Kamis, 05 September 2019

DR. KH. SYAIFULLAH ABDUSSAMAD, Lc., MA




DR. KH. Syaifullah Abdussamad, Lc., MA, lahir di Tambak Sirang, Gambut, Kamis, 4 Juni 1959 M (27 Zulqa’idah 1378 H). Menurut Ahmad Barjie B dalam kolom opini publik Banjarmasin Post : “Mendakwahkan Fikih Aktual (Mengenang DR. KH. Syaifullah Abdussamad, Lc, MA) menyebutkan beliau lahir di Amuntai, yang kemudian saat muda tinggal di Tambak Sirang Gambut, Kabupaten Banjar.

Berlatar belakang pendidikan pondok pesantren, diantaranya Pondok Pesantren “Darussalam” Martapura. Seangkatan dengan KH. Ahmad Bakri (Guru Bakri) dan Drs. KH. Muhammad Ilyas, M.Ag (asal Bitin).

Selepas dari Darussalam beliau melanjutkan menimba ilmu ke Negara Timur Tengah, khususnya Mesir dan Sudan. Ia menghabiskan lebih 25 tahun hidup di Negara-negara Afrika Utara sehingga berhasil mendapatkan gelar Lc., MA dan Doktor.

Beliau adalah dosen S-1, S-2 dan S-3 di Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari dan Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad al-Banjari. Mata kuliah yang beliau ajarkan diantaranya adalah masalah Qawaid al-Hadits, Ushul Fiqh, Fiqih Kontemporer dan Pendidikan Agama Islam.

Tahun 2000-an beliau kembali ke tanah air untuk mengabdikan diri ke masyarakat. Di samping menjadi dosen dan memberikan pengajian dibeberapa majelis taklim, diantaranya di masjid “At-Taqwa” Banjarmasin, juga aktif di Badan Amin Zakat Nasional (Baznas) Kota banjarmasin, serta sebagai Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Banjarmasin.

Beliau terakhir kalinya sempat menjadi khatib di Mesjid Raya Amuntai untuk menyampaikan khutbah hari raya Fitri, 5 Juni 2019 (1 syawal 1440 H).

Telah berpulang ke rahmatullah pada hari Kamis petang, 25 Juli 2019 (bertepatan dengan 22 Zulqa’dah 1440 H), dishalatkan saat shalat Jum’at di masjid “at-Taqwa” Banjarmasin dan dimakamkan di alkah Tambak Sirang Gambut, Kabupaten Banjar.


Diantara kalam beliau:

“Al-Qur’an itu adalah obat penenang jiwa. Sebab itu usahakan pagi sebelum beraktifitas bacalah al-Qur’an, walau sedikit, seayat misalnya. Namun, alangkah bagusnya lagi setengah halaman. Kemudian renungi maknanya (artinya). Insya Allah kita merasa nyaman menjalani hari. Dan terpenting adalah orang taqwa itu dijamin rezkinya”.

“Menurut kacamata kita orang awwam, orang alim adalah orang-orang shaleh, ada yang alim, ada yang kaya, ada yang pemberani orang yang berjihad dijalan Allah tetapi karena semua amal yang dilakukan bukan karena Allah maka ujung-ujungnya mereka juga akan dimasukkan Allah ke dalam neraka. Maka dari itu, ikhlas dalam beramal itu sangat penting, sehingga dalam al-Qur’an Surah az-Zumar (39): 11) : “Katakanlah (Hai Muhammad), “Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama

“Karena kita ini, (dalam beribadah) tidak jarang ada perasaan riya, ada ujub, ada perasaan sum’ah, takabbur timbul dihati kita. Maka imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin mengatakan, bila hal-hal tersebut datang maka cepat-cepatlah beristighfar kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Karena kita sebagai manusia, perasaan kita itu terkadang ada was –was, tapi amun sekedar was was bukan berupa i’tiqad, Insya Allah, Allah akan mengampuni. Tetapi kalau sudah menjadi sifat atau i’tiqad seorang hamba, maka akan sia-sia amalnya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar