Rabu, 01 November 2017

KH. MUHAMMAD ZARKASYI NASRI



KH. M. Zarkasyi Nasri bin H. Nasri lahir di Alabio, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Rabu, 12 April 1950 M (bertepatan dengan 23 Jumadil Akhir 1369 H). Berlatar belakang pendidikan Pondok Pesantren “Darussalam” Martapura (1968). Di antara guru beliau adalah KH. Gusti Imansyah (Guru Murad) dan ulama-ulama di sekumpul lainnya.
Setamat menempuh pendidikan tingkat Ulya (1968), sejak itu pula beliau mengabdikan diri menjadi tenaga pendidik di Pondok Pesantren Darussalam (PPD) Martapura. Seangkatan beliau di PPD yang juga mengajar di pondok tersebut diantaranya adalah KH. Khalilurrahman bin KH. Salim Ma’ruf dan KH. Ideramsyah bin H. Jumri (Amuntai).
Beliau adalah keponakan dari KH. Muhri Abdullah Zein (adik bungsu dari Ibunda KH. Zarkasyi Nasri), pendiri yayasan madrasah “Subulussalam” Babirik (sekarang berganti nama MAN 4 Hulu Sungai Utara).
Sekarang beliau menjadi pengajar di Ponpes Darussalam, dan membuka majelis taklim di beberapa tempat di Kalimantan Selatan, juga merupakan Pimpinan Majelis Taklim “Daruttizkari Zikri”,  dan Majelis Taklim “Hidayatus shibyan” Babirik Hulu, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Durhaka lawan guru itu kadada tobatnya. Matinya naudzubillahi min dzalik. Kurang keimanan atau kada baiman sama sekali”

“Makanya harus ahlussunnah wal jama’ah, yaitu berpegang dengan al-Qur’an, berpegang dengan hadits, berpegang dengan ijma’ ulama, dan berpegang dengan qiyas. (maka) apabila 4 (empat) ini tidak dipegang betul-betul, maka orang itu keluar dari ahlussunnah wal jama’ah. Ini pokoknya adalah berdasarkan hadits Mu’adz bin Jabal (ketika hendak dikirim oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam ke negeri Yaman, pen.)”

“Kenapa di kampung kita ini selalu sembahyang hajat ? Bila ada tulak haji sembahyang hajat, bila handak balamaran sembahyang hajat, payu banih sembahyang hajat, sembahyang hajat tarus, handak bapangantinan sembahyang hajat. Kenapa jadi waninya manggawi (mengerjakan)? Itu karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “idza kunta hajatan ……” (Rasul bersabda : apabila ada mempunyai hajat apa saja kepada Allah, maka sembahyang 2 rakaat, rakaat pertama fatihah dan ayat kursi, pada raka’at kedua membaca fatihah dan amanar rasul, setelah itu berdo’a maka akan dikabulkan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar