Rabu, 27 April 2022

Ustadz MUHAMMAD JARKASI al-ALABY

 

Ustadz Muhammad Jarkasi al-Alaby berasal dari Alabio, Kabupaten Hulu Sungai Utara, adalah Pengasuh Pondok Pesantren “Al-Muhajir” Desa Putang, Kecamatan Longkali, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. 

Diantara kalam beliau:

“Kita apabila dihina orang jangan berkecil hati, kita disariki orang, dimarahi orang, dipojokkan, janganlah berkecil hati, (karena) ada sandaran kita yang lebih hebat, ada sandaran kita untuk melarikan masalah yaitu Allah Subhanahu wa ta’ala”

“Rasulullah itu tidak berbuat, tidak berkata kecuali yang ma’ruf. Nah, kita seharusnya seperti ini juga. Mari kita buat kata-kata yang baik. Apa kata-kata yang baik, baca al-Qur’an. Apa kata-kata yang baik, baca shalawat. Apa kata-kata yang baik, istighfar, tasbih, tahmid, takbir. Apa kata-kata yang baik, baca kitab”.

“Ketika Allah menurunkan ayat kursiy, bergetar alam semesta, bergetar langit. Kenapa? Karena ayat kursiy ini dahsyatnya luar biasa. Makanya coba lihat : bila orang tu mengamalkan (membaca) ayat kursiy, (maka) dia tampak berwibawa. Sekali membaca ayat kursi (maka) 40 malaikat menjaga kita dikiri dan dikanan, muka belakang dari bala musibah, dari orang-orang yang membahayakan diri kita. Makanya bila keluar rumah  baca ayat kursiy”.

Ustadz H. AHMAD RUSYADI, S.Ag, M.M.Pd

 

Ustadz H. Ahmad Rusyadi, S.Ag, M.M.Pd lahir di Amuntai, Selasa, 2 September 1975 (bertepatan dengan 25 Sya’ban 1395 H), adalah putra dari KH. Ahmad Suhaimi (Pakacangan). Sebelum menjabat sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Hulu Sungai Utara menggantikan Drs. H. Yusran, MM, beliau sempat menjadi Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 (MTsN Model) Amuntai  dan Kepala MTsN Sungai Pandan, Alabio.

Diantara kalam beliau:

“Kita sekalian sering mendengar kata berkah. “Kita mencari berkah, jer”. Napa garang bahasa kitanya berkah itu. Ulama mengatakan bahwa berkah itu adalah “Ziyadatu fil khair wal karamah” yaitu semakin bertambah dalam hal melaksanakan kebaikan dan kemuliaan”.

“Para ulama ada memang membagi beberapa tingkatan orang menyikapi suatu amalan, baik malam pertama 1 rajab, malam nisfu sya’ban, malam dua hari raya, dan setiap malam jum’at. Di lima malam itu, dimana do’a itu dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana disampaikan oleh Imam Syafi’i : wa balaghana annahu kaana yuqaalu : innad du’aa a-yustajaabu fii khamsi : layalin fii lailatil jumu’ati, wa lailatil ‘adha, wa lailatil fitr, wa lailatin nisfi min sya’ban(Dan telah sampai kepada kami bahwasanya ada dikatakan : sesungguhnya do’a akan diijabah pada 5 malam, (yaitu) malam jum’at, malam ‘idul ‘Adha, malam ‘idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan  malam nisfu sya’ban”). Hingga nanti kita dapat menegetahui kita berada pada tingkatan yang mana. 3 (Tiga) tingkatan manusia ketika berada di malam-malam yang ditentukan Allah Ta’ala bahwa do’a-do’a akan dikabulkan. Pertama, tingkatan orang yang menghidupkan malamnya keseluruhannya. Menghidupkam malam artinya melaksanakan qiyamul lail, ibadah kepada Allah dan kemudian dilengkapi dengan dzikir kepada Allah di sepanjang malam. Kedua, tingkatan orang yang ketika berada dimalam-malam yang dikabulkan Allah doa-doa, mengisinya dengan melaksanakan shalat maghrib berjama’ah, shalat isya berjamaah serta subuh berjamaah, dan kemudian menghidupkan sebagian malam sedikit, misalnya bangun tengah malam untuk tahajjud dan mengerjakan shalat-shalat sunnat lainnya serta witir. Ketiga, tingkatan orang awam, yang kebanyakan kita dalam menghidupkan malam-malam do’a dikabulkan Allah Subhanahu wa ta’ala, mengisinya hanya dengan shalat maghrib berjama’ah, membaca yasin dan kemudian shalat isya berjama’ah”.

Selasa, 26 April 2022

Ustadz Drs. H. YUSRAN, MM

 

Ustadz Drs. H. Yusran, MM, lahir di Amuntai, Sabtu, 20 April 1963 (bertepatan dengan 26 Zulqa’dah 1382 H). Sebelum menjabat sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Hulu Sungai Utara, beliau menjadi Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah pada Kantor Kemenag Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Apabila manusia menggunakan akal pikirannya, bertafakkur tentang alam yang baharu, maka manusia akan terbimbing untuk memahami adanya Allah Subhanahu wa ta’ala, Tuhan yang menciptakan alam semesta ini”.

“Berfikir merupakan salah satu anugerah Allah kepada manusia, dan berulang kali dalam al-Qur’an menyuruh manusia untuk menggunakan akal fikirannya, seperti afala ta’qilun, afala tubshiruun, afala tatafakkarun”.

“Pasangan calon suami istri yang akan menikah itu harus mempersiapkan diri untuk menjadi perkawinan yang kokoh, menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, dalam rangka menyiapkan generasi yang akan datang, khususnya bagi calon pengantin itu minimal ada mempersiapkan diri untuk berumah tangga yang harmonis menuju keluarga yang sakinah ma waddah wa rahmah”.