Sabtu, 22 September 2018

KH. SYAIFUL RAHMAN



KH. Syaiful Rahman bin H. Syukri, lahir di Batumandi, Kabupaten Hulu Sungai Utara (sekarang masuk wilayah Kab. Balangan), Januari 1965. Pernah menimba  ilmu di Madrasah Tsanawiyah Belitung  Banjarmasin, kemudian menjasi santri Ponpes “Al-Falah” Banjarbaru (1980-1985) setelah itu menjadi pengajar di Ponpes tersebut.
Beliau seorang qari’. Pernah menjadi juara I tingkat remaja pada MTQ di Kabupaten  Banjar, kemudian juara II MTQ tingkat kota Banjarmasin. 


Keseharian adalah mengisi pengajian pada berbagai majelis taklim di kota Banjarmasin serta menjadi  Imam besar shalat Rawatib di Masjid Raya “Sabilal Muhtadin” Banjarmasin. Beliau juga menjadi pimpinan Majelis Taklim yang diberi nama “al-Mahya


Diantara kalam beliau:

“(yang) dimaksudkan mencari lailatul qadr bukan berarti kita disuruh melihat ke langit dan keadaan alam. Namun, disuruh beribadah penuh, melihat atau tidak melihat lailatul qadr dimana saja ia tempatnya maka orang itu kedudukannya disisi Allah lebih dari pada orang yang berumur 1000 bulan. Harus diingat, jangan malamnya saja beribadah, tetapi siangpun dilakukan dan jangan tinggalkan shalat 5 (lima) waktu. Perbanyak baca al-Qur’an, zikir, shalawat, pokoknya baca surah-surah yang bisa saja. (karena) orang-orang terpilih saja, yang diistimewakan Allah Subhanahu wa ta’ala yang bisa melihat keajaiban tersebut”.

“Menurut para ulama, ada 4 (empat) perkara yang menyebabkan seseorang tertolak dari maghfirah (keampunan) Allah, khusus ramadhan dan bulan lainnya, yakni durhaka kepada orang tua, memutuskan silaturrahmi, orang yang bertengkar antar sesame serta orang yang memakan dan meminum obat-obatan yang memabukkan. Tidak ada gunanya beribadah jika empat perkara ini tidak diselesaikan terlebih dahulu, dalam artian kita (harus) tobat, berhenti dari perbuatan tersebut. Dalam hukum Islam, mereka (yang seperti) itu tidak akan dapat sorga”.

“(dalam hal memperingati tahun baru) : “Secara tertulis memang tidak ada contoh, tetapi mengambil dari hadits, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam pernah bersabda : “Barangsiapa hari ni (atau tahun ini) lebih baik dari hari (tahun) kemaren, maka itu adalah orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini (tahun ini) sama dengan hari (tahun) kemaren, maka itu adalah orang yang tertipu, dan barang siapa hari ini (tahun ini) lebih buruk dari hari (tahun) yang telah lewat, maka itu termasuk orang yang terkutuk” (HR. Hakim). Dengan adanya hadits tersebut kita memperingati tahun baru, karena sebagai bagian dari  mensyukuri nikmat umur yang ada”.

“Sudah seharusnya kita kembali instrospeksi diri. Hentikan segala kemaksiatan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar