KH. Ahmad Royani bin Aini adalah salah seorang ulama yang lahir di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Berpulang ke rahmatullah pada tahun 2007. Dimakamkan di Kubah Desa Kembang Kuning, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Diantara kalam beliau:
“Kembalikan kepada Allah apa yang ber;laku (menimpa diri) itu pahalanya sama dengan orang yang bersedekah. (asal) jangan ada berkaitan dengan makhluk. Seperti (ucapan) kenapa ikam kada..., jangan! Artinya kita terima dengan sabar dan redha, (karena) itu sudah ditentukan oleh Allah. (jadi) pahala sabar, dapat, ditambang pulang (lagi) pahala sedekah. Jadi jangan merasa kecewa pada makhluk dan jangan pula mengharap kepada makhluk. Jangan berpegang kepada makhluk, jangan kecewa dengan apa yang terjadi. Sebab kita harus berkeyakinan bahwa apa-apa yang terjadi di alam tidak terlepas dari ketentuan Allah Subhanahu wa ta’ala”
“Sifat (seorang) wali itu, mereka itu kada mau berkumpul lawan manusia terkecuali perlu, kada kawa kada. Amun kita bakumpul kada lapas daripada perkataan yang kada bafaedah atau perkataan sia-sia. Jarang kita itu bapandir ibadat, jarang. Kebanyakkan menguya (mengghiobah) orang”.
“Orang yang kadap hati itu, di waktu akhir umurnya dikhawatirkan. Karena daripada matinya hati orang yang lupa kepada Allah yaitu orang yang katuju (senang) duduk-duduk bakawan lawan orang yang tidak mengagungkan Allah”.
“Setisp orang yang ingat kepada dosa itu (dapat) menimbulkan sifat tawadhu’
“Setisp ibadat yang kita perbuat setiap hari itu, kada kawa menebus kesalahan kita kepada makhluk. Misal, kita ini maolah (menyebabkan) orang sakit hati, maka sekiranya seharian semalaman kita beribadah, maka kada kawa menebus kesalahan kita lawan orang (makhluk) itu”
“menurut sebagian auliya, lebih bagus menahan (menghindari) dosa daripada manggawi pahala”
“Arti manguya (mengghibah) itu menyambat orang baik berupa tingkah laku-kah, ucapan-kah, setiap orang bila mendengar orang kada katuju atau supan (malu), maka itu ngarannya manguya (ghibah). Amun orang tu kada supan, itu kada tamasuk manguya ngarannya”
“Sesudah beribadah tampakkanlah sikap khauf (takut), karena amal yang kita perbuat kada kawa atau belum tentu kawa menebus dosa-dosa kita, bila ini kawa kita nampakkan maka hilanglah sikap ujub”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar