan.
_________________

(7)  HABIB  ZAKARIA  BAHASYIM  (Banjarmasin)  :


·            Melazimkan apa-apa yang disunnahkan, bermutaba’ah dan meningkatkan mahabbah kepada Rasulullah Saw, zurriat dan semua ummat muslim yang selalu konsisten atau berisriqamah di jalan ahlussunnah wal jama’ah.
______________

(8)  HABIB ZEID bin ABDURRAHMAN bin YAHYA

·             
      Setiap orang hendaknya banyak beristighfar dan selalu mengingat dosa-dosa yang telah lewat dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi bagi setiap langkah kehidupannya ke depan. Betapa tidak. Setiap kali Rasulullah SAW usai mengerjakan shalat, yang pertama kali beliau ucapkan adalah istighfar, permohonan ampunan dari Allah SWT. Padahal beliau suci dari dosa, setiap saat derajatnya naik di sisi Allah SWT,  dan tidak ada yang lebih baik ibadahnya dari pada beliau. Tapi beliau masih terus beristighfar terhadap segala sesuatu dari masa yang telah terlewat.

·            Wasilah dalam dakwah adalah sesuatu yang penting, termasuk fungsi media didalamnya. Umat islam harus dapat mengerahkan segala potensinya dengan menggunakan semua wasilah dalam berdakwah. Sebab, semua wasilah pasti memiliki manfaat masing-masing.

·            Orang-orang yang sibuk dengan cara berdakwah yang baru, misalnya lewat jaringan internet dengan berbagai feature-nya seperti website, blog, facebook, jangan sampai meninggalkan cara terbaik dalam berdakwah yang dicontohkan Rasulullah SAW. Tapi juga jangan dilupakan cara-cara baru, karena semua cara dalam berdakwah penting untuk dijalani. Dengan berdakwah lewat metode yang dicontohkan Rasulullah dan juga dengan metode dakwah yang baru, diharapkan aktivitas dakwah dapat tetap berkah dan akan mengena disegala lapisan.
_________________


(9)  SAYYID ZAIDAN bin HAIDAR bin YAHYA:



·           Tanda kedewasaan adalah ketika seseorang menyakiti dan kamu mencoba memahami situasi mereka daripada balik menyakiti mereka.

·           Usaha dan do’a kita hari ini luar bisa, agar kita dapat menutup hari ini dengan hasil yang luar biasa juga.

·           Tak ada salahnya berencana mendekati penciptanya agar mendapatkan ciptaannya.

___________________________


(10)            HABIB ZAKY bin ALI ALAYDRUS:



·           Sebuah negeri yang dicintai Allah, tercermin lewat keberlangsungan kehidupan didalamnya. Jika masyarakatnya hidup dalam kedamaian, itu adalah pertanda bahwa negeri tersebut diberkahi Allah. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, merupakan satu keingian dan dambaan, tapi keinginan dan dambaan ini menjadi sia-sia apabila tidak diiringi kedekatan kita kepada Allah.
__________________________


(11)         ZAID bin MUHAMMAD bin HADI al-MADKHALI

·            Senantiasalah bertakwa kepada Allah, karena takwa itu membawa seseorang kepada baiknya niat, selamatnya tujuan dan menyebabkan seseorang dapat membangkitkan sucinya jiwa.

·            Tanggap dan berhati-hatilah terhadap musuh yang diam sekalipun merekamengaku lemah. Karena merupakan tabiat setiap musuh Islam dan muslimin, merekamenyembunyikan kejahatannya untuk menipu dan mencari kelengahan tentara kaum muslimin, sehingga mereka dapat menghancurkan kaum muslimin seperti burung nasar yang menukik ketika menangkap mangsanya danseperti binatang buas ketika menerkam buruannya.

·            Enantiasa dzikir kepada Allah sekalipun ketika berkumpul dengan teman-temannya, karena dzikir itu merupakan makanan ruh,yang membuat ketenangan dan kekokohan dalam hati serta merupakan kebahagiaaan yang dapat menghilangkan ketakutan dan ancaman.
_______________________________________

(12)     HABIB ZEIN bin AHMAD al-HABSYI:
  


 Jadikanlah setiap kata-kata yang keluar dari lisanmu sebagai cahaya yang mengandung faedah (manfaat) bagi dirimu7 dan bagi setiap orang yang mendengarkan kata-katamu.

 ________________________    

(13) HABIB ZAKI bin ABDURRAHMAN ALAYDRUS:

 

Diantara niat menikah, beriniatlah untuk mendapatkan cintanya Allah, dan berniatlah menikah karena mengikuti sunnah nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam. Dan ketika sudah sah, maka antara suami istri, suami kepada istrinya berniat menyolehkan sang istri, dan istri kepada suaminya berniat menyolehkan suaminya, agar mendapatkan cinta-Nya.


Hendaknya sang bapak menjadi uswatun hasanah bagi anak-anaknya. Sang ibu menjadi uswatun hasanah bagi anak-anak perempuannya. Sang kakak menjadi uswatun hasanah bagi adik-adiknya. Yang senior menjadi uswatun hasanah bagi yang junior, sang tuo menjadi uswatun hasanah bagi yang masih muda.
_____________________

(14) HABIB ZACKY bin YAHYA: 
Pelepah korma (saja) menangis saat berpisah dengan Rasulullah, lalu bagaimana dengan kita ummatnya? Bagaimana kesedihan kita sesaat saja kita berpisah dengan Rasulullah.
__________________

(15) HABIB ZEIN bin ALI bin SMITH (adik Habib Bahar bin Smith)
Inti dari maulid adalah bergembira akan datangnya, lahirnya baginda Nabi besar Muhaammad Shallallahu ‘alaihi wasalam. Yang suruh kita bergembira akan adanya baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam, bukan para ulama, bukan para nabi, bukan para rasul, bukan para aulia, tapi yang menyuruh kita bergembira adalah Allah Subhanahu wa ta’ala, dimana dalam al-Qur’an Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

______________ 
(16)     SYARIF ZAIDAN IZZAT bin HAMDI ASSEGAF:
 

Pada saat kelahiran baginda Rasulullah semuanya bergembira, langit dan bumi bergembira, pohon-pohon bergembira, malaikat-malaikat bergembira, hewan-hewan bergembira, batu juga bergembira. Semua orang bergembira menyambut kelahiran baginda Rasulullah. Hanya 2 saja yang tidak senang dengan kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam, yaitu iblis dan setan. Makanya pada zaman sekarang ini, kalau tidak suka dengan kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam, kalau ada yang membid’ahkan maulid nabi shallallahu ‘alaihi wasalam, jangan-jangan itu keturunan iblis dan setan.
__________________

(17)     HABIB ZAKY bin SAGGAF al-KAFF:
 

Aqidah kita harus benar-benar dijaga, keluarga kita harus benar-benar dijaga dan menjaganya harus benar-benar, jangan setengahj-setengah. Karena apa? Karena jika ada (masalah) aqidah yang lain yang bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits, jika sampai masuk kedalam tubuh manusia ibarat racun yang mematikan, lebih berbahaya, lebih dahsyat bahayanya daripada kanker, virus HIV aids dan proses penyebarannya sangatlah cepat. Pemahaman yang salah ini, kalau masuk dalam bidang aqidah, dalam hati susah untuk bisa keluar, susah untuk diobati, susah untuk kembali kecuali dapat hidayah dari Allah.

Lindungilah keluarga kita dari pemahaman-pemahaman yang bertentangan dengan ahlussunnah wal jama’ah, dari pemahaman-pemahamanyang menyuruh kita benci dengan sahabatnya Nabi, pemahaman-pemahaman yang juga menyuruh benci kepada keluarganya Nabi.


(18)       SYED ZAID ZAMAN HAMID:

 

You will always find that only the mushriks or the khawarij would be the most better enemies of this faqeer. It is because of the sacred blood that flows within. Alhamdulillah as the dogs of hell and the mushriks remain the worst enemies of Rasulullah.
___________ 

(19)       HABIB ZEIN bin UMAR SMITH (Ketua Umum Rabithah Alawiyah): 
Kemenangan yang didapat dengan kejujuran akan sangat berarti bagi kita semua.
_____________

(20)       HABIB ZULFIKAR ALI BIN SYEKH ABUBAKAR
 
 

Barangsiapa yang menyenangi kekasihnya Allah ta’ala maka dia akan dikasihi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka kata Rasulullah : ikutilah aku niscaya akan dicintai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Mengikuti Rasulullah itu dengan cara apa? Ya dengan mengikuti cara hidup para alim ulama. Barangsiapa yang cinta kepada para alim ulama, maka cintanya tersebut akan disampaikan kepada habibuna Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam.
________________

(21)         DR.  ZAINAL ABIDIN BILFAQIH, MA :
 

· Pemimpin yang faham akan syari’at Islam dan faham ilmu kenegaraan akan menciptakan keadilan. Maka kita semua harus bisa melangkah tanpa saling menbedakan.

·  Kita harus belajar dengan memiliki guru yaitu orang yang sarat akan ilmu dan kebenarannya terjaga. Kalau membaca tanpa dibimbing maka dikahawatirkan salah tafsir.

·   Siapa yang istiqamah membaca shalawat, apalagi hingga 40 malam, maka Insya Allah sksn mendapatkan Sirr, madad, dan pandangan khusus dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam.
________________ 

(22)         HABIB ZEIN bin HAMID BAGADIR al-ATHOS :
 

·    Apa itu ihsan ? Ihsan bisa punya arti bahwasanya adalah al-ikhlas. Yang kedua, ihsan punya arti tasawuf. Jadi kedua-duanya sama mendekati pemahaman karena antara ikhlas dan tasawuf itu selalu berbuat ihsan. Karena menyangkut keadaan hati seseorang. Kalau hati kita dijaga nggak akan dapat yang kotor karena hatinya bersih. Kalau hatinya bersih, omongannya baik, dan orang-orang menantikan ucapan kita. Tetapi kalau hatinya kotor, maka manusia berharap agar kita pergi dari hadapannya, biar ditelan bumi, karena ucapan kita tidak baik.



(23)         HABIB ZET HADI el-HABSYI :

 

·         Maka manusia yang baik itu adalah yang tidak memiliki kekuatan intelektual dan personal glory ketika berhadapan dengan pencipta-Nya.

·         Berkumpul dalam mencari manfaat, jauh lebih baik daripada merasa diri paling hebat.

·         Tak cukup tanpa Allah adalah pegangan orang yang berfikir.

·         Islam akan dijumpai dalam kondisi apapun, dan ia akan menjadi pembimbing hatimu saat kamu menyakininya.


(24)         Ustadz DR. ZEN MUHAMMAD al-HADI, MA :
 

·         Jangan pernah mencintai siapapun melebihi cinta kepada-Nya, karena yang selain-Nya adalah fana dan segera sirna. Sungguh kekekalan cinta hanya mil,ik Allah dan segala apa serta siapa saja yang berkaitan dengan-Nya.

·         Ketika gembira bergembiralah sewajarnya, karena akan datang masanya duka. Dan ketika berduka, berdukalah sewajarnya saja, karena akan tiba masa bahagia setelahnya. Demikianlah dunia, akan selalu diwarnai dengan itu semua, hingga jiwa melepas raga.

·         Salah satu ciri hati yang bersih adalah selalu berprasangka baik dan bersyukur dalam segala keadaan.

·         Pengetahuan tentang kebenaran adalah sesuatu yang baik, dan seseorang yang dapat mengamalkannya adalah yang terbaik. Adapun keburukan ialah sesuatu yang hina, sedangkan pelakunya adalah yang paling hina.

·         Islam adalah agama cinta. Tidak ada agama tanpa cinta dan tidak ada cinta tanpa agama. Adapun cinta bila tidak karena Allah, pasti berharap pamrih.


 

(25) HABIB ZAKY bin THOHIR bin YAHYA :





·         Orang yang mencintai Nabi dengan hati yang sejati, sempurna bisa apa tidak ? bisa yaitu hanya dengan 2 syarat saja bisa mendapatkannya. Siapa mereka ? Kalau kita cinta Nabi dengan sebenar-benarnya cinta, maka kita harus bisa menjaga, membela, menyayangi, mencintai, mengasihi apapun yang datang, yang berurusan dengan Nabi itu kita ambil dalam hati, sempurnakan rasa cinta kita kepada mereka, siapa itu 2 golongan : 1) waratsatul anbiya, para kiai, para ustadz itu wajib kita cintai, 2) yaitu para habaib. Jadi habib ataupun kiai adalah penerus baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam, sehingga siapa yang bisa menjaga mereka, membela mereka, mencintai mereka, mengasihi mereka, maka anda akan dijamin, Insya Allah, bisa mendapatkan Cinta Nabi yang sempurna. Kenapa seperti itu ?

Sepintar-pintarnya orang, sehebat-henatnya orangf, ilmunya jutaan kitab, pengikutnya jutraaan orang, sehebat apapun orangnya, kalau kita tidak ada rasa cinta kepada ulama, kepada orang lain, maka demi Allah, maka apa yang dilakukan itu walau dzahirnya kita beramal tapi hakikatnya kita telah menghancurkan ummat. Jadi kalau orang itu pintarnya sebagaimana saja dia ngomongf, tetapio didalam hatinya dia benci dengan orang alim, benci dengan ulama, benci dengan habaib, maka dzahirnya dia beramal tetapi hakikatnya dia menghancurkan ummat Muhammad.





(26)     HABIB ZAKY bin NAJIB bin YAHYA :





·         Bagaimana kita bisa cinta kepada nabi Muhamamad shallallahu ‘alaihi wasalam kalau kita tidak mengenal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam. Bagaimana kita bisa mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sementara kita tidak mengetahui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. Inilah salah satu pengagungan kita untuk mengenalkan kembali seluk beluk nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wasalam dengan memperingatinya maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam.


(27)     HABIB ZAKY bin ABDULLAH al-MUNAWAR :



·         Bersamalah dengan Allah. Seandainya tidak bisa, maka bersamalah dengan orang yang selalu bersama Allah.

·         Jagalah seluruh anggota badan kita, terutama hati kita dari segala macam kemaksiatan yang dapat menjadikan kita lupa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

·         Khususkanlah sebagian waktu dibulan ramadhan untuk muraqabah, mujahadah, musyahadah dan muhadharah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan bershalawat atas baginda Nabi Muhammad shalklallahu ‘alaihi wasalam.


(28)     HABIB ZAKY bin ABDULLAH al-MAULAKHELA :




·         Air mata boleh mengalir, kebekuan hati boleh mencair, namun yang tidak boleh adalah menolak/ menggugat takdir.

(29)     HABIB ZIADI THOHIR

 

·         Tugas seorang pemimpin bukan hanya sekedar melayani masyarakat, dalam kebutuhan jasmani atau material saja, namun seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang juga memperhatikan keseimbangan kebutuhan rohani atau spiritual masyarakat yang dipimpinnya. Gambaran masyarakat yang tercukupi kesejahteraan jasmani dan rohaninya adalah masyarakat pada era Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, sebaik-baik zaman adalah zamanku. Selanjutnya, zaman khulafaur Rasyidin. Setelah itu lahir pula pimpinan yang mampu menyeimbangkan kesejahteraan material dan spiritual rakyatnya, yakni pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang mengikuti corak kepemimpinan datuknya, umar bin khattab.



(30)     HABIB ZEIN RIFKY bin AHMAD al-JAILANI



·       Pemimpin yang baik adalah sosok yang jujur, berhati mulya, tidak sombong dan mau bekerja.



(31)     SAYYID ZAKI bin UMAR bin AKI al-HADDAD

 


 

 

·         Jika hati sering menyebut nama orang shaleh, maka Sirr orang tersebut akan melekat pada wajah kita.

 


(32)  ZAINAL FAHMI ALATAS 


·         Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan keteduhan jiwa orang yang memilikinya.

·         Masker berfungsi untuk melindungi kita dari debu dan virus-virus yang berbhaya, juga sebagai simbol supaya kita tutup mulut.

·         Rata-rata orang Indonesia kalau disuruh mengarang malah mikir, tapi kalau disuruh mikir malah ngarang.

·         Rasulullah setelah shalat masih istighfar (memohon ampun kepada Allah), tapi kebanyakkan sekarang orang habis ibadah jadi merasa benar, berani menilai orang lain, mengkoreksi orang lain, padahal Rasulullah yang dijamin masuk sorga aja masih memohon ampun.


(33)     HABIB ZUHAIR ASSEGAF



·         Kalau kita mencintai Allah melalui wasilah ulama, melalui wasilah cucu Nabi kita Muhammad, melalui wasilah ilmu dan bershalawat kepada rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, maka cinta itu akan dibalas oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan pahala dan sebaik-baik balasan, dan nantinya kita akan merasakan hal itu tidak hanya didunia tetapi juga diakherat kita akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa.

·         Kata Rabiatul Adawiyah : Perjalanan diakherat jauh lebih panjang dan lebih susah, Sesungguhnya perjalanan kematian itu jauh lebih menyusahkan daripada kehidupan di dunia. Oleh karena itu, maka dengan keimanan, ketaqwaan, ilmu yang kita peroleh maka hendaklah kita dapat menjadikan diri kita ini, hidup kita ini untuk mendapatkan kesenangan hidup dialam barzah. Maka apabila dialam barzah tersebut kita sudah mendapatkan kemudahan, maka sampai diakhiratpun akan mendapatkan kemudahan. Maka perlu keyakinan dan ketabahan bagi idiri kita untuk menjalani kehidupan di dunia ini, bahwa yakinkan dihati kita, bahwa dunia yang diberikan Allah hanya sementara, sebentar, tidak hari ini, atau esok, kematian pasti akan menjemput kita. Maka dalam sebuah hadits dikatakan, “Cukup kematian itu sebagai penasehat”.
 
 

(34) HABIB ZEIN bin ABDULLAH BA’ABUD

 


·       Kenalkan anak-anak kita dengan Nabi dan orang-orang shaleh, agar anak-anak kita bisa mencintai dan meneladani mereka. Jauhkan anak-anak kita dari tontonan yang merusak akhlaq mereka.

 

                    (35) HABIB ZEIN bin UMAR ALATHOS

 


·       Merawat dan membumikan tradisi NU, juga sama dengan merawat dan mempertahankan bangsa.

 

·       Kalau seseorang itu ditakdirkan oeh Allah baik maka orang itu akan baik. Sorga. Kalau orang itu ditakdirkan oleh Allah masuk neraka maka orang tersebut masuk neraka. Ada hadits yang menggembirakan. Nabi Shallalalhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila Allah pengin hamba itu menjadi orang baik, ditempatkan ditempat yang baik, meninggalnya dalam keadaan baik, maka orang tersebut akan berguna”. Maka para sahabat bertanya : Ya Rasulullah, bagaimana Allah akan menjadikan orang itu berguna. Allah berfirman : orang itu akan di kasih taufiq, bisa menjalankan amal shaleh, bisa shalat 5 waktu, bisa menjalankan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, orang itu mau mengkaji  syariat nabi Muhammad, mau hadir ke majelis ilmu, mau datang kepada habaib, mau datang kepada para kiai, cinta kepada ilmunya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mau belajar ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu tasawuf dst. Maka orang tersebut mendapatkan taufiq dapat melakukan amal shaleh.

 

(36) SYED ZIAUDDIN NAQSHABANDI SAHEB

 


·       Kabatullah mahz ek imarat Ka Naam Nahi Balke wo Tajalliyat E Elahi Ka Markaz hai (Ka’bah/ Baitullah, pen) bukanlah nama sebuah bangunan, tetapi pusat manifestasi ketuhanan)

 

·       Jab log majlis e zikr me baith kar Allah Ta’ala ka zikr karke uthte hain to unhe kaka jata hai : khade hojoo! Allah ne tumhare gunah baqshdiye hain, tumhare gunah neki’on me badal diye gaye hain.

 

·       Arz e Taibo me Zia pure adab se aana. Husn a tazeem hi me qalb ka taqwa dekha.

 

·       Zindagi ke raste Par Muhabbat ke phool ugao Agar nafrat ke kante bechate to anindah, Aane wali apki  apni, nasal laho lohaan ho jayegi. 

 

·       Wohi bharte hain jholiyan sabi, woh samajte hain, bolia sab ki Aoo bazaar musthafa ko chale, kothe sikhe wahi pe chalte hain.

 

(37) Prof. DR. SAID ZAINAL ABIDIN


·       Sikap tidak dapat menerima kekalahan dapat mengakibatkan terjadinya money olitics yang dewasa ini dikenal luas diberbagai daerah dan negara. Money Politics ini merupakan jenis korupsi yang sangat berbahaya, disamping sebagai pelanggaran hukum, sekaligus juga menyebarluaskan kecurangan umum  dalam masyarakat dan menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi, membuka peluang munculnya pemimpin curang yang kaya dan pada gilirannya mendorong munculnya diktator.

·       Pemimpin rakyat tidak banyak berjanji, karena dia tidak punya sesuatu untuk dibagi yang ditunjukkan adalah keikhlasan dan perhatian pada masalah rakyat. Bukan mendadak disaat pemilu, tapi dalam keseharian hidup sehari-hari. Rakyat tahu itu semua. Bagi rakyat miskin, matanya tidak sekedar yang terletak dikepala, tapi juga yangtersimpan jauh didalam hati. Rakyat tidak melihat hanya dengn mata kepala, tapi juga dengan mata hati. Mata hatiya jauh lebih terang daripada mata kepala. Rakyat tidak sanggup membca koran, tidak mampu menonton TV, tapi mendengar dan memeperhatikan dari apa yang dibicarakan sesama mereka.

·       (pemimpin) ... dia harus bekerja untuk rakyat, menjadi pelayan rakyat, bukan untuk menjadi daualat yang berkuasa terhadap rakyat. Rakyat sudah cukup menderita selama berabad-abad. Kini dalam era kemerdekaaan dan era reformasi rakyat ingin berdaulat. Dia membutuhkan pelayan yang mau bekerja secara sungguh-sungguh dan jujur. Anda adalah orang-orang yang melamar dan berlomba untuk menjadi pelayan mereka. Karena itu, pemimpin harus tahu diri sebagai pelayan rakyat, bukan sebaliknya. (dikutip dari Jurnal Transformasi Administrasi, Volume 3 No. 1 tahun 2013).

 

(38) HABIB ZEIN bin ABDULLAH bin ALWI al-HADDAD

 


 

 

·       Syiarkanlah pembacaan Ratib al-Haddad di rumah, masjid, mushalla, bahkan ditempat keramaian, Insha Allah dengan keberkahannya kita terhindar dari segala mara bahaya, rasa takut, kesulitan, penyakit, wabil khusus covid 19.

 


      (39)  Prof. DR. HABIB MAMMAD ZARBALIYEV

 


 

 

·       Setiap bangsa mempunyai pandangan sendiri tentang sistem nilai-nilai, dan tak seorangpun boleh memaksakan sistem nilai sendiri pada kelompok lainnya. Dalam hubungan antar bangsa, kesetaraan sistem nilai-nilai adalah syarat yang paling penting untuk persamaan negara, koeksistensi damai bangsa-bangsa dan negara-negara, dan untuk dialog sama rata. (hal. 8)

 

·       Ada beberapa tingkat toleransi yaitu tingkat sivilisasional, internasional, etnis, sosial dan individual.

Dalam hubungan internasional, toleransi merupakan syarat utaa untuk kerjasama dan koeksistensi negara-negara secara damai, dengan tidak tergantung besar kecilnya, tingkat perkembangan ekonominya, asal usul etnis dan religiusnya.

Toleransi etnik dinyatakan dalam ketoleranan terhadap tata hidup asing, kebiasaan, tradisi, pendapat dan ide-ide asing. Toleransi etnik biasanya timbul dalam situasi bermasalah, dalam keadaan konflik dengan kelompok etnik lain.

Toleransi svilisasional berarti non-kekerasan (unviolence) antara budaya-budaya yang berbeda.

Toleransi sosial budaya, sebagai sifat moral individu, dianggap sebagai sikap toleran terhadap orang-orang lain, dengan tidak memandang asal usul etnis, kebangsaan dan budayanya. Toleransi dinyatakan dalam usaha-usaha kepentingan-kepentingan dan pandangan-pandangan yang berbeda untuk mencapai saling mengormati dan persepahaman. (hal. 14)

 

·       Komponen-komponen dari struktur toleransi sosial adalah penghormatan, empati, kemurahan hati dan keramahan. Toleransi sebaga budaya pemahaman orang “lain”, membentuk dasar dialog, dan dipandang sebagai cara pencegahan konflik-konflik etni-budaya. (hal. 14)

 

 

 






DAFTAR PUSTAKA


Abul A’la al-Maududi, Daurut Thalabah fi Binai Mustaqbal al-‘alam al-Islami. Penerjemah : Indra Syamsudin, Peranan Mahasiswa Islam Membangun Masa Depan. (Jakarta : Media Da’wah), cet. 2, 1984.
_____________ , Tazkiratud Duatil Islam. Penerjemah: Drs. H.M.Asywadie Syukur, Lc. Petunjuk untuk Juru Dakwah. (Jakarta : Media Da’wah), Cet. 2., 1984.
_____________ , Nazdariyah al-Islam as-Siyasah. Penerjemah : Drs. M. Nurhalim, Politik Alternatif: Suatu Perspektif Islam. (Jakarta : Gema Insani Press), Cet. 3, 1994.
______________, Mabadi ‘Asasiyyah Li Fahmil Qur’an. Alih Bahasa: Umar Fanani BA, Metode Dasar Memahami Al-Qur’an, (Bangil : Fa. Muslimun), Cet. 1, 1984.
______________, Islamic Way of Life. Alih Bahasa : Mashuri Sirojuddin Iqbal dkk, Islam Sebagai Pandangan Hidup. (Bandung : CV.Sinar Baru), 1983.
______________, Tajdiid Ad-Diin wa Ihyaa-ihi. Alih Bahasa : Ahmadi Thaha, Saiful Islam Farenduani, Sejarah Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam Pikiran Agama. (Surabaya : PT. Bina Ilmu),Cet. 1, 1984.
______________, Al Islamul Yaum. Penerjemah : Arif Rahman Hakim, Islam Masa Kini. (Jakarta : Gema Insani Press), Cet. 5, 1994.
______________, The Prophet of Islam, Alih Bahasa : Moh. Ayub H dan Muhammad Ali, Muhammad saw Mahaputra Revolusioner, (Surabaya : PT. Bungkul Indah), Cet. 1, 1987
______________, Fundamentals of Islam. Penterjemah : Achsin Mohammad, Dasar-Dasar Islam. (Bandung : Pustaka), Cet. 1, 1984
Abdul Karim Zaidan, Al-Fardu wa al-Daulah fi al-Syari’ah al-Islamiyyah. Alih Bahasa : Abd. Aziz, Masalah Kenegaraan dalam Pandangan Islam, (Jakarta : Yayasan al-Amin),     Cet. 1, 1984.
Adnan Hasan Baharits, Al-Athfaal wal-Mukhaddaraat. Penerjemah : Rusydi Helmi, Bahaya Obat Terlarang terhadap anak kita, (Jakarta : Gema Insani Press), Cet. 1, 1998.
Abdul Qadir Jailani, Syaikh,  Futuh al-Ghaib. Penerjemah : Asep Kamal, Penyunting : Abdurrahman Zain, Kunci Tasawuf, Menyingkap Rahasia Kegaiban Hati. (Bandung : Husaini), Cet. 1, 1985
__________________, Nadhom al-Ghautsyiah, Wahai Tuhan Tolonglah Daku. (Solo: CV. Ramadhani), Cet. 1, 1990.
Alwi Husein, Keluarga yang Disucikan Allah. (Jakarta : Lentera), Cet. 4, 2001.
Abdul Hadi Muthohhar, MA, Dr. Pengaruh Mazhab Syafi’I di Asia Tenggara. (Semarang : CV. Aneka Ilmu), Cet. 1, 2003
Abdurrauf al-Manaawi, al-Imam,  Kunuuzul Haqaa-iqi fii Hadiitsi Khairil Khalaa-iqi. Penerjemah : Drs. Idrus H. Alkaf,  Perbendaharaan 590 Hadits  Nabawi. (Surabaya : Karya Utama), t.t.
Abul Hasan  Ali al-Mawardi, Adab an-Nafs. Penerjemah : M. Qodirun Nur dan A. Masruch, Mutiara Akhlak Al Karimah,  (Jakarta : Pustaka Amani), 1993.
_____(Imam Mawardi), al-Ahkam as-Sulthaniyyah. Penerjemah: Fadli Bahri, Lc, Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syari’at Islam. (Jakarta : PT. Darul Falah), Cet. 2, 2006.
Ahmad Dimyathi Badruzzaman,MA, KH. Amaliah Zikir Taubah dan Taushiyah Muhammad Arifin Ilham ditinjau dari syari’at Islam. Penerbit : Majelis Az-Zikra.
_______________, Tanya Jawab 75 Masalah Agama (Al-Hujajul Bayyinah). (Jakarta : Sinar Baru Algensindo), tt.
Abuzein bin Zein, Aqidah ahlus sunnah wal jama’ah adalah aqidah ahlul bait (Surabaya : Yayasan “al-Bayyinat”).
Ahmad Abdul ‘Adhim  Muhammad, At-Takhtith lil Hijrah : Manadi’ ilmiyah wa ilhamat Rabbaniyah. Alih Bahasa : M. Mansun Hamzah, Strategi Hiojrah : Prinsip-prinsip Ilmiyah dan Ilham Tuhan. (Solo :PT. TigaSerangkai Pustaka Mandiri),Cet. 1, 2004.
Abu al-Hasan Ali an-Nadawi, Fadlu al-Bi’tsah al-Muhammadiyah ‘ala al-Insaniyyah wa Manhiha al ‘alamiyyah al-Khalidah. Alih Bahasa : Aceng Bahaudin, Arti Kerasulan Muhammad bagi Kehidupan Manusia. (Jakarta : Kalam Mulia), Cet. 2, 1991
_______________, Maza Khasiral al-alam bi Inhithath al-Muslimin. Alih Bahasa : Abu Laila dan Muhammad Tohir, Kerugian Apa yang Di derita Dubia Akibat Kemerosotan Kaum Muslimin. (Bandung : PT al-Ma’arif), Cet. 1, 1983.
Abdullah Al-Haddad, Sayyid, Sabiilul Iddikaar wal I’tibaar bimaa yamurru bil insan wa yangadhiilahu minal a’maar (Penyunting : Hasanain M Makhluf, Penerjemah : Muhammad Baqir), Renungan tentang Umur Manusia, Mizan, Bandung, Cetakan II, Mei, 1985
_________________, An-Nashaihud diniyyah wal washayal Imaniyyah. Alih Bahasa : Mohammad Abdai Rathomy, Petuah-Petuah Agama Islam. (Semarang : CV. Toha Putra), Cet. 1,1980.
Ahmad Al-Hasyimiy, Sayyid,  Mukhtarul Ahadits Hikamil Muhammadiyah (Penerjemah : H.Hadiyah Salim, Penyunting : Syamsudin Manaf), Al-Ma’arif, Bandung, Cet. I, 1994
Ahmad Marzuqi, Sayyid, Aqidatul Awam. Penerjemah : Abu Muhammad. (Surabaya : TK. SalimNabhan).
Asy-Syaukani, al-Imam, Qatrul  Waly ‘ala Haditsil Waly. Penerjemah :HM. Shonwani Basyuni, Dalam Naungan Illahi Wali Allah. (Surabaya : Al-Ikhlas), Cet. 1,1994.
Abu Abdillah Mubarak bin Mahfudh Bamu’allim, Fadhilah Shalat Malam menurut al-Qur’an dan hadits. (Surabaya : Duta Ilmu), Cet. 2, 2009.
Abdul Basith Muhaammad Sayyid, Prof. Dr., Ath-Thib al-Wwiqa’I min al-Qur’an wa  As-Sunnah. Penerjemah :      M. Masnur Hamzah, M. Habiburrahim, Rasulullah Sang Dokter. (Solo : Tiga Serangkai), Cet. II, 2006.
Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim, Addunya Dhillun Zailun. Penerjemah : Syamsuddin T, Dunia di Taanganku Akhirat di Hatiku. (Jakarta : Darul Falah), Cet. 5,  2005.
Abdul Qadir Umar Mauladawilah, 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia. (Jakarta : Pustaka Bayan),Cet. 1, 2008.
Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung :  Mizan), 1977.
Alwi Husein (Penyunting), Do’a Puncak Pengampunan dan Penghambaan. (Jakarta : Pustaka Zahra), Cet. 5, 2004.
Ali Abdul Muhsin Jabbar,  Washaya ash-shalihin ‘indal Maut. Penerjemah : Bobby Herwibowo, Lc. Yang Mereka Wasiatkan: Pesan Para Shalihion di Ambang Kematian. (Jakarta : Senayan Abadi Publishing), 2003.
Ali Anwar Yusuf, Dr. Msi, Islam dan Sains Modern, Sentuhan Islam terhadap Berbagai Disiplin Ilmu. (Bandung : Pustaka Setia), Cet. 1, 2006.
Ali Syariati. Penerjemah : Afif Muhammad, Rasulullah Saw sejak Hijrah hingga Wafat. (Bandung : Pustaka Hidayah), 1995
Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi. (Jakarta : Gema Insani Press), Cet. 1, 2006.
Abu Sulaiman Muhammad Zabr-ar-Raba’i, Washaya al-Ulama ‘inda Hudhur al-Maut. Penerjemah : Muhammad al-Mighwar, M.Ag, Pesan-Pesan di Ambang Kematian, Wasiat-wasiat Ulama Saat Menghadapi Maut. (Bandung : Pustaka Hidayah),Cet. 1, 2003.
Adijani al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia dalam Teori dan Praktek. (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada), Cet. 4, 2002
Abdul Aziz Syawasy, Syaikh. Al-Islam Diinul Fithrah. Penerjemah : Achmad Chumaidi Umar dan M. Ali Chasan Umar,  Islam Agama Suci. (Semarang : CV. Toha Putra), 1983.
Abdul Wahid Khan, The Personality of Allah’s Last Messenger. Penyunting : A. Choiron Marzuki, Rasulullah di Mata Sarjana Barat. (Yogyakarta : Mitra Pustaka), Cet. 1, 2001
Abdul Muhsin bin Hammad al-Abbad, Biayyi ‘Aqlin wa Diinin Yakuunu At-Tafjiiru wa At-Tadmiiru Jihadan?   Penerjemah : Munawwarah Hanan, Apakah nge-Bom itu Jihad? (Jakarta :Darul Falah), Cet. 1, 2005.
Abdul Basith Muhammad as-Sayyid, Ath-Thibbu al-Wiqaiy lil Muhafazhah ‘ala Ash-Shihah al-‘Amah. Penerjemah : Azizah Hamid dan M. Habiburrahim, Metode Pengobatan Preventif Rasulullah Saw. (Jakarta : Amzah), cet. 1, 2005.
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.(Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada), Cet. 1, 2004.
Anwar Jundi, Gelombang tantangan Muslimah. Penerjemah : Ahsin Wijaya dan Ahmad Hakim Mudzakir. (Solo: CV.Pustaka Mantiq), Cet. 1, 1988
Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah. (Bandung : Pustaka Setia), Cet. 1, 2002.
‘Aidh al-Qorni, Kaifa Tathlubul ‘ilm Adabu Tholinil ‘ilm. Penerjemah : Salafuddin Abu Sayyid, Jabir Ali Bassam, Tips Belajar Para Ulama, (Solo : WIP), Cet. 1. 2008.
Badiatul Roziqin, Badiatul Muchlisin Asti,Junaidi Abdul Munif, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia. (Yogyakarta : e-Nusantara), Cet. 1, 2009.
Boedi Abdullah, Taktis Jihad dalam Islam. (Bandung: PT. Al-Ma’arif), Cet. 1, 1980.
Carl W. Ernst, Teaching of Sufism. Penerjemah: Tantan Hermansyah dan Siti Suharni, Mozaik Ajaran Tasawuf. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), Cet. 1, 2001.
Didin Hafidhuddin , Zakat dalam Perekonomian Modern. (Jakarta : Gema Insani), Cet. 3, 2004.
Farid Abdul Khaliq, Fi al-Fiqh As-Siyasiy al-Islamiy Mabadi Dusturiyah Asy-Syura al-‘Adi al-Musawah. Penerjemah : Faturrahman A. Hamid,Lc, Fikih Politik Islam. (Jakarta : Amzah), Cet. 1, 2005.
Haderani HN (Penerjemah), Maut dan Dialog Suci. (Surabaya : CV. Amin), t.t.
Hasan Muhammad Syaddad Ba’umar Ba’umar, Kaifiyat al-Wushul Liru’yat sayyidina ar-Rasul Muhammad saw. Penerjemah : Muhammad Al-Mighwar,M.Ag, Doa-doa Mimpi bertemu Nabi Saw. (Bandung : Pustaka Hidayah), Cet. II, 2002.
Haydar bin Sholeh Mauladdawilah, Tanyajawab Seputar Sunnah dan Bid’ah.(Malang : Ar- Roudho), Cet. 1, 2009.
Husain Husain Syahatah, Ar-Rasywah fi Mizan asy-Syari’ah Al-Islamiyah. Penerjemah: Kamran As’ad Irsyady, Suap dan Korupsi Dalam Perspektif Syari’ah (Jakarta : Amzah),    Cet. 1, 2005
Husein Shahab, Jilbab Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah. (Bandung :Mizan), Cet. 1, 1986.
Hossein Nasr, Sayyed, Muhammad Man of Allah. Penerjemah : R.Soerjadi Djojopranoto, Kekasih Allah: Muhammad Kedalaman Spiritual dan Arti Batiniah berbagai Episode Kehidupannya. (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada),     Cet. 3,2002.
__________________, Tasawuf Dulu dan Sekarang, Terjemah : Abdul hadi W.M., (Jakarta : Pustaka Firdaus), 1991.
Huwaida Ismail, Wa Man Yamnauka Minal Hijaabi. Penerjemah : Abdul Mannan MM, Siapa Melarangmu Berjilbab. (Surabaya : Target Press), cet. 1, 2001.
Ihsan Ilahi Dhahir, Dr., Al-Mansya  wal Mashadir. Penerjemah : Fadhli Bahri,Lc, Sejarah Hitam Tasawuf, Latar Belakang Kesesatan Kaum Sufi. (Jakarta : Darul Falah), Cet. 1, 2001
Ibrahim bin Shaleh al-Mahmud, Hidayatu lil Ummi Jadidah. Penerjemah : Fikri Said Obet Elly, Kado Buat Ummi. (Jakarta : Darul Falah),Cet. 6, 2002.
Ibnu Atha’illah, Al-Hikam. Penerjemah : H. Salim Bahreisy, Terjemah al-Hikam, Pendekatan abdi pada Khaliq-Nya. (Surabaya : Balai Buku), Cet. V, 1984.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kun Fa Yakun. Penyunting : Muhammad Nuh,Lc, Kun Fa Yakun, memahami Misteri dan Hikmah di Balik Keajaiban Takdir. (Jakarta: Mitra Press), Cet. 1, 2008.
Idrus H. Alkaf, Mendayagunakan Keampuhan Khasiat Mukjizat ayat-ayat al-Qur’an. (Solo :CV.Aneka), Cet. 6, 1997
_____________, Khutbah Jaman Rasulullah Sawyang tetap relevan dan actual sepanjang masa. (Solo : CV. Aneka),Cet. 3, 2001.
Ihsan Ilahi Zhahir, Asy-Syi’ah As-Sunnah. Penerjemah : Bahrun Abu Bakar, Salah Faham Sunni Syi’ah. (Bandung : Risalah), Cet. 1, 1983.
Imad Ali Abdus Sami al-Husain, Al-Badru fil Hatstsi ‘ala Sholatil Fajr. Editor : Mutsanna Abdul Qohhar dan Muhaammad Albani, Keajaiban Sholat Subuh, (Solo :  WIP),, Cet. 1, 2006.
Irfan Zidny, Ziarah Spiritual (Jakarta : PT. Raja Grafindo), Cet. 2, 2003.
Ismail Nawawi, , Tarekat Qodariyah wa Naqsyabandiyah, sebuah Tinjauan Ilmiyah dan Amaliyah. (Surabaya : Karya Agung),Cet. 1, 2008.
Imam Bawani, Segi-Segi Pendidikan Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas), 1987.
Imam Adz-Dzahabi, As-Sirah An-Nabawiyyah. Penerjemah : Ali Murtadho, Sirah Nabi, Sejarah Kehidupan Muhammad Saw. (Semarang : Pustaka Nuun), Cet. 1, 2005.
Imam Munawwir, Memahami Prinsip-Prinsip Dasar al-Islam, Pengantar Kuliah di Perguruan Tinggi. (Surabaya : PT. Bina Ilmu), t.t.
Jamhari dan Ismatu Ropi (Penyunting), Citra Perempuan dalam Islam, Pandangan Ormas Keagamaan. (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama), 2003.
Ja’far bin Hasan al-Barzanji, As-Sayyid, Maulid Barzanji. Majalah Al-Kisah edisi 06/2008.
Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh, Sejarah dan Kaidah Asasi. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), Cet. 1, 2002.
Khan Sahib Khaja Khan, Studies in Tasawuf. Penerjemah : Ahmad Nashir Budiman, Tasawuf Apa dan Bagaimana. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada), Cet. 4, 2002.
Labib MZ dan Drs. Farid Abdullah, Kisah Kehidupan Para Sufi Terkemuka. (Surabaya : Bintang Usaha Jaya), 1998.
Maulana Saeed Ansari an-Nadwi (et.al), Biographies of the Women Companions of The Holy Prophet and theWays of their Sacred Lives. Penerjemah :Chairijal T, Para Sahabat yang Akrab dalam Kehidupan Rasul. (Jakarta : PT.Raja Grafindo), Cet. 2, 2002.
M. Ridlwan Qoyyum Sa’id, Fiqh Klenik, fatwa-fatwa Ulama Menyorot  Tharekat dan Mistik. (Kediri : Mitra Gayatri),   Cet. 1, 2004
_____________ , Fiqh Najasah. (Kediri : Mitra Gayatri), Cet. 2, 2007
M. Syafi’i Hadzami, Taudlihul Adillah (100 Masalah Agama) Jilid 1-7, Kudus : Menara Kudus, 1982
Muhammad Suhufi, Sayyid, The Way of Frienship in Islam. Penerjemah : M. Iqbal Assegaf, Menuju Persahabatan. (Jakarta : Yapi), Cet. 1, 1991.
Muhammad bin Ibrahim al-Hamid, At-Taqshir fi Tarbiyatul Awlad: al-Mazhaahir, Subulul Wiqaayah wal ’ilaj. Penerjemah : Abu Barzani, Kesalahan Mendidik Anak: Bagaimana Terapinya. (Jakarta: Gema Insani Press),Cet. 1, 2000.
Muhammad Ibrahim Salim,  Al-Asma’ul Husnaa lil Athfaal. Penerjemah : Zaid Husein al-Hamid, Al-Asmaul Husna Bagi Pendidikan Anak. (Surabaya : Mutiara Ilmu), 1987.
Mujtaba Musawi Lari, Sayyid,  God and His Attribute : Lesson on Islamic Doctrine. Penerjemah : Ilham Mashuri dan Mufid Ashfahani, Mengenal Tuhan dan Sifat-sifat-Nya, (Jakarta : Lentera), Cet, I, 2002.
Mansur, Mendidik Anak sejak dalam Kandungan. (Yogyakarta: Mitra Pustaka),Cet. 1, 2004.
Moh. Saifulloh Al-Aziz, Cahaya Penerang Hati. (Surabaya : Terbit Terang), 2004.
Muhammad Nuruddin Marbu al-Banjari, Al-Imam As-Syafi’I Sayyidul Aimmah wa Mujaddidul Ummah. Penerjemah: Forum Silaturrahmi Alumni Timur Tengah Amuntai HSU, Imam Syafi’i, Penghulu Imam dan Pembaharu Ummat. (Amuntai: Ma’had Aly li Tafaqquh fi Diin), 2002.
Muhammad Abdullah al-Khatib, Min Fiqhil Hijrah. Penerjemah : Drs. Abdul Mu’in HS,MA dan Drs. H.Misbahul Huda, Dipl., Makna Hijrah, Dulu dan Sekarang. (Jakarta : Gema Insani Press),Cet. 2, 2002.
Muhammad Afif az-Za’by, Diwan al-Syafi’i Li Abi Abdillah Muhammad bin Idris al-Syafi’i. Penerjemah : Abdul Wahid, Sy. Nasehat Imam Syafi’i. (Bandung : al-Bayan),Cet. 1, 1992.
Muhammad Mahmud Abdul Alim, Al-Wilayah. Penerjemah : Ahmad Syakirin,Lc., Jalan Rohani Para Wali dalam Mencapai Makrifat dan Kebersihan Hati. (Jakarta : PT. al-Mawardi Prima),Cet. 2, 2001.
M. Ali Haidar, Nahdhatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama), 1994.
M. Sulaiman al-Asyqar, Alam as-Sihri wa Ary- Sya’wadzah. Penerjemah : Munirul Abidin,M.Ag, Candu, Mistik, Menyingkap Rahasia Sihir dan Perdukunan. (Jakarta : Darul Falah),Cet. 1, 2205.
Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah (Implikasinya pada Perkembangan Hukum Islam), (Semarang : CV.Aneka Ilmu), cet. 1,2000.
Moh. Adib Bisri, Tarjamah al-Faraidul Bahiyyah, Risalah Qawa-id Fiqh. (Kudus : Menara Kudus, 1977)
Mutawalli Sayyid Ahmad, Al-Iman Billah. Alih Bahasa: Yunus Ali Muhdhar, Memperteguh Keimanan Kepada Allah. (Surabaya : PT. Bungkul Indah), Cet. 1, 1994.
Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, Al-Isra wal Mi’raj. Alih Bahasa : As’ad Yasin,BA, Menyingkap Misteri Isra Mi’raj. (Surabaya : CV. Karya Utama).
________________, Al-Adillatul Maaddiyah ala Wujudillah. Alih Bahasa : A.Aziz, Salim Basyarahil, Penyunting : Juariyah Muhammad, Bukti-Bukti Adanya Allah. (Jakarta : Gema Insani Press), Cet. 1, 1990.
________________, Ruhul Islam wa Mazayahu. Alih Bahasa : M. Adib Bisri, Jiwa Islam dan Keutamaannya. (Jakarta : Pustaka Amani).
________________, Al-Ghaib. Alih Bahasa : A. Aziz,  Salim Basyarahil, Ilmu Ghaib. (Jakarta : Gema Insani Press), Cet. 1, 1991.
________________, Al-Sihru wal Hasadu. Alih Bahasa : Salim Basyarahil, Sihir dan Hasud. (Jakarta : Gema Insani Press), Cet. 1, 1991.
_________________, Ad-Dua al-Mustajab. Penerjemah : M.Syaerozi Adhim, Do’a yang dikabulkan (Jakarta :  Akbar media Eka Sarana), Cet. 2, 2003.
_________________, Mukjizaat ar-Rasul. Penerjemah : Ahmad Zubaidi, Mukjizat Rasulullah Saw. (Jakarta : PT. Al-Mawardi Prima),Cet. 1, 2004.
_________________ , Awshaafu Ahlil Jannah Ta’arrafu ‘ala Ash-haabil Jahiim. Penerjemah : Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Siapa Penghuni Surga Siapa Pebnghuni Neraka.(Jakarta: Gema Insani Press),Cet. 1, 2001.
__________________, Qishashul Hayawani Fil Quranil Karim. Penerjemah : H. Abdurrahman Saleh Siregar,Lc. Kisah-Kisah Hewan dalam Al-Qur’an. (Jakarta : Rihlah Press), Cet. 1, 2005.
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi, Syekh, Nashaaihul ‘ibaad (Penerjemah : H. Sofyan, Penyunting : Endang Sugriati dan Neni Susanti), Nasehat Bagi Haamba Allah, (Bandung: Triganda Karya), Cet. I, 1994.
Muhammad al-Baqir (Penerjemah dan Penyunting), Mutiara Nahjul Balaghah, Wacana dan Surat-Surat Imam Ali ra. (Bandung : Mizan),Cet. 1, 1991.
Muhammad Alawi al-Maliki, Prof.Dr., Ushulut Tarbiyyah an-Nabawiyah. Penerjemah : Muhammad Ihya Ulumiddin, Prinsip-Prinsip Pendidikan Rasulullah. (Jakarta : Gema Insani Press), Cet. 1, 2002
Muhammad bin Ahmad al-Haddad, Risalah Manakib Mbah Priok (Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad).
Muhammad Quraish Shihab, Perjalanan menuju keabadian, kematian, sorga dan ayat-ayat tahlil, (Jakarta : Lentera Hati),Cet. 4., 2006.
_______________, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. (Bandung : Mizan), 1995
_______________, Logika Agama : Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal dalam Islam. (Jakarta : Lentera Hati), Cet. 4, 2007.
Muhammad Quthb, Sayyid, Imra ataan Fil Jannah waImra ataan Fin Naar. Penerjemah : Zeyd Husein al-Hamid, Figur Wanita Sorga dan Neraka. (Penerbit : Amarpress), Cet. 5, 1990.
______________, Sistem Pendidikan Islam. (Bandung : al-Ma’arif).
______________, Konsepsi Ibadah dalam Membentuk Generasi Qur’ani. (Jakarta : Gema Insani Press).                                                                                                                     
Muhammad Sjarwani Abdan, Adzdachiratus Tsaminah Li ahlil Istiqamah (Simpanan Berharga), (Bangil : Japida), Cet. 1, 1967.
Muhammad Shaleh al-Munjid, Penerjemah : Zulkifli Zakaria, Shalat Yang Khusyuk dan langkah-langkah Mencapainya. (Jakarta : Sri Gunting), Cet. 1, 2001.
Muhammad bin Ibrahim al-Hamid, At-Taqshir fi Tarbiyatul Awlad : al-Mazhaahir, Subulul- wiqaayah wal ‘Ilaj. Penerjemah : Abu Barzani, Kesalahan Mendidik Anak: Bagaimana terapinya. (Jakarta : Gema Insani),Cet. 6, 2005.
Muhammad Abdul Qadir Alcaff dan Shahibul Aziz Zuhri (Penerjemah), Do’a Puncak Penyesalan dan Tobat, (Jakarta : Pustaka Zahra), cet. 3, 2004.
Muhammad Naquib al-Attas, The Concept of Education of Islam : An Framework for an Islamic Philosophy of Education. Penerjemah : Haidar Baqir,   Konsep Pendidikan Dalam Islam,Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung : Mizan), 1987.
Muhammad Abdul Hadi al-Masri, Mauqif Ahlus Sunnah walJama’ah Minal ‘Ilmaniyah. Penerjemah : Abdurrahman Attamimi dan Hanan Husin Bahanan, Sikap Ahlussunnah Terhadap Sekularisme. (Surabaya : Duta Ilmu), Cet. 1, 1995.
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf . (Surabaya : PT. Bina Ilmu), 1984.
Mahmudunnasir, Syed., Penerjemah : Andang Affandi, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 1993.
Nashir bin Abdul Karim al-‘Aqil, Mujmal Ushul Ahlisunnah wal Jama’ah fi al-‘Aqidah. Penerjemah: Muhaammad Yusuf Harun, MA, Prinsip-Prinsip Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah. (Jakarta : Gema Insani Press), Cet. 6, 1995.
___________________, Islamiyyah La Wahabiyah. Penerjemah : Abdur Rosyad  Siddiq, Hanya Islam Bukan Wahabi. (Jakarta : Darul Falah), Cet. 1, 2006.
Netty Hartati, dkk. Islam dan Psikologi. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), Cet. 1, 2004.
Qutb, Sayyid, Hadza ad-Diin. Editor Terjemahan : Dr. Syamsudin Manaf, Inilah Islam. (Bandung : Pt. Al-Ma’arif), Cet. 1, 1986
________________, Fiqih Dakwah. (Jakarta : Pustaka Amani), 1995.
Rosihan Anwar,  dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf. (Bandung : Pustaka Setia), Cet. 3, 2006.
Saleh Al-Jufri, Anatomi Diri Dalam Islam, LPLI Sunan Ampel, Surabaya, Cet. III. 1989
________________, Islam Sebagai GBHI (Garis-Garis Besar Haluan Ilahi), (Surabaya: LPLI Sunan Ampel), Cet. 1,1987.
Salim Bahriesy (alih bahasa), Bekal Juru Dakwah (Durratun Nashihin), TB Balai Buku, Surabaya, Cet. III, Agustus, 1981
Shalah Abdul Qadir al-Bakri, Al-Qur’an wa Bina al-Insan. Alih Bahasa: Abu Laila dan Muhammad Tohir, Al-Qur’an dan Pembinaan Insan. (Bandung : PT al-Ma’arif), Cet. 3, 1983.
Sri Mulyati, MA,DR. (et.al), Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. (Jakarta : Kencana), Cet. 1, 2004.
Sayyid Sabiq, Anashirul Quwwah fil Islam. Alih bahasa : Haryono S.Yusuf, Unsur-Unsur Dinamika dalam Islam (Jakarta : PT. Intermasa), Cet. 1, 1981.
Sayyid Abdullah Sayyid Abdurrahman Ar-Rifa’I,  Kama Tadinu Tudanu. Penerjemah : Dra. Munawarrah Hannan, Bila Amal di bayar Kontan : Kisah Nyata.  (Jakarta : Darul Falah), Cet. 1, 2004.
S.M. Naquib al-Attas, The Oldest Known Malay Manuscript: A 16th Century Malay Translation of  The Aqa’id of al-Nasafi. (Kuala Lumpur : The University of Malaya), 1988..
_____________, Jami’ Karamatul Awliya. Penyadur : Yunus Ali al-Muhdar, Kumpulan Kisah Keramat Para Wali. (Semarang : CV. Toha Putra).
Taqiyuddin Abubakar al-Husaini, Kifayatul Akhyar. Alih Bahasa : Anas Tohir Syamsuddin. (Surabaya : PT. Bina Ilmu), 1984.
Thawil Akhyar dan Kiptiyah, Hikmah Kehidupan, (Bandung : Pustaka), cet. 1, 1984
Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya (Penukil), Hadits Keluarga, Diperbanyak oleh Majelis Ta’lim ash-Sholawatiyah, Amuntai
Usman bin Hasan bin Ahmad, Durratun Nashihin. Penerjemah: H. Salim Bahreisy, Bekal Juru Dakwah. (Surabaya : TB. Balai Buku), cet. 2, 1980.
Wahiduddin Khan, Religion Versus Science. Alih Bahasa: Ahmadi Thaha, Agama Versus Sains Modern. (Surabaya : Al-Ikhlas).
Yusuf Halidi, Ulama Besar Kalimantan,Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari,
Yusuf al-Qaradhawi, Mauqiful Islam Minal Ilham wal Kasyf war-Ra’yu wa minat Tamaim wal Kahanah war Ruqa’. Penerjemah : HM.Wahib Aziz,Lc., Alam Ghaib : Sikap Islam terhadap Ilham ,kasyaf, Mimpi, Jimat, Ramalan dan Mantra. (Jakarta : Senayan Abadi Publishing), Cet. 1, 2003.
Yusuf bin Ismail an-Nabhani, Afdhalus Shalawati ‘alaa Sayyidis Sadaati (Amalan Shalawat Para Wali Allah). (Pekalongan: CV. Bahagia), 1986.
Zuhair Mahmud al-Humawi, Washaaya wa ‘Izhaat Qiilat fi Aakhiril Hayati. Penerjemah : Abdul Hayyi al-Kattani dkk. Wasiat-wasiat Akhir Hayat dari Rasulullah, Abu Bakar, dll. (Jakarta : Gema Insani Press), Cet. 1, 2003.
Zaid bin Muhammad bin Hadi al-Madkhali, syaikh, Awaamilu an-Nashri asy-Syar’iyah wa Sifatu al-Mujahid al-Mardliyah. Penerjemah : Ahmad Khadim, Mengharap Pertologan Allah bersama Pemimpin yang di ridhai-Nya. (Malang : Cahaya TauhidPress), cet. 1, 1999.