Jumat, 31 Mei 2019

H. MUHAMMAD SYARKANI, S.Ag



H. Muhammad Syarkani, S.Ag lahir di Babirik, Amuntai, Sabtu, 5 Maret 1955 M (bertepatan dengan 11 Rajab 1374 H) adalah Wakil Ketua II BAZNAS Kabupaten Hulu Sungai Utara. Beliau juga adalah Pembina Majelis Taklim “Mursyidul Amin” Desa Pakapuran Amuntai.

  Diantara kalam beliau:

 “Zakat fitrah itu 3 litar seperempat atau 3 litar setengah, karena zakat fitrah itu 4 mud sepertiga. 4 mud disini adalah 2 hafnah atau 2 raup telapak tangan jubung. Lalu kita coba takar, sakalinya 2 mug (tibung) susu. 2 mug susu itu 1 mud Baghdad atau Irak. Mug (tibung) susu ini kan ada nang taganal ada nang tahalus, kita ambil nang taganal. Dalam kitab Iqna, sakalinya 2 telapak tangan itu sama dengan 1 mud. Nah, kalau dinilai dengan litaran kita sekitar 3 litar seperempat atau 3 litar setengah. Atau mun balik susu pinanya 10 balik susu tambah satangah tibung. Jadi amun (kita mengeluarkan fitrah, pen) 3,5 litar itu kada kurang, malah kita disunahkan untuk malabihi. Adapun amun lawan timbangan itu 2,7 kilogram. Ini menurut imam syafi’i”

“Orang beriman tu kelihatan dari kelakuannya. Karena apa? Karena amal dilakukan dengan perbuatan, dengan tingkah laku, dengan aktivitas. Nah ketika orang itu beriman maka akan terlihat pada zahirnya bahwa ia akan mengamalkan daripada hal-hal yang berkaitan dengan keimanannya”

“Orang beriman itu banyak pemalunya. Takut melakukan sesuatu yang diluar daripada garis-garis yang ditentukan oleh syari’at agama. Adapun buah daripada iman adalah ilmu. Karena tidak mungkin seseorang dipandang melakukan suatu ibadah tanpa ilmu. Oleh karena itu, ilmu merupakan alat untuk melaksanakan ibadat”

“Keimanan itu senantiasa berhubungan dengan al-ilmu, an-niyat, sabar dan ikhlas dalam melaksanakan amaliah. Tiap-tiap amal, perbuatan, ibadat selalu berhajat kepada 4 macam tersebut. Pertama, al-ilmu, yaitu sesuatu yang harus dituntut sebelum mengerjakan ibadat yang kita lakukan. Jadi kita kalau hendak beribadah, seperti shalat, puasa harus mengetahui dulu ilmunya. Kedua, an-niyat. Dimana andakannya niat itu? Bila shalat, maka niatnya ketika mengangkat takbir. Beda dengan puasa. Bila puasa, niatnya boleh diletakkan pada permulaaan malam karena kesulitan didalam menentukan timbulnya fajar. Niat ini sangat penting. Amun kada baniat dalam menjalankan ibadah maka tidak ada nilai pahala. Karena apa? Lantaran adat dan ibadat itu perbedaannya adalah niat. Kalau kita kada baniat, maka kada mandapat pahala”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar