Habib Husein bin Muhammad bin Ali Assegaf. Adalah Ketua “Majelis Rasulullah” Cabang Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Lahir di Banyuwangi,
Jawa Timur.
SD dan SMP diselesaikan
di Banyuwangi. Setelah itu masuk SMA namun tidak diselesaikan karena lebih
tertarik dengan pendidikan keislaman. Beliau kemudian mondok di Pesantren yang
terkenal dengan ilmu alatnya, yaitu di Pondok Pesantren “Sidogiri”
Pasuruan (3 tahun), setelah itu pindah pesantren Sunniyah Salafiyah asuhan
HabibTaufiq Assegaf (2008 – 2011). Pada tahun 2012-2015 memperdalam ilmu agama
ke “Darul Musthafa” Yaman,
Hadramaut. Dan dikarenakan berkecamuknya perang di Yaman pada masa itu, maka
pada tahun 2015 para pelajar dan santri yang belajar di Yaman oleh pemerintah
dievaluasi ke tanah air.
Kemudian pada tahun 2018
menyusul orang tua beliau Habib Muhammad bin Ali Asseggaf yang telah lama
hijrah ke Amuntai, Kalimantan Selatan. Pada tahun 2019 Habib Husein membuka
cabang “Majelis Rasulullah” di Amuntai dan mengisi majelis 2 minggu
sekali.
Diantara kalam
beliau:
“Ketika
kita menghadiri majelis-majelis yang mulia, (maka) Allah akan memuliakan kita,
maka Allah akan memberikan ketenangan didalam hati kita, bahkan bukan
ketenangan saja yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, tetapi juga
kerahmatan diturunkan kepada orang yang menghadiri majelis-majelis yang mulia.”
“Ketika
kita mendapatkan rahmatnya Allah Subhanahu wa ta’ala maka kita akan mendapatkan
sorganya Allah Subhanahu wa ta’ala”
“Suatu
ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam masjid Nabawi. Beliau
mendapati daripada orang-orang berkumpul untuk melakukan daripada majelis ilmu,
da nada juga orang yang berkumpul untuk melakukan daripada wirid pembacaan
dzikir kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka ketika itu, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ditanyai oleh sahabat. Kata sahabat : “siapa yang lebih bagus
daripada majelis-majelis tersebut ya Rasulullah?” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam mengatakan kepada sahabatnya, bahwa hadza khair
wa hadza khair, mejelis yang pertama baik dan majelis yang kedua juga baik.
Akan tetapi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam merndatangi
(duduk) di majelis orang-orang yang mengajar, menuntut daripada ilmunya
Allah subahanhu wa ta’ala. Inilah keistemewaan bagaimana ilmu diberikan oleh
Allah subahanhu wa ta’ala kepada kita untuk kita mendapatkannya, untuk kita
bisa mengerti tentang bagaimana ajaran agama Islam”.
“Ketika
kita mempelajari daripada ilmu-ilmunya Allah subhanahu wa ta’ala, maka kita
akan bisa mengerti bagaimana akhlaq Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”
“Bagaimana
kita ini untuk menghadirkan hati kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan
cara apa ? (yaitu) dengan cara kita mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Ketika kita cinta kepada Nabi Muhammad tentunya kita akan merasakan
keistemewaan untuk beribadah kepada Allah subahanhu wa ta’ala. Kita akan
merasakan hal yang luar biasa untuk selalu istiqamah melaksanakan ibadah kepada
Allah subhanhu wa ta’ala”.
“Disebutkan
dalam Maulid al-Habsyi atau Maulid Simthut Duror, bahwasanya orang-orang yang
terhubung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dikatakan didalam
maulid al-habsyi tersebut, bahwa orang-orang yang selalu bershalawat, (maka)
shalawatnya itu tersambung kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Seperti kisah Saidina Bilal ra, yang mana luar bisa cintanya sahabat
Nabi ini kepada baginda nabi, ketika beliau hendak meninggal saja beliau sangat
bergembira, karena apa? Karena beliau (bilal ra) akan berjumpa dengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”.