Selasa, 26 Februari 2019

Drs. H.M. HASBI SALIM


Drs. H.M. Hasbi Salim adalah putra dari Maslan Yazidi. Lahir di Desa Rumpiang, Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada hari Jum’at, 26 Juli 1963 M (bertepatan dengan 4 Rabiul Awwal 1383 H).

Berlatar belakang pendidikan Pondok Pesantren. Tingkatan dasar dan menengah di tempuh di Pondok Pesantren “Abnaul Amin” Rumpiang, sedangkan jenjang Aliyah diselesaikannya di Madrasah Aliyah Swasta “Al-Irsyad” Jambu Burung. Kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) “Antasari” Banjarmasin, mengambil jurusan Tadris Bahasa Inggris (1988), dan S-2 Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin (2011).


Guru bahasa Inggris di SMAN 1 Amuntai ini mempunyai banyak aktivitas diantaranya menjadi dosen diberbagai perguruan tinggi diantaranya Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) Amuntai, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STAI) Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Amuntai, dan dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Amuntai.
Dalam keorganisasian aktif sebagai Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Cabang Amuntai, anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Kalimantan Selatan, juga dipercaya sebagai Ketua DPD BKPRMI Kabupaten Hulu Sungai Utara, Amuntai. Beliau juga menjadi Pimpinan Pondok "At-Taubah" pada Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Amuntai.
Sangat aktif dalam kegiatan jurnalistik atau tulis menulis di media local maupun nasional. Diantaranya menulis untuk terbitan “Banjarmasin Post”, “Serambi Ummah”, “Radar Banjarmasin”, “ Kompas”, “Sahabat Pena”, “Kiblat”, “Al-Ikhlas”, dan lain-lain.


Dari talenta yang dimiliki tersebut, beliau berhasil memenangkan berbagai sayembara, diantaranya : pada tahun 1999 sebagai juara 2 “Sayembara Kreativitas Guru” yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 2004 menjadi juara harapan 4 tingkat nasional “Penulisan Fiksi” berupa antologi cerpen anak, tahun 2005 berhasil sebagai juara 2 tingkat nasional penulisan cerita rakyat oleh Pusat Bahasa, dan pada tahun 2007 meraih juara 2 tingkat propinsi pada “Penulisan Cerita Rakyat” oleh Dinas Pariwisata dan Tata Kota Kalimantan Selatan, dan lain-lain.
Karya tulis berupa buku yang telah diterbitkan, diantaranya : “Bunga Rampai Haji dan Umrah (menggelitik dan penuh hikmah), Lepas, Jakarta, 2008. “Magnet Baitullah”, Tahura Media, Banjarmasin, 2010. “Masih ada Cahaya (antologi Kultum)”, Tahura Media, Banjarmasin, 2010, dan “Orang Banjar naik haji” Tahura Media, Banjarmasin, dan lain-lain.

Diantara kalam beliau:

“Hadi melihat remang-remang seseorang lelaki tua sedang melaksanakan shalat sendirian lalu mengambil sandal untuk pulang. Rupanya ia adalah seorang kaum, perawat surau itu.
Assalamu’alaikum! Ucap Hadi memberanikan diri.
Alaikum salam! Sahut lelaki tua itu dengan gagap karena kaget. “Siapa, kau ?” tanyanya dengan perasaan yang berbaur takut dan heran sambil menggosok-gosok matanya. “Apakah kau seorang malaikat?”
Tidak. Aku adalah manusia biasa. Malah aku adalah manusia yang malang, yang sangat memerlukan pertolongan, jika kakek tidak keberatan,” ucap Hadi dengan suara memelas.
“Baiklah” ucap kakek Kurdi.
Hadi diajak kakek Kurdi masuk ke rumahnya yang lebih tepat disebut gubuk yang tidak jauh dari surau itu. Sang kakek yang baik hati itu membolehkannya untuk tinggal bersamanya tanpa batas waktu. Tentu saja Hadi merasa senang luar biasa dan mengucapkan terima kasih berkali-kali.
Di ! Kau masih perlu banyak belajar tentang hidup ini.” Ucap Kakek Kurdi dengan suara yang penuh wibawa. “Untuk merubah perilaku masyarakat tidak semudah membalikkan telapak tangan,” ucap kakek Kurdi. “Seperti di surau sini, aku hanya bertugas merawat dengan sebaik-baiknya dan azan melalui pengeras suara jika jam-jam shalat tiba. Masalah ada tidaknya orang yang ikut shalat berjama’ah, itu bukan urusanku,” lanjutnya dengan senyum yang getir”. (Cerpen “Ketika Api Bicara” karya M. Hasbi Salim, di dalam Kumpulan Cerpen Pendidikan Berkarakter “Ketika Api Bicara”)

“Suibhanallah ! Kalau dipikirkan menurut rumus matematika bagaimana caranya mengumpulkan uang sebanyak itu bisa-bisa pecah berantakan kepala ini jadinya, sebab banyak hal yang diluar dugaan manusiawi. Namun, karena Allah punya kuasa. Kun ! Fayakun. Jadi ! Maka jadilah. Seakan-akan ‘meminta satu, diberi sepuluh’. Mungkin ini yang disebutkan dalam al-Qur’an rejeki yang tidak disangka-sangka (min haitsu la yahtasib).
Sungguh kurasakan begitu deras kran rejeki dari Allah. Ia mengalir melebihi derasnya air ledeng yang keluar dari krannya. Di sini saya teringat pesan guru, “Dekatilah Pemilik ‘kran rejeki’ tersebut (Allah). Bukankah apabila kita mendekati-Nya sejengkal ia mendekati kita sehasta. Dan jika kita mendekati-Nya sehasta Ia akan mendekati kita sedepa. Jika kita mendekati dengan merayap, ia akan mendekati dengan berjalan kaki. Jika kita mendekatinya dengan berjalan kaki, maka ia akan mendatangi kita dengan berlari.
Sungguh ! ini perumpamaan saja. Tapi aku merasakan kebenarannya. Bukankah Allah paling kaya (Maha Kaya), Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Ia pernah berfirman : “… mintalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan.” (Petikan cerpen “Minta 1 diberi 10” di dalam “Orang Banjar Naik Haji” karya M. Hasbi Salim)

“Muhdar termenung sendiri. Diam-diam ia ingin menjabat tangan Abi, teman sebangkunya saat sekolah dulu, sebelum berangkat haji. Ia teringat kata-kata seorang ustadz pada saat halal bihalal, bahwa dosa dengan Tuhan bisa saja diampuni dengan cara bertaubat secara sungguh-sungguh. Tetapi, dosa dengan sesame harus diselesaikan dengan sesame pula. Lama-lama air disudut matanya menetes kian deras, hingga tak terbendung lagi.
Tuhan ! Pertemukan hamba dengan sahabatku itu di Jabal Rahmah nanti! Pinta Muhdar dalam do’a” (Cerpen “Halal Bihalal” di dalam “Magnet Baitullah, antologi cerpen dari Tanah Suci” karya M. Hasbi Salim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar