Senin, 05 Desember 2022

Sayyid ALI ZAINAL ABIDIN al-HABSYI

 


Sayyid Ali Zainal Abidin al-Habsyi adalah putra dari pasangan Habib Abdillah al-Habsyi (Pamintangan) dan Hj. Uflihah binti KH. Muhammad Janawi.

Diantara kalam beliau:

“Sesungguhnya Allah memiliki karunia-karunia yang besar, maka siapapun hamba yang memiliki keimanan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, memiliki iman kepada rasul-Nya, hingga hamba-hamba tersebut selalu melakukan perintah-perintah Allah Subhanahu wa ta’ala, maka Allah akan mengangkat derajat seseorang disisi-Nya, yang sangatlah mulia yang disebabkan perbuatannya”.

“Sesungguhnya seseorang yang hebat itu, disebabkan perbuatannya, bukan ucapannya. Seperti air hujan yang menumbuhkan akan tumbuh-tumbuhan, bukan suara petir yang keras. Maka selagi hamba tersebut melakukan perbuatan yang Allah perintahkan, maka seorang hamba tersebut akan menambahkan keimanannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala”.

“Kenikmatan yang diberikan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada seseorang, bukanlah sesuatu yang sia-sia, tetapi disamping Allah memberikan nikmat tersebut, Allah agungkan kepada hamba-Nya, dimana didalam hadits Qudsyi dikatakan : hai anak adam, beribadahlah kepadaKu, maka Allah akan memberikan kepada hati mereka yang mau melakukan ibadah tersebut (berupa) kekayaan, bukan saja kekayaan yang zahir, tetapi juga kekayaan yang bathin. Yang mana apabila kekayaan tersebut sudah diberikan kepada hati seseorang hambanya, maka hamba tersebut tidak akan mengatakan kelemahan, tidak merasakan kesusahan, tidak akan merasakan kesedihan, karena Allah telah memberikan kekayaan dalam hatinya yaitu dengan cahayanya Allah Subhanahu wa ta’ala”.

Muallim H. AHMAD GHAZALI

 


Muallim H. Ahmad Ghazali adalah seorang ulama dari Desa Tabalong Mati, Kecamatan Haur Gading, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Bila kita ba-anak, jangan kada dinamai anak kita tu lawan Ahmad atau Muhammad, barangan lagi hujungannya itu napakah lagi, kada jadi masalah”

“Bahkan ditempat yang tidak ada nama Ahmad atau nama Muhammad, tidak mendapat berkah dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Makanya, Imam al-Ghazali rhm, menurut sidin, abah sidin memberi nama Muhammad (kepada Imam Ghazali) padahal nama abah sidin adalah Muhammad, dan nama kai sisin juga Muhammad. Amun kita, ngaran kita Ahmad (lalu) mengarani anak dengan Ahmad, “katulahan” jar kaena manyambati ngaran abah. Padahal tujuannya adalah untuk mengenang. Ketika kita menyebut nama (maka) ingat dengan perjuangan abah, ingat perjuangan kai. Ketika kita menamai anak dengan Ahmad atau Muhammad, sama dengan nama nabi kita, ketika kita menyebut nama tersebut maka teringatlah dengan perjuangan baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi kaya itu tujuannya”.

“Nabi kita mengatakan, ujar Nabi kita, siapa ingin memandang wajah-wajah orang yang dimerdekakan Allah daripada api neraka, (maka) pandanglah orang-orang yang belajar ilmu. Mereka-mereka inilah orang yang selamat dari api neraka, karena mereka memperdalam ilmu agama, dan mereka mengamalkannya. Inilah orang yang mendapat kebahagiaan luar biasa”.

Ustadz FAKHRI

 


Ustadz Fakhri adalah salah seorang da’i ilallah dari Desa Jumba, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Ibu adalah pintu seseorang (dapat) menjadi waliyullah, sedangkan ayah adalah pintu rezeki bagi seseorang untuk mudahmencari rezeki”

“Kadada harapan seseorang itu menjadi alim apabila durhaka lawan uma lawan abahnya”.

“Kadada harapan seseorang itu menjadi sugih, kaya raya dengan kekayaannya itu berkah, jika ia durhaka kepada uma abahnya”

“Kadada harapan seseorang itu dan tak mungkin diberikan ketenangan jiwa jika ia durhaka dengan ibu bapaknya”.

“menjalin silaturrahmi dengan yang sudah terjalin, gampang. Yang ganal pahalanya tu bila orang bapagat (memutus) kita menyambungnya, ini yang ianya. Pian membari orang yang kada mambari lawan kita, atau pian malawati orang nang kada malawati lawan saurang, nah yang ini taharat”.

KH. MUHAMMAD HD

 


KH. Muhammad HD adalah salah seorang ulama Kabupaten Hulu Sungai Utara dari Kecamatan Danau Panggang. Beliau adalah lulusan Pondok Pesantren “Darussalam” Martapura, dan menjadi teman seangkatan dengan KH. Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul). Diantara guru-guru beliau sewaktu menjadi santri di Darussalam, diantaranya adalah KH. Salman Jalil, KH. Badaruddin, KH. Nasrun Thahir, dan lain-lain.

Setelah mondok di darussalam, beliau kembali ke kampung halaman dan kemudian memperdalam ilmu lagi dengan beberapa ulama, diantaranya dengan mamarina beliau, yaitu KH. Ma’mur Ali di Danau Panggang.

Beliau juga membuka majelis pengajian di rumah beliau di Desa Pandamaan, dan salah seorang ulama besar yang pernah berguru dengan beliau diantaranya adalah KH. Asmuni (Guru Danau).

KH. Muhammad HD telah berpulang ke rahmatullah pada tahun 2018.