Rabu, 28 Juni 2017

KH. AHMAD BAKRI (GURU BAKRI)



KH. Ahmad Bakri, lahir di Bitin, Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Rabu, 20 Mei 1959 M (bertepatan dengan 12 Zulqa'dah 1378 H). Pendidikan dasar beliau tempuh di MI “Shalatiyah” Bitin, demikian juga untuk tingkatan MTs. Tahun 1977 beliau belajar di Ponpes Darussalam martapura. Di Martapura ini, beliau berguru dengan KH.Syukri Unus dan KH. Muhammad Zaini Ghani (Guru Sekumpul), dan beberapa ulama yang lain.
Tidak lama setelah menyelesaikan mondok di Darussalam, beliau mempersunting  gadis  Gambut. Dan di tempat inilah beliau kemudian mendirikan Pondok Pesantren ‘Al-Mursyidul Amin”.
Dalam aktifitas keagamaan, di samping mengelola pondok beliau juga memangku jabatan sebagai Ketua badan Pengelola Masjid Raya “Sabilal Muhtadin” Banjarmasin. Mengisi pengajian di masjid tersebut, juga mengasuh ruang Tanya jawab agama di Surat Kabar “Banjarmasin Post” dan tabloid “Serambi Ummah”. Kumpulan Tanya jawab tersebut telah diterbitkan  dalam sebuah kitab yang diberi judul "Ibanatul Ahkam".


Beliau berpulang kerahmatullah pada Jum’at, 1 Februari 2013 M  (bertepatan dengan 20 Rabi’ul Awwal 1434 H).

Diantara kalam beliau:

“Menurut hukum Islam, hendaknya semua adat dan istiadat tunduk kepadanya. Namun, kebanyakkan kita sekarang hukum itu tunduk kepada situasi dan kondisi”

“Untuk mendapatkan titel mukhlisun, orang itu harus sampai kepada maqam Ikhlasul Arifin, karena ikhlas itu terbagi 3, yakni abidin yaitu beramal karena fadhilat, muhibbin yaitu beramal supaya masuk sorga dan terlepas dari neraka, dan arifin beramal tidak ada efek samping, semata-mata bertaqarrub menjunjung perintah Allah”.

“Berhati-hatilah dalam belajar ilmu, apalagi ilmu tasawuf. Kalau belajar ilmu fiqih, tidak benar paling ibadahnya tidaksah. Tetapi apabila tidakbenar belajar ilmu tasawuf, neraka buat selama-lamanya”.

“Kita diajarkan oleh Allah Swt : “wama ashabaka min hasanatin faminallahi wa ma ashabaka min sayyi atin famin nafsika (apa-apa yang mengenai dirimu daripada kebaikan maka itu dari Allah, dan apa-apa yang mengenai pada dirimu dari kejahatan maka dari idirimu sendiri). Jadi yang baik-baik kembalikan kebaikannya kepada pabrik yang jelek, itu namanya salah urus. Kalau seseorang misalnya beli mobil Mercedes yang terbaru yang full automatic, itu merupakan mobil paling baik. Katakanlah bahwa kapasitasnya ini hasil buatan pabrik, bukan memang begitu ? Tetapi kalau mobil itu nabrak tiang listrik sampai hancur, jangan disalahkan pabrik, taoi itu salahnya yang menyopir. Yang baik dari Allah, yang jelek salah kita”.

 “Setiap amal ibadah yng tidak disertai dengan ikhlas bukan saja tidak mendatangkan pahala,bahkan mendatangkan dosa. Oleh karena itu, dalam melaksanakan amal kita dianjurkan ikhlas dan hendaknya kita mengaji betul tentang ikhlas tersebut”.

“Seseorang yang hidup di dunia ini harus mengukur kebaikan atas keburukan itu dengan ukuran yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya, bukan dengan ukuran hawa nafsu”. 

“Kaidah ushul fiqh mengatakan, ketinggalan yang wajib maka mengqadhanya juga wajib, ketinggalan sunnat maka mengqadhanya jugasunnat. Tidak ada jalan ketinggalan yang wajib dengan dikeluarkannya pengorbanan harta dan sebagainya”.

“Kalau kita memandang keagungan dan kebesaran Allah, tentu kita mengenal kelemahan dan kehinaan kita sebagai manusia. Istilah tasawuf, dinamakan maqam Taraqqi. Tetapi kalau dia mengenal pandangan pertama kelemahan dirinya dan kehinaannya setelah itu, dia memandang keagungan dan kebesaran Tuhannya, ini orang dinamakan maqam Tanazul”.

“Seseorang yang akan naik martabatnya terlebih dahulu bermimpi dengan ulama-ulama, kemudian auliya-auliya dan juga sering bermimpi bertemu nabi-nabi, baru bertemu mimpinya dengan Rasulullah”.

“Teliti sebelum belajar, kalausudah gurunya mengurangi ibadah yang zahir bahkan ingkar terhadap kewajiban, orang itu sudah tergolong murtad. Nyatakata peribahasa orang-orang tua kita dahulu :berburu kepalang datar mendapat rusa belang kaki, berguru kepalang ajar bagaikan bunga kembang tak jadi. Di tarik suatu kesimpulan, gurunya pintar muridnya Insya Allah pintar. Tapi kalau gurunya bodoh muridnya pasti tambuk (bodoh). Dan dilihat lagi, ajaran-ajaran yang sesat itu lebih cepat menjalar ketimbang ajaran yang benar, apalagi syari’at enteng seperti tidak shalat tidak berpuasa dan sebagainya”.

“Orang yang mengikuti jalan ahli sufi tanpa berdasar kitab-kitab yang muktabarah, pasti tidak akan terjadi. Jalan menuju ke hadrat Allah itu memerlukan petunjuk kitab-kitab dan syekh murabbi, yang membawa mereka ke jalan yang benar sehingga dapat diperpegangi manusia. Ambil satu contoh, orang Banua Lima (Hulu Sungai) yang seumur hidupnya tidak pernah ke Banjarmasin, lalu berangkat dari rumah tujuan Banjarmasin, dia tidak mengetahui dimana kota Banjarmasin dan tidak ada yang menunjukkan  jalan. Saya takut dan khawatir, kalau dia sampai di Km6 dia berkata dihati, inilah pasar Banjarmasin, padahal dia tidak mengetahui disitu adalah terminal (taksian) dan batu loncatan menuju Banjarmasin”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar