Ustadz H. Saderianoor bin H. Husin Kaderi,
lahir di Ilir Mesjid, Sungai Banar, Amuntai, Jum’at, 8 Maret 1968 M, bertepatan
dengan 9 Zulhijjah 1387 H. Berlatar belakang pendidikan Pondok Pesantren “Darussalam”. Sekarang menjadi pendidik di Pondok Pesantren
“Ar-Raudhah” Desa Pasar Senin, Kecamatan Amuntai Tengah, Amuntai.
Diantara kalam beliau:
“Bila handak mulia, rohnya mulia, jasadnya
mulia, (maka) carilah ilmu”.
“Wa idzaa sa-alaka ‘ibaadii ‘annii fa innii
qariib ... (Qs. Al-Baqarah ayat 186)”, apabila batakun wahai Muhammad
ummat kamu tentang Aku, padahakan Aku itu parak bangat”. Kenapa parak
banar? Sebab Allah ta’ala itu tahu (mengetahui), mendengar, melihat. :ebih
kenal Allah Ta’ala dengan kita ini daripada kita mengenal diri kita sendiri.
Allah Ta’ala Maha Tahu. Kita pang? Kada tahu. Dekatnya Allah Ta’ala lebih dekat
daripada engkau dengan kerongkongan engkau. Kerongkongan kita yang ada didalam
(leher) kita kada tahu, padahal kada jauh lawan diri kita, tapi kita kada tahu.
Tetapi kalau Allah Ta’ala mengetahuinya, melihat dan mendengar”.
“Belajar (lah) tauhid (agar) dapat menyaksikan
Allah Ta’ala (menyaksikan kebesaran Allah, pen) lalu ma’rifat ngarannya. Ma’rifat itu tahu lawan Allah
Ta’ala, imbah tahu pang, lalu handak taqarrub. Jadi mun orang tu pian tahu,
pasti handak taqarrub, handak baparak (mendekat)”
“Kebanyakkan kita kada (tidak) melihat kepada
suatu petunjuk yang baik. Kadang-kadang orang-orang itu hanya meilhat yang,
yang dingat-ingat adalah kejahatan seseorang, tetapi mereka lupa dengan
kebaikan seseorang. Maka dengan ini kita
memuji Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan hidayah dan akan
membukakan hidayah tersebut akan segala perbuatan-perbuatan yang indah, yang
benar, maka denga melihat keindahan dan perbuatan yang benar, maka kita ingin
mengikuti.”
“Tidak akan tercapai suatu kebajikan,
terkecuali ia berani mengeluarkan apa yang dicintai.