Jumat, 04 Juni 2021

HABIB ALWI JAMALULAIL

 

Habib Alwi Jamalullail adalah salah seorang ulama yang tinggal di Desa Panyiuran, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:


“Jangan sampai kita termasuk orang yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja sewaktu berpuasa. “berapa banyak” jar Nabi, itu artinya “banyak”. Itu sama artinya kita sukarela kada digaji. Tapi kita kan ingin juga mendapatkan balasan dari apa yang kita lakukan, ingin dapat pahala, ingin dapat ganjaran. (contohnya) ada nggak disini yang mau ulun kasih kerja, (tetapi) ulun kada gaji. (atau) kira-kira ada nggak yang kerja sama sampiyan, misalnya pian buka toko atau apa saj, kemudian pian ambil orang sebagai pegawai tapi tidak pian gaji, kira-kira orang tersebut mau nggak? Kada mau, pasti butuh gaji juga. Jadi jangan sampai kita termasuk orang yang dimaksud Rasulullah (sebagai) orang-orang yang tidak ada gajinya, tidak ada ganjaran atas puasanya”.

“Bagaimana caranya bib untuk memantapkan amalan-amalan supaya kada termasuk dari apa-apa yang diucapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, supaya ulun (kita) dapat taqwanya, supaya ulun dapat ganjarannya, supaya ulun dapat rahmat dan redha-Nya Allah Subhanahu wa ta’ala. Caranya ikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ikuti bagaimana Rasulullah begitu juga. Belajar sedikit demi sedikit. Sudah banyak suri teladan dari puasanya para aulia Allah, puasanya para guru-guru kita, dimana mereka itu setiap bangun pagi selalu berzikir kepada Allah Subhanahu wa ta’ala”.

“Makanya dianjurkan untuk memperbanyak qira’atil qur’an, supaya apa? Supaya kita kada terbawa dengan amalan-amalan duniawi yang takutnya ada ghibahnya, yang takutnya ada dustanya, yang takutnya ada promosi-promosi palsunya, yang takutnya ada ribanya, yang takutnya ada memakan, menerima barang-barang yang haram dan syubhat. Karena itu, wara’ itu penting, hati-hati itu penting. Jangankan yang haram terhadap yang syubhat saja kita harus hati-hati.”

“Khususnya para ibu-ibu, perhatikan makanannya anak-anak, jangan asal terima (pemberian dari orang lain, pen). Perhatikan! Itu Imam Bukhari (perawi hadits yang masyhur) abahnya itu bukan orang alim, orang biasa saja, hanya seorang pedagang kecil, tetapi beliau berani bersumpah dimasa hidupnya, bahwasanya : “Ulun (ayah Imam Bukhari, pen) bersumpah kalau yang ulun berikan kepada anakku itu, ulun jamin semuanya halal”. Makanya jangan kaget, walaupun abahnya biasa-biasa saja, (namun) anaknya bisa jadi seorang waliyullah besar seperti Imam Bukhari”.

“Selain membaca al-Qur’an, hendaklah kita juga perbanyak shalawat, dzikir, supaya kita kawa merasakan juga yang namanya lailatul qadr khairun min alfi syahrin”.

“Kita tingkatkan terus puasa kita. Jangan sampai puasanya kita ini hanya puasa menahan lapar dan nafsu, hanya (sebagai) puasanya orang awam. Tingkatan puasa kan ada 3, yaitu puasa orang awam, kemudian puasanya orang-orang yang khair, orang-orang yang bertaqwa, yang mana orang awam itu puasanya hanya menahan lapar dan haus, dan diatasnya lagi kawa menahan dusta, (dimana) kalau sidin berdusta berarti sudah menganggp dirinya batal puasa, dan yang ketiga yang paling susah, bahkan kadada ulun rasa belum ada di Indonesia, yaitu puasanya orang-orang yang tidak terlepas ingatannya kepada Allah. Bila sidin sudah lepas mengingat Allah berarti sudah menganggap puasa dirinya batal”.

“Kalau sampiyan kada kawa menghindari perkumpulan-perkumpulan, majalis-majalis syar, perkumpulan-perkumpulan yang kurang baik, (maka) lebih dianjurkan sampiyan untuk tidur, guring daripada bangun tapi takutnya merusak ibadah puasa pian.”

“Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah”. Tapi tidur yang bagaimana dulu? Yaitu tidur untuk menghindari maksiat-maksiat tersebut. (seperti apa?) yaitu menghindari maksiat-maksiat pancaindera, mulai dari mata, mulut, hidung, telinga. Seperti kita kepasar melihat orang yang bukan muhrim, maka mata juga harus dipuasakan. Hidung seperti mencium aroma-aroma masakan yang belum saatnya. Mulut dipuasakan untuk menghindari dusta, ghibah, janji palsu, tidak amanah, berkhianat. Itu puasa panca indera namanya. Intinya seluruh anggota badan kita ini harus kita puasakan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar