Sabtu, 12 Januari 2019

BERFIKIR LEWAT MIMPI

 





Pengantar

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadhirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan karunia-Nya kepada kita sehingga dengan karunia-Nya itu kita dapat berbakti kepada-Nya melalui ibadah-ibadah yang telah diperintahkan kepada kita sebagai hamba-Nya.
Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah memimpin seluruh ummat Islam dari alam yang gelap menuju terang benderang yakni agama islam, dan juga kepada seluruh keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Mimpi adalah karunia Allah dan pemberian-Nya yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Dia cegah dari siapa saja yang Dia inginkan. Hal ini sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
“Itu adalah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, sedangkan Allah itu memiliki karunia yang besar” (QS. Al-Jumu’ah (62) : 4).
Abu Anas Abdul Aziz dalam kitab beliau “Ra’aytu an-Nabiyya SAW. 100 Qishshah Haqiqiyyah li man ra aw an-Nabiyya” menjelaskan bahwa saat tidur adalah bagian tertentu dari kehidupan manusia. Andaikata manusia ini-misalnya- biasa tidur selama 8 jam setiap hari, dan ia sudah berusia 60 tahun, maka berarti ia telah menghabiskan 1/3 umurnya dalam keadaan tidur, yang berarti tidurnya di dunia sudah memakan waktu selama 20 tahun.
Namun, menurut Abu Anas Abdul Aziz, adalah tidak bijaksana dan bukan suatu langkah yang cerdas bila seseorang berusaha membahagiakan dirinya, menyenang-nyenangkan rohani dan jasmaninya pada saat ia bangun sepanjang hidupnya tetapi ia meninggalkan satu bagian hidupnya yang lain yakni yang ia habiskan untuk tidur, tidak memperhatikannya dan tidak berupaya untuk menggapai kebahagiaan di dalam tidurnya. Hal itu ia lakukan padahal kenyataannya alam rohani itu lebih besar daripada alam jasmani, lebih luas dan lebih mutlak, karena alam rohani tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tiada dinding penyekat di alam itu yang menghalangi pertemuan antara satu roh dengan roh lainnya ketika roh-roh itu telah berbaris rapi. Sebab, roh yang sejenis itu dapat saling kunjung mengunjungi.
Aisyah ra. Mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الآرواح جنود مجندة فما تعارف منها اتلف وما تناكر منها اختلف

“Roh-roh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka roh-roh yang saling kenal akan bersatu (menjadi akrab), dan roh-roh yang tidak saling kenal diantara mereka akan saling menjauh” (HR. Muslim).

Al-Khaththabi rhm berkata:

على معنى التشا كل في الخيروالشر والصلاح والفساد , وأن الخير من الناس يحن إلى شكله والشرير نظير ذلك يميل إلى نظيره , فتعارف الأرواح يقع بحسب الطىاع التي جبلت عليها من خير وشر , فإذا اتفقت تعارفت , وإذا اختلفت تناكرت

 “Kemungkinan maknanya adalah hal ini merupakan isyarat kepada kesesuaian tipe (jenis) dalam hal kebaikan dan keburukan serta perbaikan dan kerusakan. Dan bahwasanya orang yang baik itu akan rindu kepada orang yang se tipe dengannya, sedangkan yang jelek maka akan condong kepada orang yang sejenisnya pula. Jadi, saling kenalnya antar roh otu terjadi sesuai dengan tabiat yang ada pada mereka, baik (roh) yang baik maupun roh yang buruk. Maka jika roh-roh tersebut sejenis makan akan saling mengenal, dan apabila tidak sejenis, maka mereka akan saling mengingkari (saling menjauhi)” (Dinukil dari al-Fath, Juz 3, hal. 199).

Perihal mimpi itu sendiri, Allah Subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya menyatakan bahwa hal tersebut merupakan bentuk ujian bagi manusia.

“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu : “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam al-Qur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka” (QS. Al-Isra (17) : 60).

Mimpi yang baik termasuk salah satu berita gembira yang dianugerahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala sampai hari kiamat adalah untuk meneguhkan jiwa, untuk menenangkan hati, untuk ucapan selamat yang didahulukan dan kabar gembira yang disegerakan penyampaiannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إنه لم يبق من مبشرات النبوة الا الرؤيا الصالحة يراها المسلم أوترى له

“Sesungguhnya tiada kabar gembira kenabian yang tetap kekal selain mimpi yang baik, yang dialami oleh orang yang shaleh, atau diperlihatkan kepadanya” (HR. Muslim, an-Nasai, Ibnu Hibban, lafadz menurut an-Nasai).

Walau demikian, mimpi yang baik tidak ada kaitannya dengan hukum syari’at, ia hanya berkaiatan dengan penghiburan terhadap jiwa. Mengapa? Karena hukum syari’at telah sempurna diturunkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum beliau wafat, dan agama Allah Subhanahu wa ta’ala telah sempurna sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an Surat al-Maidah (5) ayat 3.
Sehingga terhadap mimpi yang dialami oleh seseorang meski tidak ada kaitannya dengan syari’at tetapi isi dari mimpi tersebut harus ditimbang dengan syari’at.
Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya “Fathul Bari Juz 2 hal. 478, bahwa mimpi tersebut, “bila sesuai dengan sunnah maka itu adalah kebenaran”.
Sebaliknya, menurut Ibnu Syahin di dalam “Al-Isyarat fi ‘ilm al-‘Ibarat), (hal. 24) memaparkan:

“Barangsiapa yang bermimpi melihat seorang Nabi diantara sekalian Nabi yang ada, lantas didalam mimpi itu sang Nabi memerintahkan ia untuk menyelisihi syari’at, maka ia bermakna larangan baginya sekaligus hardikan dan ancaman terhadapnya. Sehingga perintah itu tidak untuk dilaksanakan tetapi bermakna ancaman atau teguran.”

Adapun perihal menceritakan mimpi, terutama mimpi yang baik, terdapat hadits dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
كان النبي صلى الله عليه وسلم  إذا صلى صلاة أقبل علينا بوجها فقال من رأى منكم الليلة روأىا , قصها فيقول  ماشاءالله

“Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyelesaikan shalatnya, beliau menghadapkan wajah beliau kepada kami, seraya bersabda: “Siapa yang bermimpi pada malam tadi ?” Samurrah berkata, “Setiap kali ada orang yang menceritakan mimpinya, beliau berucap “ “Masya Allah” (HR. Bukhari).

Yang jadi permasalahan terhadap setiap mimpi adalah adakah makna disebaliknya, hal tersebut tentu membutuhkan perenungan agar tidak terjebak dalam perangkap yang tidak baik. Mimpi yang baik ataupun mimpi yang buruk tentunya harus kita fikirkan secara hati-hati dan proporsional.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata : “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash-Shaffat (37) : 102).

Jadi kalau mimpi baik ada anjuran dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menceritakannya, adapun terhadap mimpi buruk kita disuruh untuk menyimpannya, atau tidak menceritakannya kepada orang lain. Walaupun demikian, bukan berarti bahwa mimpi yang tidak baik tidak mempunyai manfaat bagi pribadi yang bersangkutan.
Terdapat dalam 490 Perbendaharaan Hadits Nabawi, susunan al-Imam Abdurrauf al-Manawi:

Idza aradaallahu bi’abdin khairaan ‘atabahu fii manaamihi

“Jika Allah menginginkan kebaikan buat seseorang hamba maka Ia akan mencercanya dalam tidurnya” (HR. Ad-Dailami)

Tulisan didalam buku ini bukanlah untuk mentakwilkan mimpi, karena sesungguhnya penulis tidak mempunyai ilmu dan kemampuan untuk mentakwilkannya. Tetapi hanya sekedar mengambil sedikit pelajaran yang mungkin ada terselip hikmah pada setiap mimpi-mimpi kita.

DAFTAR ISI

NIMPI 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23, 24,25 dst





MIMPI   1
Suatu malam aku bermimpi melihat rumah orang tua H. Darmawan di penuhi dengan tulisan Asmaul Husna pada tongkat dan dinding rumahnya. Wallahu a’lam.
______________________
·       Menurut pengamatanku terhadap rumah tersebut adalah rumah yang penuh berkah. Karena aku sering mendengar H. Amberi, orang tua H. Darmawan melantunkan ayat-ayat al-Qur’an di rumah tersebut. Dan aku juga mendengar suara beliau “mengaji” menjelang waktu subuh di langgar “Baiturrahman” Palampitan Hulu Amuntai. Padahal di langgar lain kebanyakkan menyetel kaset atau CD.  Dan beberapa tahun setelah aku bermimpi tersebut, aku menyaksikan H. Darmawan membuka sebuah tempat pengajian (TPA) bagi anak-anak di rumah beliau.


PELAJARAN PERTAMA

PENTINGNYA MEMBACA dan
TADABBBUR AL-QUR’AN

“Dan apabila dibacakan al-Qur’an maka dengarkanlah (baik-baik) dan diamlah (memperhatikan) dengan tenang agar kamu sekalaian mendapat rahmat” (QS. Al-A’raaf (7) : 204)

“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam al-Qur’an itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman” (Qs. Al-Ankabuut (29) : 51)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS. Al-Anfaal (8) : 2)


MIMPI  KEDUA   2

Suatu malam, aku bermimpi sesuatu yang ketika aku bangun aku merasa takut untuk segera menuruti apa yang diminta dalam mimpi tersebut. Dalam mimpi itu aku disuruh oleh suatu suara untuk membuka 2 atau 3 ayat sebelum surah al-Hujurat atau surah ke-49. Wallahu a’lam.
______________________
·       Karena penasaran, berdasarkan suara dalam mimpi tersebut aku diminta untuk membuka atau membaca 2 atau 3 ayat sebelum surah al-Hujurat. Jadi aku harus membaca surah al-Fath (48) 2 atau 3 ayat terakhir dari surah tersebut. Bunyi ayat sebagai berikut:

(27. Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.
28. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi.
29. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar) (QS. Al-Fath (48) ayat 27- 29).

Pada waktu itu aku tertegun membacanya. Apa mungkin aku yang tidak mempunyai apa-apa ini dapat memasuki kota Makkah dengan aman (naik Haji). Namun Alhamdulillah, setelah berlalu beberapa waktu, dengan karunia dari Allah Swt, bersama istri, tahun 2010 kami mendaftarkan diri untuk menyetor ONH.



pelajaran  kedua

KEWAJIBAN HAJI dan UMRAH

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran (3) : 97)

ان الله تعالى يقول : ان عبدا صححت له جسمه , ووسعت عليه فى معيشته , يمض عليه  خمسة  اعوام لايفد الى لمحروم

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman : “Sesungguhnya hamba yang Aku sehatkan tubuhnya, dan Aku luaskan penghidupannya, berlalu atasnya 5 (lima) musim (tahun) tidak berziarah dia kepada-Ku (Ka’bah) maka sesungguhnya ia telah berdosa” (HR. Ibnu Hibban dari Abi Sa’id)

Tersebut keterangan di dalam Mukhtarul Ahadits, bahwa tiap-tiap orang Islam wajib mengerjakan haji bagi orang yang sanggup artinya berbadan sehat, cukup keuangannya, kemudian dalam masa 5 tahun ia belum juga pergi (mengunjungi Baitullah), maka orang itu berdosa, dan apabila dia mati maka matinya itu sama dengan mati Yahudi dan Nasrani.


MIMPI    3

Pada suatu malam, aku bermimpi tentang almarhumah Ibu. Mudah-mudahan Allah swt mengampuni, mengasih sayangi beliau dan menempatkan beliau pada maqam yang terpuji. Itulah mimpi pertama bertemu Ibu setelah lama beliau meninggal. Dalam mimpi, aku mendengar seakan ibu berkata bahwa aku akan menjadi kaya pada hari tuanya. Wallahu a’lam.
_________________________


PELAJARAN  KETIGA

KEKAYAAN YANG SEBENARNYA
“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya Karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.” (QS. Al-Baqarah (2) : 273


ليس الغنى عن كثرة العرض , ولكن الغنى غنى النفس

“Bukanlah yang dinamakan kaya karena banyak simpanan harta benda, tetapi yang disebut kaya adalah kaya diri (jiwa)” (HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra).

Kekayaan harta benda mudah habis dengan jalan dicuri orang, terbakar, dan sebagainya. Kaya jiwa (banyak ilmu) akan tetap dalam diri, sekalipun diberi-berikan kepada orang. Itulah kaya yang hakiki.

وارض بما قسم الله لك تكن اغنى الناس

“Dan terimalah dengan redha apa-apa yang telah ditentukan Allah bagimu adalah engkau sekaya-kaya manusia” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah ra).


mimpi    4

Pernah pada suatu malam, aku bermimpi KH. DR. Saberan Affandi, MA. Yang aneh dalam mimpi tersebut aku tidak sengaja terinjak kaki beliau. Setelah bangun aku terus kepikiran tentang mimpi tersebut, hingga aku menemui beliau menceritakan hal tersebut, sekaligus meminta maaf. Wallahu a’lam.
_______________________


pelajaran  keempat

ADAB dan KESOPANAN

تعلموا العلم  وتعلموا للعلم السكينة  والوقار , وتواضعوا لمن تتعلمون منه

“Pelajarilah oleh kamu ilmu, dan pelajarilah demi untuk ilmu yaitu ketenangan dan keagungan dan bersikap rendah dirilah kamu terhadap orang yang kamu belajar darinya” (HR. Abu Nu’aim dari Umar ra).


mimpi    5

Pernah juga aku bermimpi : aku tidur berselimutkan tulisan shalawat. Tapi pada saat tidur tersebut, selimut bertuliskan shalawat tersebut melorot ke lantai. Wallahu a’lam.
__________________________
·       Aku memang pernah melazimkan membaca beberapa jenis shalawat. Tapi karena sesuatu hal ada beberapa bacaan shalawat yang tidak rutin terbaca hingga akhirnya lupa sama sekali atau tidak hafal lagi. Mungkinkah karena ini?

pelajaran  kelima

BERKAH SHALAWAT


Tersebut dalam Syifa Syarif, dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

من صلى على فى كتاب لم تزل الملا ئكة  تستغفرله مابقى ا سمى فى ذلك الكتاب

“Barangsiapa mencantumkan shalawat untukku dalam sebuah kitab, beristighfarlah malaikat baginya selama namaku dalam kitab itu”.


Diriwayatkan oleh Abu darsa ra bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

اكثروا من الصلاة على يوم الجمعة  فانه يوم مشهود يشهده الملائكة  وان احد يصلى علي الا عرضت علي صلاته حتى يفرغ منها

“Perbanyaklah shalawat untukku pada hari Jum’at karena hari itu adalah hari besar disaksikan oleh para malaikat dan tiap orang bershalawat untuk aku dihidangkanlah shalawatnya kepadaku hingga selesai”


mimpi   6

Pada waktu subuh aku bermimpi. Sebenarnya dini hari aku sudah bangun dan mendengar bacaan “Tarhim” dibeberapa langgar. Tapi kemudian aku tertidur lagi hingga aku bermimpi. Dalam tidur aku mendengar H. Ahmad Subehan sedang adzan Zuhur padahal dalam mimpi kurasa masih jam 9 pagi. Karena merasa masih belum waktunya adzan Zuhur aku kaget dan langsung terbangun. Wallahu a’lam.
____________________


pelajaran  keenam

KEUTAMAAN SHALAT


 “Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha (20) : 14)

اذا صلى احدكم فليصل صلاة مودع صلاة من لايظن انه يرجع اليها ابدا

“Apabila salah seorang diantara kamu mengerjakan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang minta diri yang ia mempunyai keyakinan bahwa dirinya tidak akan kembali selama-lamanya” (HR. Ad-Dailami dari Ummu Salamah)


mimpi   7

Karena kesal dengan kucing tetangga, yang buang kotoran di kursi dan kencing sembarangan di dalam rumah, hingga pada suatu malam aku bermimpi, dimana dalam mimpi itu aku merasa KH. Asmuni (Guru Danau) memberikan ceramah tentang perlunya kasih sayang atau berlaku lemah lembut terhadap binatang. Tetapi dalam mimpi tersebut yang tergambar adalah seekor monyet. Wallahu a’lam.
________________________

pelajaran  ketujuh

ADAB TERHADAP BINATANG

فرب  مركوبة خير من راكبها , واكثر ذكرا الله منه

“Banyak binatang tunggangan lebih baik daripada pemiliknya dan lebih banyak dzikirnya” (Perkataan Imam Ahmad)

اتق الله هذه البهاءم المعجمة , فار كبوها صالحة, وكلوها صالحة

“Takutlah kepada Allah dalam (memelihara) binatang-binatang yang tidak dapat bicara ini, tunggangilah mereka dengan baik dan berilah makanan dengan baik pula” (HR. Abu Dawud).


mimpi   8

Hampir menjadi rutinitas selama beberapa tahun, setiap kali aku mendengarkan taklim, ceramah ataupun tausyiah, senantiasa intisarinya aku catat. Apalagi yang mengucapkan itu adalah seorang Zurriyatur rasul. Demikian pula ketika aku membaca sebuah buku ataupun kitab, manakala ada kalam atau tulisan dari para habaib atau sayyid dengan gembira hati aku mencatat dan mengumpulkannya. Hingga pada suatu malam aku kelelahan mencari-cari dalam beberapa kitab kalau-kalau terselip ucapan para habaib, hingga aku tertidur. Di dalam tidur sepertinya aku bermunajat minta di anugerahi keturunan yang shaleh. Lalu dalam mimpi tersebut hadir rupa Habib Hasan Taufik bin Alwi al-aydrus. Wallahu a’lam.
_______________________

pelajaran  kedelapan

ZURRIYATAN THAYYIBAH

 “Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah Aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".” (QS. Ali Imran (3) : 38)


Dan ingatlah ketika Ibrahim Berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,
Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku; Karena Sesungguhnya dia akan memberi hidayah kepadaku".
 Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. “ (QS. Az- Zukhruf (43): 26 – 28)


mimpi   9

Pernah pada suatu malam aku bermimpi, namun dalam mimpi tersebut aku seperti masih bersekolah. Waktu itu terlihat sedang belajar bahasa Arab, adapun yang menjadi gurunya sepertinya adalah KH. Abdul Bari dari Alabio. Wallahu a’lam.
________________________
·       Tidak lama berselang setelah mimpi tersebut, kami menerima pemberian sebuah al-Qur’an, “Al-Kalimah” yang terjemahannya kata demi kata. Alhamdulillah dengan al-Qur’an terjemahan kata per kata tersebut sangat membantu dalam memahami kandungan al-Qur’an.


pelajaran  kesembilan

PENTINGNYA BAHASA ARAB

 Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf (12) : 2)

 Sesungguhnya kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).” (Qs. Az- Zukhruf (43) : 3)



احبوا العرب لثلاث لانى عربي والقران عربي وكلام اهل الجنة فى الجنة عربي

“Sukailah (bahasa) Arab karena 3 hal, karena sesungguhnya aku (Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam) adalah orang arab, dan al-Qur’an al-Karim berbahasa arab, dan perkataan penghuni sorga adalah bahasa arab” (HR. Thabrani dan selainnya).


mimpi   10

Kadang aku mengenangkan kematian orang-orang yang shaleh yang meninggal pada waktu dan tempat yang baik. Seperti meninggalnya muallim KH. Muhammad Atha, Sy. Pada waktu itu Mesjid Raya sedang dalam perbaikan, sehingga shalat berjamaah diselenggarakan diteras belakang. Pada waktu itu, di Aula Bupati juga ada kegiatan, namun beliau dan muallim DR. KH. Saberan Affandi memilih untuk shalat berjamaah di Mesjid Raya. Dan pada waktu shalat Isya malam Jum’at tersebut, beliau meninggal dunia. Seusai shalat Isya, kulihat muallim Saberan ikut membawa beliau ke rumah sakit.
Dan setelah beberapa tahun kejadian tersebut berlalu, hingga pada suatu malam aku bermimpi. Dalam mimpi tersebut, seperti nya ada laporan pertanggungjawaban keuangan yang harus disampaikan kepada beliau. Sekilas aku menengok isi dari laporan pertanggungjawaban itu, dan kulihat tertulis : NIHIL. Wallahu a’lam.
______________________


pelajaran  kesepuluh

PERTANGGUNGJAWABAN AMAL


“... demi Allah, Sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang Telah kamu ada-adakan.” (QS. An-Nahl (16): 56)

“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. An-Anbiya (21):23)

البر لا يبلى والذنب لا ينسى والديان لا يموت اعمل ما شئت كما تدين تدان

“Kebajikan itu tidak akan punah dan dosa itu tidak akan dilupakan, dan Yang Maha Pemberi balasan (Allah Subhanahu wa ta’ala)  tidak akan mati, beramallah apa yang engkau kehendaki, sebab engkau itu akan ditulis sesuai dengan perbuatanmu” (HR. Baihaqy).



mimpi   11

Pada suatu malam aku pernah bermimpi. Dalam mimpi tersebut tersiar kabar bahwa KH. Dja’far Saberan (orang Amuntai yang menjadi ketua MUI di Samarinda) meninggal dunia. Maka banyaklah orang melakukan takziyah. Hingga ada pengumuman dari panitia, yang berkata, “mana ulama dari Amuntai”. Sekilas aku melihat dalam tulisan dikertas ada nama KH. Said Masrawan, MA (Ketua MUI Kab. HSU). Wallahu a’lam.
_________________

pelajaran  kesebelas

PENTINGNYA MANAQIB

 “Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (!S. Al-A’raaf (7) : 176)

 “Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud (11) : 120)

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf (12) : 111)

Dari Abu Hurairah ra bahwa rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda :

من اكرم عا لما فقد اكرم سبعين نبيا ومن اكرم متعلما فقد اكرم سبعين شهيدا ومن احب العا لم لا تكتب عليه خطيئته ايام حيا ته

 “Barangsiapa menghormati dan memuliakan seorang alim, ia telah memuliakan 70 nabi, dan barangsiapa memuliakan seorang pelajar ia telah memuliakan 70 syahid dan barangsiapa mencintai seorang alim tidak akan tercatat dosa-dosanya selama hidupnya” (Terdapat dalam Durratun Nashihin).


mimpi   12

Pernah pada suatu malam aku bermimpi. Serasa keadaan pada waktu itu terjadi banjir. Kulihat dalam mimpi sepertinya muallim KH. Muhammad Jahri Waringin melewati gang di samping sekolahan yang halamannya tergenang air dimana semakin keujung gang airnya semakin dalam. Kulihat muallim KH. Jahri tetap melewati arus banjir yang semakin deras dan dalam tersebut hingga beliau tidak lagi kelihatan. Melihat kejadian tersebut, didalam mimpi, kami kemudian mencari jalan alternative untuk menyeberang jalan. Terlihat dalam mimpi disisi jalan arus sungai yang deras dan gelombang serta ombak yang besar. Wallahu a’lam.
_____________________

 pelajaran  kedua belas

PENUNJUK KEBAIKAN

“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am (6) : 153)

Dari Abu Mas’ud ra. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من دل على حير فله مثل اْجرفاعله

“Siapa yang menunjukkan seseorang kepada kebaikan, maka ia memperoleh pahala seperti orang yang melakukannya” (HR. Muslim).


mimpi   13

Pada hari ke-24 ayahanda meninggal (28 Desember 2016/28 Rab. Awwal 1438) diadakan acara tahlilan. Sebelum acara dzikir dimulai, muallim KH. Saderi Ijan ada bertanya kepadaku apakah yang meninggal beberapa hari sebelumnya adalah keluarga ataukah saudara dari DR. KH. Saberan Afandi. Dan pada malam harinya aku kembali bermimpi. Dalam mimpi aku seperti berada disuatu areal pekuburan. Kudengar sepertinya muallim KH. Saberan berkata yang intinya bahwa semua orang akan mati tidak peduli apakah dia seorang raja atau siapa dan bagaimanapun juga. Setelah itu beliau, kalau tidak salah, menyuruhku untuk mandi. Wallahu a’lam.
________________________


pelajaran  ketiga belas

PERSIAPAN KEMATIAN

 “Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu’ah (62) : 8)


Dari Anas bin Malik ra bahwa nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

اكثروا ذكرالموت , فانه يمحص الذنوب ويزهد فى الدنيا , فان ذكرتموه عندا لغنى هدمه , وان ذكرتموه عند الفقر ارضا كم بعيشكم

“Banyak-banyaklah kamu sekalian mengingat mati, (karena) mengingat mati itu dapat menghapuskan dosa-dosa, dan membuat hati zuhud (tidak senang) terhadap perkara dunia. Jika kalian mengingatnya diwaktu dalam keadaan kaya, maka zikrul maut itu menanamkan rasa antipati terhadap keduniawian (harta benda). Dan jika kalian mengingatnya diwaktu dalam keadaan faqir, maka zikrul maut itu menanamkan rasa ridha terhadap kehidupan kalian” (HR. Ibnu Abiddunya).


 mimpi    14

Hari ini, Jum’at, 1 September 2017 adalah hari Raya “Idul ‘Adha. Malamnya aku tertidur dan bermimpi. Sepertinya Ustadz Muhammad Hafidz ada dirumahku. Sehingga akupun ingin menyampaikan keadaan anakku yang “mandeg” tidak mau lagi ke rumah Tahfidz akibat diliburkan selama puasa ramadhan. Dan didalam mimpi tersebut Ustadz Muhammad Hafidz yang hafal 30 Juz berkata kepadaku: “ Dididik dirumah ja dulu”. Wallahu a’lam.
_____________________

pelajaran  keempat belas

BAITI JANNATI

ما نحل والد ولده افضل من ادب حسن

“Tidak ada pemberian bapak terhadap anaknya yang lebih baik daripada adab yang baik” (HR. Hakim).

mimpi    15

Jum’at, 9 Maret 2018 saat ke Mesjid, aku melihat ada pengumuman tentang akan adanya pengkajian kitab “Hidayatus Salikin” oleh KH. Ahmad fahmi Zamzam, asal Desa Harus, Amuntai Tengah, yang lama membuka majelis pengajian di Malaysia. Pelaksanaanya direncanakan pada hari sabtu dan minggu (17 dan 18 Maret 2018) dari pagi hingga shalat Isya.  Aku terus berharap dapat mengikutinya. Hingga menjelang tidur aku tetap kepikiran.
Dan saat tertidur, aku serasa bermimpi, bahwa ada orang yang datang berkendaraan, entah kenapa aku tergerak untuk membantu memalingkan kendaraan tersebut. Saat itu, aku lagi membaca kitab, dan lalu kitab itu aku letakkan di meja dalam keadaan terbuka, karena didekat meja tersebut telah duduk seseorang seperti KH. Muhammad Husaini (tambalangan), dengan harapan muallim dapat membacanya. Dan saat aku membantu memalingkan kendaraan tersebut, kulihat muallim membuka buku/kitab tersebut.
Saat aku datang hendak mengambil kitab tersebut, muallim KH. Muhammad Husaini menanyai aku, tanya beliau : “Syahadat terbagi atas berapa ?” Dan dalam mimpi tersebut aku tidak bisa menjawab. Wallahu a’lam.
____________________ 

pelajaran  kelima belas

KETERBATASAN ILMU

افة العلم النسيا ن واضا عته ان تحدث به غير اهله

“Bahayanya ilmu itu ada 2 (dua0, ialah lupa dan menyia-nyiakan ilmu. Termasuk menyia-nyiakan ilmu ialah membicarakannya dengan orang yang bukan ahlinya” (HR. Ibnu Abi Syaibah).

Diibaratkan, ilmu itu adalah laksana binatang buruan yang liar, maka supaya tidak lepas maka harus diikat dengan tali kekang yang kuat. Demikian pula halnya, talinya ilmu adalah tulisan yang diamalkan.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasalam bersabda (dalam hadits pengajaran Jibril as, ketika beliau ditanya tentang kiamat) :
ما المسؤول عنها باعلم من السا ئل

“Tidaklah yang ditanya lebih mengetahui daripada yang bertanya” (HR. Bukhari Muslim)


Ali bin Abi Thalib pernah ditanya tentang sesuatu permasalahan, beliau menjawab “Saya tidak tahu”. Kemudian beliau berkata lagi. “Alangkah sejuknya hati ini” (3 kali). Orang-orang bertanya: “Ya Amirul Mukminin, apa maksud dari perkataanmu itu?” Beliau menjawab : “Yaitu apabila seseorang ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahuinya ia menjawab : “Allahu a’lam”

Abu Hafs an-Naisabury berkata : “Orang alim adalah orang yang ketika ditanya tentang suatu masalah, merasa takut kalau-kalau nanti pada hari kiamat ditanyakan kepadanya, “Dari mana dasar jawabanmu ?”

Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam lainnya juga selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam yang tidak mereka ketahui dengan ucapan “Allahu wa Rasuluhu a’lam” )Allah dan Rasulullah lebih mengetahui) dan ini dapat kita lihat dalam banyak hadits.
Dan riwayat-riwayat lain yang semakna yang menjelaskan betapa hati-hatinya para sahabat dari menjaga lisan-lisan mereka untuk berkata sesuatu yang tidak mereka ketahui.
Sikap sedemikian, diikuti pula oleh para imam shalafus shaleh, sebagaimana tersebut dari Humaid bin Abdurrahman, ia berkata : “Menjawab dengan jawaban tidak tahu, itu lebih aku sukai daripada harus memaksakan diri menjawab sesuatu yang tidak aku ketahi” (Diriwayatkan oleh Ad-Darimy)

Abu Sulaiman berkata : “Ma’rifat itu lebih dekat kepada diam daripada bicara”


mimpi    16

Malam Rabu, 3 ke 4 April 2018 aku kembali bermimpi. Kali ini mimpi tentang sepasang sandal. Dalam mimpi, kulihat di sandal jepit itu ada gambar Tuan Guru Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul) dan gambar seorang ulama lainnya. Ketika ada seseorang hendak memakai sandal tersebut, aku kemudian melarangnya karena merasa tidak layak gambar seorang waliyullah dijadikan alas kaki. Wallahu a’lam.
_____________________


pelajaran  keenam belas

WALI  ALLAH

 “Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus (10) : 62- 64)



mimpi    17

Malam kamis, 18 ke 19 Juli 2018 menjelang subuh, aku bermimpi berbicara dengan ustadz Ahyani H. Ramli, imam di langgar kami “Syi’arul Muslimin” Paliwara. Dalam mimpi tersebut sepertinya ustadz Ahyani bertanya atau menanyakan sesuatu kepadaku. Pertanyaan tersebut langsung saja aku jawab. Lalu ustadz Ahyani sepertinya berkata : “Jangan begitu, tapi ucapkanlah Insya Allah”. Akupun menuruti apa yang dia perintahkan. Setelah itu dia berkata : “ya, seperti itu !” Wallahu a’lam.
_______________________


pelajaran  ketujuh belas

DENGAN IZIN ALLAH


“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya Aku akan mengerjakan Ini besok pagi,
Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (QS. Al-Kahfi (18) : 23 – 24)

 “Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati Aku sebagai orang yang sabar, dan Aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".” (QS. Al-Kahfi (18) : 69)

 “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku (Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".”  (QS. As-Shaffat (37) : 102)


mimpi    18

Sore kamis, 2 Agustus 2018. Dalam hati aku ingin sekali bertemu dengan waliyullah, tidak dapat dalam kenyataan, kiranya dapat berjumpa didalam mimpi. Hingga aku membaca surah al-Fatihah yang aku haturkan untuk baginda Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa salam, kemudian membaca al-Fatihah untuk kedua orang tua, kemudian membaca lagi beberapa kali al-Fatihah yang dipersembahkan untuk para ulama dan habaib.
Dan setelah shalat isya akupun tidur. Di dalam tidur tersebut sepertinya aku bermimpi. Dalam mimpi kulihat aku sedang membersihkan kulit cempedak (mandai) yang diasinkan. Disaat membersihkan tersebut datang sesosok wanita berpakaian serba hitam, yang kukenali dari mata beliau, adalah ibunda Ruminah (istri dari DR. KH. Saberan Affandi, MA). Tanpa banyak berbicara, beliau lalu berkata : “Jakanya ampun Haji Supian (adik beliau) diandak kasini” (seandainya kepunyaan H. Supian dibawa ke sini). Setelah mengatakan yang sedemikian aku terbangun. Wallahu a’lam.
_______________________


pelajaran  keDELAPAN belas

SUFI WANITA

ان اغبط النا س عندي مؤمن خفيف الحاذذو حظ من صلاة غامض في النا س لايؤبه له كان رزقه كفا فا  وصبر عليه عجلت منيته وقل تراثه وقلت بوا كيه

“Sesungguhnya orang yang paling aku merasa iri kepadanya adalah orang mukmin yang miskin, gemar mendirikan shalat, beribadah kepada Rabb-Nya dengan baik, tidak dikenal orang, selalu merasa cukup dengan rezeki ( yang telah ditentukan), selalu bersabar, kematiannya dipercepat, warisannya sedikit dan tidak banyak orang yang menangisi saat kematiannya” (HR. Ibnu Majah)

ان اغبط اوليا ئي عندى لمؤمن حفيف الحاذ ذوحظ من الصلاة احسن عبادة ربه واطا عه في السر وكان غامضا في الناس لا يسادلبيه بالا صابع وكان رزقه كفافا فصبر على ذلك ثم نقر بيده فقا ل عجلت منيته قلت بوا كيه قل تراثه


“Sesungguhnya wali-wali terbaik menurutku adalah orang yang mukmin yang ringan kondisinya (miskin), gemar mendirikan shalat, beribadah kepada Rabb-Nya dengan baik, menaati-Nya dikala sepi, tidak dikenali orang, tidak ditunjuk dengan jari (jumlahnya sedikit), rezekinya pas-pasan lalu dia selalu bersabar dengan kondisinya”. Setelah itu, beliau mematok-matokkan tangannya seraya bersabda: “kematiannya dipercepat, sedikit orang yang menagisi kematiannya dan harta warisannyapun sedikit” (HR. Tirmidzi)


mimpi    19

Rabu malam Kamis, 22 ke 23 Agustus 2018 M (bertepatan dengan 10 ke 11 Zulhijjah 1439 H). Masih suasana hari raya. Aku bermimpi, dimana dalam mimpi tersebut kulihat, Hidayatullah Fitri mengantar beberapa buah amplop undangan shalat fardlu kifayah. Sebagian uang di dalam amplop tersebut berada diluar dalam keadaan usang dan kumal.
Kemudian, dalam mimpi tersebut, selesai shalat Zuhur di langgar, muallim DR. KH. Saberan Affandi lama sekali duduk “di paimaman” sehingga timbul gerak hati bertanya, apakah beliau lupa ada undangan shalat fardlu kifayah. Pada saat itu, aku atau ustadz Ahyani berkata : “Ada 4 undangan kifayah, lho !”. Belum lagi kami mengatakan tersebut, muallim langsung berdiri.
Kemudian, masih dalam mimpi, aku menunggu disuatu tempat (dalam hati mobilnya akan lewat didepan aku menunggu), tetapi ternyata dugaanku meleset. Rombongan muallim ternyata naik mobil ke arah lain. Mengetahui hal sedemikian, aku cepat berlari mengejar mobil mereka, dan akhirnya berhasil juga naik ke mobil tersebut. Di dalam mobil kulihat, muallim Saberan, ustadz Ahyani, H. Muhaimin, dan lain-lain.
Kemudian, masih dalam mimpi tersebut, seraya menunggu pelaksanaan kifayah di dalam langgar (tidak kuketahui namanya), kulihat sebagian orang berdiri, sebagian duduk, sedangkan aku sendiri makan nasi bungkus. Wallahu a’lam.
__________________________


pelajaran  KESEMBILAN belas

KIFAYAH

وصل على الجنا ئز , لعل ذلك يحزنك فان الحزين فى ظل الله يوم القيا مة يتعرض لكل خير

“Dan shalatkanlah jenazah-jenazah itu, mudah-mudahan hal itu bisa membuat kamu sedih, sebab orang yang sedih itu kelak dihari kiamat berada dalam naungan Allah dan penuh dengan limpahan kebaikan”. (HR. Ahmad)



mimpi    20

Rabu malam Kamis, 5 ke 6 September 2018 M (bertepatan dengan 24 ke 25 Zulhijjah 1439 H). Dinihari aku terbangun. Sepertinya aku bermimpi, atau hanya semacam ilusi yang tergambar dalam pikiran sewaktu bangun tidur. Dalam mimpi tersebut, kulihat Habib Shadiq bin Muhammad Assegaf berjalan menuju tempat pengajian (peringatan haul). Aku ingin berjalan mendahului beliau, tetapi kemudian kuurungkan. Lalu aku berjalan dibelakang mengikuti belau.
Ketika sampai ditempat peringatan, di sebuah langgar, kami masuk ke dalam. Habib Shadiq terus saja berjalan sampai ke bagian depan, sedangkan aku melihat di dalam langgar penuh sesak dengan jama’ah, aku memilih duduk di deretan jama’ah. Setelah itu, kulihat (dalam mimpi tersebut) Habib Shadiq melambaikan tangan ke arahku, sepertinya menyuruh atau mengajak aku untuk duduk kedekatnya di depan. Wallahu a’lam.
________________________

pelajaran  kedua puluh

MENCINTAI ZURRIYATUR RASUL


Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

مثل اهل بيتي فيكم كمثل سفينة نوح من ركبها نجا ومن تخلف عنها غرق

“Perumpamaan ahlulbait bagi kalian adalah seperti bahtera Nabi Nuh as. Barangsiapa menaikinya (mengikuti) pasti dia selamat, dan barangsiapa berpaling darinya pasti dia tenggelam” (As-Suyuthi dalam Ihya al-Mayyit, hal. 25-27)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
النجوم امان لا هل الارض من  الغرق واهل بيتي امان لاهل الارض من الا ختلاف

“Bintang-bintang adalah pengaman bagi penduduk bumi dari tenggelam (di lautan), dan ahlulbaitku adalah pengaman bagi penduduk bumi dari perselisihan” (An-Nabhani dalam Asy-Syaraf al-Mu’abbad, hal. 58)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

اني  اوشك  ان ادعى فا جيب واني تارك فيكم الثقلين  كتاب الله عزوجل وعترتي  كتا الله حبل ممدود  من السماء الى الارض  وعتر تي اهل بيتي  وان  اللطيف اخبرني  انهما  لن  يفترقا  حتى  يردا  على  الحوض  فانظروا  بما  تخلفوني  منهما

“Sesungguhnya aku tidak lama lagi akan dipanggil (wafat), dan akupun akan memenuhinya. Aku meninggalkan pada kalian dua peninggalan berharga (tsaqalain) : Kitab Allah Azzawa jalla dan Itrah-ku. Kitab Allah (al-Qur’an) ibarat tali penghubung antara makhluk dan pencipta-Nya, sedangkan Itrah-ku adalah ahlilbaitku. Dan sungguh, Allah Yang Maha Lembut telah memberitahukan kepadaku bahwa keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya datang kepadaku di telaga (sorga). Maka perhatikanlah ! Kalian berarti menyalahiku jika kalian menyalahi keduanya” (Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, juz 4 hal 31 danjuz 5 hal 181).

Hal serupa terdapat pula dalam shahih Muslim, Bab Fadlail Shahabah, juz 15, hal. 179.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

والذي  نفسي  بيده  لا يبغضنا اهل البيت  رجل الا  ادخله النار
“Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, tiada seorangpun yang membenci kami, ahlulbait, kecuali akan dicampakkan (oleh Allah Subhanahu wa ta’ala) ke dalam api neraka” (As-Suyuthi dalam Ihya al-Mayyit, hal. 18)



mimpi    21

Selasa malam Rabu, 16 ke 17 Oktober 2018 M (bertepatan dengan 7 ke 8 Shafar 1440 H). Waktu dini hari sepertinya aku bermimpi. Sepertinya aku berada dalam suatu rapat atau musyawarah yang dihadiri oleh Bupati Drs. H. Abdul Wahid, HK, MM. Dalam mimpi tersebut kulihat daftar nama-nama peserta test CPNS untuk wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara. “Banyak jua lih pendaftarnya”, kataku seketika.
Kemudian seseorang di sebelahku memberi isyarat dengan mengernyitkan keningnya, Tanya sama bupati maksudnya. Tanpa mendahului bertanya, bupati H. Abdul Wahid sepertinya mengetahui keinginanku.
“Nangapang” (Ada apa)”, Tanya beliau.
“Anak ulun ada umpat test jua” kataku
“Siapa ngarannya ?” Tanya beliau. Aku kemudian menyebutkan namanya.
“Siapa ?” kata beliau seperti tidak mendengar atau hanya minta penegasan.
“Amalia Ihsana” kataku sekali lagi.
“Umpat napa ?”
“PGSD”
Setelah itu beliau berkata, “Ayuha, kaena nyamanai”.
Kemudian masih dalam mimpi, sepertinya aku dipanggil untuk menghadap dan sudah berada di depan ruang kerja beliau. Sebelum masuk aku mengatur terlebih dahulu HP ku dalam posisi merekam pembicaraan. Guna hati-hati agar tidak ada kecurangan. Tetapi belum sampai masuk ke ruangan aku terbangun. Wallahu a’lam.
______________________

pelajaran  kedua puluh SATU

PROFESI MULIA

Hadits dari Sahl bin Sa’id ra yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

فو الله لاْن يهدي الله بك رجلا خيرلك من اْن يكون لك حمرالنعم

“Demi Allah, jika Allah Subhanahu wa ta’ala memberi petunjuk pada satu orang melalui perantaraanmu, maka hal itu jauh lebih baik daripada kekayaan yang sangat berharga” (HR. Bukhari Muslim)

            Burhanuddin al-Zarnuji, dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim”, mengatakan:

اْلا لن تنال العلم الا بستة ساْ نبيك عن مجمو عها ببيان ذكاء وحرص  واصطبار  وبلغة  وارشاد استاذ وطول زمان

“Engkau tidak akan mencapai ilmu itu kecuali dengan 6 hal. Aku akan jelaskan kepadamu secara garis besarnya : cerdas, sungguh-sungguh, sabar, ada bekal, ada guru yang membimbing dan masa yang panjang”.

            Ini jelas-jelas menempatkan peranan guru sebagai salah satu syarat mutlak mendapatkan ilmu, jika tidak dipenuhi maka ilmu itu tidak akan engkau capai (lan tanal).


mimpi   22
Senin dinihari, 6 Mei 2019 M bertepatan dengan 1 Ramadhan 1440 H, sepertinya aku kembali bermimpi. Suasana dalam mimpi tersebut, sepertinya aku masih kuliah. Aku mengalami kebingungan sehingga aku turun naik anak tangga kemudian mengelilingi lorong demi lorong ruangan kampus yang kosong. Dari kejauhan terdengar suara seperti KH. Hanafi Idar yang meledak-ledak memberikan pengajian di Majelis Ta’lim al-Ma’arif. Lalu seseorang yang aku kenal berkata, yang ucapannya kalau tidak salah : “Sidin tu tinggi banar tasaufnya” atau yang dikatakannya : “Ketinggian (mengajarkan) tasaufnya”. Wallahu a’lam.
_______________________
·       Setelah berlalu beberapa bulan, beliau kemudian terpilih menjadi Rais Syuriah Nahdlatul Ulama Cabang Kabupaten Hulu Sungai Utara.

pelajaran  kedua puluh dua

AMALAN SUFI

“maka istiqamahlah (tetaplah) engkau (Muhammad) di jalan yang benar, sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan juga orang yang bertaubat bersamamu. Dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Hud : 112)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqamah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) sorga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (Qs. Fushshilat : 30).
mimpi    23

Malam Senin, 6 ke 7 Oktober 2019 bertepatan dengan 8 Shafar 1441 H. Tengah malam aku terbangun. Sepertinya aku bermimpi. Dalam mimpi tersebut, kulihat orang seperti pada menunggu pembacaan manaqib ataupun pengajian biasa. Tidak berapa lama kemudian, sepertinya datang mu’allim KH. Syam’uni, Imam Mesjid Raya Amuntai, seraya membawa kitab. Begitu melihat aku, kami langsung berpelukan layaknya sahabat yang lama tidak berjumpa, berpelukan seperti menjemput orang yang datang dari tanah suci. Setelah itu Mu’allim berkata sambil tersenyum, “Bah/wah ! nginipang orangnya”. Wallahu a’lam.
______________________


pelajaran  kedua puluh tiga

MENCINTAI KARENA ALLAH

Dari Anas bin Malik, beliau berkata:

ان رجلا كان عند النبي صلي الله عليه وسلم فمربه رجل فقال : يارسول الله اني لاْحب هذا, فقال له النبي صلي الله عليه وسلم : اْعلمته ؟ قال : لا , قال : اْعلمه , قال : فلحقه فقال : إني اْحبك في الله, فقال: اْحبك الذي اْحببتني له

“Bahwasanya ada seorang sahabat yang sedang berada di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian seseorang lewat dihadapan mereka. Lantas sahabat ini mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukan rasa cintamu kepadanya?” Ia berkata: “Belum.” Beliau berkata: “Jika demikian, pergilah dan beritahukan kepadanya”. Maka ia langsung menemui orang itu dan mengatakan : “inni uhibbuka fillah” (sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah), lalu orang tersebut menjawab: “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya). (HR. Ahmad, Abu Dawud).




mimpi    24

Senin dinihari, 27 April 2020 M (bertepatan dengan 4 Ramadhan 1441 H. Sepertinya aku kembali bermimpi. Sebelumnya, minggu malam senin (26 ke 27 April) aku menambahkan beberapa tulisan ke dalam blogku (majelisulamadanwali.blogspot.com) sampai pukul 23.00 wita. Setelah itu, aku tidur. Sekira pukul 2 dinihari aku terbangun. Sepertinya aku bermimpi atau mungkin hanya sebagai bayangan yang mengkristal dalam pikiran sewaktu terbangun. Dalam mimpi tersebut, aku bersama dengan seseorang pergi ke rumah muallim KH. Muhammad Jahri. Tampak beberapa santri dalam suatu halaqah duduk menghadap kedepan. Temanku lebih dulu masuk seraya memberi salam. Kulihat muallim berpakaian sangat sederhana, hanya mengenakan kaos dalam lengan pendek, serta tanpa tutup kepala. Kulihat beliau berdiri dan seperti hendak keluar (mungkin hendak berwudhu) melalui pintu yang lain. Aku segera masuk dan memberi salam. Seraya menjabat tangan beliau, aku berkata sambil menangis. “Guru, ajari ulun napa hajakah tentang masalah agama”. Kemudian, beliau bertanya kepadaku: “ikam dari mana?”, lalu kujawab : “Ulun orang Amuntai jua”. Wallahu a’lam.
______________________


pelajaran  kedua puluh empat

BELAJAR HARUS BERGURU



“Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu? Dia menjawab, “Sesungguhnys kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku” (QS. Al Kahfi : 66-67)

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun” (QS. Al-Kahfi : 60)

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya” (QS. Al-Isra (17) : 36)

عن عبدالله بن المبارك يقول : الاءسناد من الدين ولولا الاءسناد لقال من شاء ماشاء

Ibnul Mubarak berkata: “Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya” (HR. Muslim dalam Muqaddimah Kitab Shahihnya}.

Menurut pendapat ulama:

ولا بد فى سلوك طريق الحق من ارشاد استاذ حاذق وتسليك شيخ كامل مكمل حتى تظهر حقيقة التوحيد بتغليب القوى الرحانية على القوى الجسما نية

“Diwajibkan bagi orang yang mencari jalan yang benar (belajar agama) untuik mencari seorang guru yang benar, dan dibawah arahan guru yang sempurna dan bisa menyempurnakan sehingga bisa menghantarkan kepada hakikatnya keyakinan dengan mengedepankan kekuatan rohani mengalahkan kekuatan jasmani (akal fikiran) (Tafsir Haqqi, juz 15, hal. 13)


وقال الشيخ أبو على الدقاق : لوأن رجلا يوحى اليه ولم  يكن له شيخ لايجيئ منه من الآسرار

Syekh Abu Ali al-Daqqaq berkata: “Seandainya seseorang diberi petunjuk dan baginya tidak memiliki guru, maka jangan berharap akan muncul baginya asror (rahasia yang benar dari kebenaran ilmu tersebut)”

Dan perkataan Syekh Abu Yazid al-Bustamiy :

من لم يكن له شيخ فشيخه الشيطان

“Barangsiapa tidak memiliki guru maka gurunya adalah syaithan” (Tersebut dalam Tafsir Ruhul Bayan)


mimpi    25

 

Selepas zuhur, cuaca sangat terik, Senin, 9 November 2020 (bertepatan dengan 23 Rabiul Awwal 1442 H). Aku mencoba membaringkan diri hingga tanpa terasa tertidur. Sepertinya aku bermimpi : aku duduk-duduk berkumpul bersama keluarga di teras rumah. Selang beberapa waktu aku melihat kepada gumpalan awan tebal di langit. Kulihat seperti ada mata yang mengintip dari gumpalan awan tersebut, yang beberapa saat kemudian berubah menjadi gambar para wali-wali Allah dan zurriyah Rasulullah, yang tampil secara bergantian layaknya slide show. Aku tidak sempat mengingat gambar-gambar siapa saja yang tampil, tapi sepertinya kumpulan gambar-gambar waliyullah dan dzurriyah Rasulullah yang banyak dijadikan orang figura. Dalam mimpi tersebut aku bergegas mencari gawai HP untuk mengabadikannya guna memperlihatkannya kepada orang lain, tapi aku tidak berhasil karena keburu terbangun. Kemudian kulihat jam menunjukkan sebentar lagi masuk waktu ashar. Wallahu a’lam.

______________________

 

pelajaran  kedua puluh lima

 

WAJAH GURU, WAJAH KEKASIH

 

 

“Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka” Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupanya), dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata : “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia” (QS. Yusuf (12) : 31)

Demikian gambaran al-Qur’an tentang ketampanan wajah Nabi Yusuf, dan keterpanaan manusia ketika memandang wajah beliau.

 

Tentang memandang wajah, diungkap kembali oleh Syaikh Nawawi Banten dari kitab Riyadh al-Shalihin, bahwa Ali Ibn Abi Thalib berkata, “Memandang wajah seorang ulama adalah ibadah. Lalu berpendar cahaya dalam  pandangan itu dan terang cahaya di dalam hatinya. Ketika seorang ulama mengajarkan ilmu, maka satu tema yang diajarkan berhadiah satu istana di surga, Bagi yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya, akan mendapatkan hadiah serupa”.

 

Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang memuliakan seorang ulama, sungguh ia telah memuliakan aku.”  Mengapa begitu? Menurut Syaikh Nawawi Banten, “Karena ulama adalah kekasih Nabi SAW”. Lalu Nabi SAW melanjutkan, “Barangsiapa yang memuliakan aku, sungguh ia telah memuliakan Allah.”

Mengapa begitu? Menurut Syaikh Nawawi Banten, “Karena Nabi SAW adalah kekasih Allah SWT”. Nabi SAW bersabda lagi, “Barangsiapa yang memuliakan Allah, maka ia akan bertempat tinggal di surga.”   "Surga itu sendiri adalah tempat tinggal para kekasih Allah SWT”, demikian tulis Syaikh Nawawi Banten.

 

Oleh karena itu, terkait dengan hal ini Nabi SAW bersabda, “Muliakanlah ulama karena mereka adalah pewaris para nabi. Barangsiapa yang memuliakan mereka, sungguh ia telah memuliakan Allah dan Rasul-Nya.”  Hadits ini diriwayatkan oleh al-Khatib al-Baghdadi bersumber dari Jabir.

Dulu sebagian sahabat ketika belajar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada yang sampai tidak berani melihat beliau. Wibawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai membuat sahabat ini tidak kuat melihat beliau. Seperti yang dialami sahabat Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

وَمَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلاَ أَجَلَّ فِى عَيْنِى مِنْهُ وَمَا كُنْتُ أُطِيقُ أَنْ أَمْلأَ عَيْنَىَّ مِنْهُ إِجْلاَلاً لَهُ وَلَوْ سُئِلْتُ أَنْ أَصِفَهُ مَا أَطَقْتُ لأَنِّى لَمْ أَكُنْ أَمْلأُ عَيْنَىَّ مِنْهُ

Tidak ada seorang-pun yang lebih aku cintai melebihi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada manusia yang lebih mulia di mataku, dari pada beliau. Aku tidak mampu untuk memenuhi pandanganku ke arah beliau, karena wibawa beliau. Kalaupun aku diminta untuk menceritakan tentang wajah beliau, aku tidak mampu. Karena aku tidak pernah memandang total wajah beliau. (HR. Muslim 336).

 

Memandang orang shalih, bisa membangkitkan semangat, untuk meningkatkan amalan kebaikan, tatkala keimanan seseorang sedang turun. Sebagaimana dilakukan oleh Abu Ja’far bin Sulaiman, salah satu murid Hasan Al Bashri. Beliau pernah mengatakan,”Jika aku merasakan hatiku sedang dalam keadaan qaswah (keras), maka aku segera pergi untuk memandang wajah Muhammad bin Wasi’ Al Bishri. Maka hal itu mengingatkanku kepada kematian.” (Tarikh Al Islam, 5/109).

 

Imam Malik sendiri juga melakukan hal yang sama tatkala merasakan qaswah dalam hati. Beliau berkisah,”Setiap aku merasakan adanya qaswah dalam hati, maka aku mendatangi Muhammad bin Al Munkadir dan memandangnya. Hal itu bisa memberikan peringatan kapadaku selama beberapa hari.” (Tartib Al Madarik, 2/51-52).

Jika demikian besar dampak positif yang diperoleh saat seorang memandang wajah orang-orang shaleh, maka melakukannya dihitung sebagai ibadah, karena telah melaksanakan saran Rasulullah. Dimana, suatu saat beberapa sahabat bertanya, “Karib seperti apa yang baik untuk kami?” Rasulullah menjawab,”Yakni apabila kalian memandang wajahnya, maka hal itu mengingatkan kalian kepada Allah.” (Riwayat Abu Ya’la, dihasankan Al Bushiri).

Seseorang bertanya kepada Imam Hasan Al Basri "wahai Imam hasan katakan amalan apa yang bisa membuat aku dekat dengan Allah dan menyelamatkan diriku ditempat terbaik di yaumil akhir (jannah)”. Kemudian imam Hasan menjawab "cintailah para aulia atau ulama (orang yang dekat dengan Allah) dan berharap ketika Allah menatap hati para kekasihnya itu dan disana tertulis namamu, dan itu akan membuat Allah membiarkan engkau bersama mereka di tempat terbaik Nya"



mimpi    26

Lewat tengah malam, sekira pukul 02.00 pagi, Jum’at, 20 November 2020 (bertepatan dengan 4 Rabiul Akhir 1442 H). Aku terbangun dari mimpi. Sewaktu tidur tersebut, sepertinya aku bermimpi bahwa aku juga sedang tidur, dan didalam mimpi tersebut ketika aku mau bangun, aku merasa tidak dapat membuka mataku. Aku sudah berupaya mengusahakannya tetapi tetap saja aku tidak dapat melihat. Didalam mimpi tersebut, aku berjalan sambil meraba-raba untuk mencari air. Dan ketika aku memperolehnya, langsung aku usapkan ke mataku, seketika mataku dapat terbuka dan melihat kembali. Bersamaan dengan itu, akupun terbangun. Wallahu a’lam.

______________________

pelajaran  kedua puluh enam 

BUTA DI DUNIA, BUTA DI AKHIRAT


“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) didunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)” (QS. Al-Isra’ (17) : 72)

“Dan Kami mengumpulkan mereka pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan kami dalam keadaan buta, padahal aku dulu (didunia) dapat melihat” (QS. Thaha (20) : 124-125)

Mengapa demikian?

“Demikianlah, karena kamu telah didatangi ayat-ayat Kami, lalu kamu melupakannya. Maka, demikian pula hari ini kamu dilu[pakan” (Qs. Thaha (20) : 126)

“Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada “ (QS. Al-Hajj : 46).

Akibatnya ?

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk. Dan barangsiapa yang dia sesatkan, maka sekali-kali dia tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan tuli” (QS. Al-Isra’ (17) : 97)



mimpi    27

Jum’at Malam Sabtu, 15 Oktober 2021 (bertepatan dengan 9 ke 10 Rabiul Awwal 1443 H). Di Langgar “Baiturrahman” Desa Palampitan Hulu diselenggarakan peringatan maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan penceramah Ustadz Muhammad Yannor dari Kelua. Usai ceramah kulihat ustadz Muhammad Nashih Amin (Kota Raden), -- alumni Hadramaud , Yaman, yang baru saja melangsungkan walimatul 'ursy, dengan seorang wanita di Desa Palamptan Hulu --- berjalan beriringan dengan ustadz Yannor.

Malamnya aku bermimpi. Dalam mimpi tersebut sepertinya aku melihat Ustadz Nashih Amin berada dirumah kami yang di Paliwara. Aku melihat ustadz Nashih sedang santai duduk di sofa. Waktu itu, aku bermaksud untuk memperbaiki sesuatu yang rusak di dekat ustadz. Namun, tidak berapa lama terdengar suara seperti mau adzan. Seketika aku bergegas untuk berwudhu dengan melompat dari jendela ke rumah sebelah. Kulihat ustadz Nashih ketika hendak ke langgar juga terpaksa melompati pagar teras yang tidak tinggi karena jalan terhalang oleh beberapa orang berdiri dan berbicara di jalanan tersebut. Wallahu a’lam.

______________________

 

 

pelajaran  kedua puluh TUJUH

 

JANGAN TERGESA-GESA

 

Dari Ibnu Abbas, beliau berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Asyaj Abdul Qais : “Sesungguhnya dalam dirimu terdapat 2 (dua) sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan tidak tergesa-gesa”. (HR. Bukhari)

 

Dari Anas ra, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sifat perlahan-lahan berasal dari Allah, sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan”. (HR. Baihaqi, dan Abu Ya’la).

 

Bersegera melakukan kebaikan memang sangat dianjurkan. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat al-Baqarah (2) ayat : 148  yang bunyinya: “Dan setiap ummat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya (pada hari kiamat). Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

 

Intinya, bersegera mengerjakan kebaikan dianjurkan tetapi terburu-buru atau tergesa-gesa justru dilarang, hatta  dalam hal kebaikan sekalipun.

 

Seperti disebutkan dalam al-Qur’an:

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasainya)” (QS. Al-Qiyamah : 16).

 

Dari Abu Hurairah ra, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dikabulkan do’a seseorang dari kalian selama ia tidak buru-buru; (dimana) ia berkata: “Aku sudah berdoa namun belum dikabulkan do’aku” (HR. Bukhari, Muslim).

“Dan manusia berdo’a untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa’a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa” (QS. Al-Isra : 11)

 

Sebuah hadits dari Abu Hurairah , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kamu mendengar iqamah, maka berjalanlah kamu menuju tempat shalat, dan langkahkanlah kakimu dengan tenang dan anggun, dan janganlah kamu melangkahkannya dengan tergesa-gesa. Maka apa saja bagian shalat yang kamu jumpai, kerjakanlah dan apa yang terlewatkan olehmu, maka sempurnakanlah” (HR. Bukhari dan Muslim).




mimpi    28

Hari ini, tepat sebulan seseorang yang ingin menyewa toko belum mengembalikan kunci toko yang dipinjamnya. Sehingga, malam tadi, Minggu malam Senin, 19 ke 20 Desember 2021 (bertepatan dengan 16 Jumadil Awal 1443 H), terbawa ke alam mimpi. Dalam mimpi tersebut aku didatangi oleh dua orang pemuda tampan yang menanyakan apakah toko kami tersebut mau disewakan. Aku tidak ingat bagaimana sikapku ketika menjelaskan bahwa kunci tokonya dibawa oleh seseorang. Hingga kemudian dalam mimpi tersebut aku mendengar suara entah dari siapa dan dari mana, katanya : “Hendaklah engkau menjadi waliku”. Wallahu a’lam.

______________________

 

 

pelajaran  kedua puluh DELAPAN

MEMBUAT PILIHAN

Hidup didunia ini selalu dihadapkan pada 2 pilihan yang harus dipilih salah satunya, yaitu menjadi wali Allah ataukah menjadi wali setan.

“Ingatlah wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih. Yaitu orang-orang yang beriman lagi bertakwa.” (QS. Yunus (10) : 62-63).

Seseorang yang menjadi wali Allah adalah orang yang bersih keimanannya, yang tidak dicampuri dengan berbagai bentuk kesyirikan. Serta bertaqwa yaitu melakukan apa yang diperintah oleh Allah dan menjauhi apa yang apa yang dilarang-Nya.

Sedangkan tentang berwali kepada syetan, rujukannya adalah:

“Sesungguhnya setan-setan itu mewahyukan kepada wali-wali mereka untuk membantahmu. Jika kamu mentaati mereka sesungguhnya kamu termasuk menjadi orang-orang musyrikin”. (Qs. Al-An’am (6) : 121).

Mengapa harus memilih?

Karena itulah yang paling bijak dari sudut pandang kebebasan manusia untuk menentukan pilihannya sendiri. Dan Allah sendiri juga telah mengilhamkan kepada manusia tentang jalan-jalan kejahatan dan ketaqwaannya berserta akibat-akibatnya.

“demi jiwa serta penyempunaan (ciptaan)nya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya” (Qs. Asy-Syams (91) : 7 – 10).

“Tidak ada paksaan dalam memilih/ menganut agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah (1) : 256).

Memilih pilihan tersebut, tidak saja berlaku pada manusia melainkan kepada seluruh makhluk Allah yang lain. Seperti tersebut dalam al-qur’an:

“Dan diantara kami ada yang Islam dan ada yang menyimpang dari kebenaran. Siapa yang Islam, maka mereka itu telah memilih jalan yang lurus (Qs. Al-Jiin (72) : 14)

Namun,

“Dan tidakalah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata”. (QS. Al-Ahzab (33) : 36).


mimpi    29

Jum’at, subuh dinihari, 18 Februari 2022 (bertepatan dengan 27 Rajab 1443 H) aku terbangun, kudengar suara rintik hujan diatap rumah, dan sepertinya aku telah bermimpi. Suasana dalam mimpi sepertinya aku berada dalam sebuah acara resepsi perkawinan. Dalam  mimpi tersebut kulihat datang Sayyid Alwi bin Hasan Taufik alyadrus,  memakai baju jas serta kopiah hitam, layaknya pemuda yang ingin menikah, beliau kemudian kulihat duduk dikursi dan sibuk mempersilakan dan melayani  tamu undangan yang datang. Wallahu a’lam.

______________________

 

 

pelajaran  kedua puluh SEMBILAN

 

IKRAMUL MUSLIMIN

 

Mengapa kita tidak mau memuliakan sesama manusia ? Bukankah Allah Subhanahu wa ta’ala telah memuliakan makhluk ciptaan-Nya yang bernama manusia !

 

“Dan sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka diatas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna” (QS. Al-Isra (17) : 70)

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang baik-baiknya” (Qs. At.Tiin (95) : 4)

 

Maka selayaknyalah pula kita memuliakan sesama, menghormati dan tidak merendahkan makhluk yang telah diciptakan Allah Subhanahu wa ta’ala.

 

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu” (QS. Asy-Syu’ara (26) : 215)

 

“Dan apabila kami dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah (penghormatan itu yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu” (QS. An-Nisa (4) : 86)

 

Dan salah satu bentuk memuliakan manusia adalah memuliakan tamu.

 

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari)

 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tamu datang dengan membawa rezekinya dan pergi (pulang) dengan menghapus dosa-dosa kalian, dan Allah Subhanahu wa ta’ala menghapus dari dosanya dan dosa-dosa kalian” (HR. Abu Syaikh).

 

Perilaku atau akhlaq sedemikian, telah dicontohkan oleh para sahabat (kaum Anshar) terhadap kaum Muhajirin. Sebagaimana firman-Nya:

“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ketempat mereka, dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang mereka berika kepada mereka (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga mmemerlukan.. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Hasyr (59) : 9)

 

 

mimpi    30

Jum’at, 14 Mei 2023 (bertepatan dengan 28 Syawal 1444 H) sekira pukul 2 malam. Sepertinya aku baru bangun dari mimpi. Dalam mimpi, Aku seperti berbicara dengan KH. Saderi Ijan (Desa Palampitan Hulu), beliau adalah saudara dari KH. Salni Ijan (Mantan Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Hulu Sungai Utara Periode 1991 – 1994). Sepertinya beliau (Muallim Saderi)  meminta sampaikan sesuatu kepada seseorang. Namun ketika aku bermaksud untuk menyampaikannya, aku benar-benar lupa kepada siapa aku harus menyerahkannya. Aku cari-cari di kertas itu kalau-kalau terdapat alamat yang dituju, tetapi tidak aku temukan. Wallahu a’alam”.

______________________

 

 

pelajaran  ketiga puluh

 

LUPA

 

Adakah kita tidak pernah lupa ?

Ada yang mengatakan : “Manusia tidaklah dinamakan dengan insan, kecuali karena (sifat) lupanya”.

Berkata Ibnu Abbas ra :

“Sesungguhnya (manusia dinamakan insan karena diambil janji kepadanya, lalu ia lupa” (Tafsir ath-Thabari)

Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dan Adam dibuat lupa dan keturunannya juga dibuat lupa” (HR. Tirmidzi).

 

Apa saja yang telah kita manusia lupakan?

 

-       Lupa terhadap perjanjian dan asal kejadian diri

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab : “Betul (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat nanti kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (QS, Al-A’raaf (7) : 172)

 

-       Lupa dzikrullah, lupa kepada Allah

 

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik” (Qs. Al Hasyr (59) : 19)

 

-       Lupa terhadap nikmat yang telah Allah berikan

 

“Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia, dia berpaling dan menjauhkan diiri degan sombong) tetapi apabila ditimpa malapetaka maka dia banyak berdo’a” (QS. Fushilat (41) : 51)

 

“Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali taat kepada-Nya,, tetapi apabila Dia memberikan nikmat kepadanya, dia lupa (akan bencana) yang pernah dia berdoa kepada Allah sebelum itu, dan diadakannya sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah, “Bersenang-senanglah kamu dengan kekafiranmu itu untuk sementara waktu. Sungguh, kamu termasuk penghuni neraka” (Qs. Az-Zumar (39) : 8)

 

-       Lupa terhadap peringatan- peringatan Allah

 

Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa” (QS. Al-An’am (6) : 44)

 

-       Lupa terhadap dosa-dosa yang dilakukan

 

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sungguh, Kami telah menjadikan hati mereka tertutup, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan ditelinga mereka. Kendatipun engkau (Muhammad) menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya”. (Qs. Al-Kahfi (18) : 57)

 

-       Lupa terhadap apa yang telah diri kerjakan

Pada hari itu mereka semuanya dibangkitkan Allah, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya (semua amal perbuatan itu), meskipun mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu” (Qs. Al-Mujadillah (58) : 6 )

 

-       Lupa terhadap kebaikan orang lain

“Dan janganlah kamu lupa terhadap kebaikan orang lain di antara kamu” (Qs. Al-Baqarah (2) : 23)

Kita harus menyadari bahwasanya lupa merupakan sebagian daripada tipu daya syaithan.

Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa golongan setan itulah golongan yang rugi” (Qs.  Al-Mujadillah (58) : 19)

Bagaimana sikap kita ketika lupa?

 

-       Segera mengingat Allah

“Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini” (Qs. Al-Kahfi (18) : 24)

 

-       Berdo’a dan meminta ampun

“Dia (Musa) berkata, “Janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku” (Qs. Al-Kahfi (18) : 7

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dan (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahm,atilah kami. Engkalulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir” (QS. Al-Baqarah (2) : 286).

 

mimpi    31

Malam Rabu, 9 Agustus 2023 (bertepatan dengan 22 Muharram 1445 H). Sepertinya aku bermimpi. Dalam mimpi tersebut, kulihat istriku ada membawa majalah/ koran. Pada koran tersebut, kulihat ada pemberitaaan tentang ulama kondang Indonesia, yaitu Ustadz Abdul Somad (Prof. DR. KH. Abdul Somad, MA). Anakku yang bungsu senang sekali melihat foto Ustadz Abdul Somad bersanding dengan syekh atau ulama dari negara luar. Karena aku tidak membaca isi pemberitaanya, sepertinya ada suara yang menyebut “Sittah” dan “arba’ah”. Mungkinkah maksudnya kita harus mengikut kepada Imam Madzhab yang 4, serta berpegang kepada hadits-hadits yang terdapat didalam 6 kitab Hdits yang terkenal. Wallahu a’lam

______________________

 

 

pelajaran  ketiga puluh SATU

 

BERMAZHAB

 

Terkadang sering kita dengar slogan, “kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah”, tidak perlu bermazhab, cukup mengikuti generasi salaf, hingga tudingan bahwa, “segala sesuatu yang tidak dicontohkan Nabi adalah bid’ah”. Demikiankah?

Mazhab pada dasarnya adalah pandangan ulama mujtahid yang bersumberkan al-Qur’an dan hadits. Bermazhab artinya memilih suatu cara menjalankan praktek keagamaan dengan mengikuti suatu cara atau pandangan-pandangan yang ditempuh oleh imam mazhab yang semua dalil-dalilnya berdasarkan atau bersumberkan dari ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Perlukah kita bermazhab?

Bagi kita orang awam, yang tidak mempunyai referensi pengetahuan, yang tidak mempunyai kemampuan untuk menggali hukum sendiri, maka bermazhab, sebagaimana tersebut dalam kitab “Fathul Mu’im” hukumnya adalah wajib.

Juga menurut Imam Jalaluddin al-Mahali, dalam kitabnya “Syarh Mahalli ‘ala jami’ul jawami’ , mengatakan bahwa, menetapi satu mazhab adalah wajib.

Sehingga, berkomitmen atau berketetapan hati mengikuti salah satu dari mazhab yang empat adalah sebuah keniscayaan yang sudah disepakati (ijma’) semua ulama.

Mengapa?

Karena dengan berpegang kepada suatu mazhab yang tertentu dapat membantu seseorang dalam menjalankan tatacara beragama dan beribadahnya secara lebih terarah dan sistematis. Mengingat rujukan mazhab berbeda-beda, atau karena pandangan ulama-ulama mujtahid berbeda-beda, sehingga dengan mengikuti atau menganut satu mazhab tertentu dapat membuat seseorang mudah didalam menjalankan syari’at. Sebab apa-apa yang ditetapkan dalam suatu mazhab rujukan pokoknya juga al-Qur’an dan Hadits.

 

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

 

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya” (QS. Al-Isra (17) : 36)

 

“Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syari’at itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui” (Qs. Al-Jatsiyah (45) : 18)

 

 

mimpi    32

Menjelang  subuh Jum’at, 25 Agustus 2023 (bertepatan dengan 8 Shafar 1445 H), aku terbangun dari mimpi. Di dalam mimpi terjadi perdebatan mengenai  besar kecilnya ukuran kapal Nabi Nuh alaihi salam. Hingga ada seseorang yang mengatakan bahwa kapal Nabi Nuh itu tidak besar, sekitar 19 meter atau 20 meter saja panjangnya. Kalau tidak percaya, lihat buktinya pada surah Nuh (71) ayat 19 dan 20. Di dalam mimpi, aku dan yang lainnya tidak mempercayai kalau ukuran kapalnya  hanya sekitar 20 meter, bagaimana mungkin dapat memuat  beraneka ragam binatang ternak, berpasang-pasangan lagi. Wallahu a’lam

 

______________________

 

 

pelajaran  ketiga puluh DUA

HIJRAH

 

 

“Dan Allah menjadikan bumi untuk sebagai hamparan. Agar kamu dapat menjelajahinya (pergi kian kemari) dijalan-jalan yang luas” (QS. Nuh (71) : 19 – 20).

 

Kisah Nabi Nuh alaihi salam, mengandung pelajaran bahwasanya berhijrah atau berpindah merupakan suatu solusi untuk mendapatkan keadaan yang lebih baik.

Hijrah dalam pengetiannya ada yang merujuk pada perpindahan tempat (makaniyah), ada juga hijrah secara maknawiyah. Sebagaimana dikatakan oleh KH. Abdul Bari (Pengasuh Pondok Pesantren “Asy-Syafi’iyah” Alabio) : “Hijrah adalah berpindah tempat dari Mekkah ke Madinah. Adapun pada zaman sekarang, hijrah adalah perpindahan (seseorang) dari perbuatan jahat ke baik, maksiat ke thaat, malas ke rajin, kikir ke dermawan, dan dari perbuatan dosa kepada pahala”.

Dalam melakukan hijrah, terdapat 4 unsur pokok yaitu:

 

1) Ada kemauan atau perintah merobah diri

 

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d (13) : 11)

 

2) Dilakukan secara bertahap,

 

“Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)” (Qs. Al-Insyiqaaq (84) : 19)

 

3) Bersungguh-sungguh

 

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (berjihad) untuk mencari keredhaan Kami, (maka) Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami, dan sungguh Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (Qs. Al-Ankabuut (29) : 69)

 

4) Menuju kebaikan

 

“Kecuali orang yang berlaku zalim yang kemudian mengubah (dirinya) dengan kebaikan setelah kejahatan (bertaubat), maka sungguh Aku Maha Pemngampun, Maha Penyayang” (Qs. An-Naml (27) : 11)

 

Dan mengenai hijrah ini sudah diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh para anbiya sedari Nabi Adam alaihi salam.

 

1.    Nabi Adam alaihi salam

       

       “ Dan Kami berfirman, “Wahai Adam ! Tinggallah engkau dan istrimu didalam sorga dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada disana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu mendekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim.

     “Lalu, setan memperdaya keduanya dari sorga, sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya disana (sorga). Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.

     “Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia-pun menerima tobatnya. Sungguh Allah Maha Penerima taubat, maha penyayang.

     “Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari sorga@! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati” (Qs. Al-Baqarah (2) : 35 – 38)

 

2.    Nabi Nuh alaihi salam

 

        “Lalu Kami wahyukan kepadanya, “Buatlah bahtera/ kapal di bawah pengawasan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam kapal itu sepasang-sepasang dari setiap jenis hewan, juga keluargamu, kecuali orang yang lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa siksaan) diantara mereka. Dan janganlah engkau bicarakan denganKu tentang orang-orang yang zalim, sesungguhnya mereka itu akan di tenggelamkan” (Qs. Al-Mu’minuun (23) : 27)

 

 

3.    Nabi Ibrahim alaihi salam

 

       “Maka Luth membenarkan (Kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku; sungguh, Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana” (Qs. Al-Ankabuut (29) : 26)

 

     “Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barangsiapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang.

      “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (Qs. Ibrahim (14) : 36 – 37)

 

 

4.    Nabi Yunus alaihi salam

 

      “Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang Rasul.

      “(ingatlah) ketika dia lari, ke kapal yang penuh muatan.

     “Kemudian dia ikut diundi, ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian)

     “Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.

     “Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berdzikir (bertasbih) kepada Allah.

     “Niscaya dia akan tetap tinggal diperut (ikan itu) sampai hari berbangkit

    “Kemudian Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit

    “Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu,

    “Dan Kami utus dia kepada 100.000 orang atau lebih

    “Sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu” (QS. As-Shaffat (37) : 139 – 148)

 

5.    Nabi Musa alaihi salam

 

     “Dan sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, “Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari, dan pukullah (buatlah) untuk mereka jalan yang kering di laut itu, (engkau) tidak perlu takut akan tersusul dan tidak perlu khawatir (akan tenggelam).

      “Kemudian Fir’aun dengan bala tentara mengejar mereka, tetapi mereka di gulung ombak laut yang menenggelamkan mereka”  (QS. Thaha (20) : 77 – 78)

 

 

6.    Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam

 

      “Dan ingatlah ketika kamu (kaum Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit lagi tertindas di bumi (Mekkah), dan kamu takut orang-orang (Mekkah) akan menculik kamu, maka Dia memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur” (Qs. Al-Anfaal (8) : 26)

 

 

 

mimpi    33

Cerita tentang masih utuhnya jasad KH. Maimoen Zubair (Mbah Maimoen) di pemakaman Ma’la, Mekkah, padahal sudah lebih 4 tahun dimakamkan, sudah pula kudengar. Dan sebelumnya, sewaktu beliau masih hidup, ada seorang syaikh dari Mekkah, berkata dihadapan beliau: “Siapa yang ingin melihat penduduk sorga dimasa kini, maka lihatlah kiai (Maimoen) ini”. Apa reaksi Mbah Maimoen mendengar ucapan syaikh tersebut, “ Amiin. Amiin. Amiin. Semoga do’amu mustajab”. Masya Allah, bnetapa tawadhu’nya beliau.

Dan hari ini, Minggu, 27 Agustus 2023 (bertepatan dengan 10 Shafar 1445 H), setelah shalat zuhur di langgar “Syi’arul Muslimin” Paliwara, yang dilanjutkan dengan tahlilan untuk haul salah seorang warga. Aku pulang dan rebahan di hari yang sangat terik. Tanpa kusadari aku tertidur dan bermimpi.

Dalam mimpi, aku seperti berjalan cepat atau setengah berlari, karena beberapa meter dihadapan, aku berperasa bahwa seseorang  akan tergelincir, maka refleks aku berlari untuk menahan orang tersebut agar tidak jatuh tergelincir. Aku berhasiul menahan tubuh orang tersebut, dan kemudian membantu beliau untuk menaiki anak tangga. Kulihat banyak orang menaiki anak tangga tersebut. Tapi tidak ada seorangpun yang kukenal. Selain aku, ada juga orang lain yang memegangi tubuh beliau. Di akhir anak tangga ada ruangan terbuka, dan disampingnya ada lagi sebuah ruangan atau kamar. Di ruangan terbuka tersebut ada seorang kyai yang menyalami beliau. Seketika aku sadar bahwa yang aku papah adalah KH. Maimoen Zubair, Pengasuh Ponpes Sarangan, Rembang. Maka akupun yang semula memegangi beliau langsung menyalami dan mencium tangan beliau. Setelah itu, ketika berada dekat sebuah kamar, beliau berkata, yang seakan perkataan itu ditujukan kepadaku, “Ayo ikut”, ajak beliau.  Wallahu a’lam

 

______________________

 

 

pelajaran  ketiga puluh TIGA

 

TAWADHU’

 

“Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaanmu) ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih berupa janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia-lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa” (Qs. An-Najm (53) : 32)

 

Imam Hasan al-Bashri pernah berkata:  “Tawadhu adalah tatkala engkau keluar dari rumahmu, maka tidaklah engkau menjumpai seorang  muslimpun kecuali engkau menganggap bahwa dia lebih utama dibandingkan dirimu”

 

“Tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya” (HR. Muslim)

 

Imam Asy-Syafi’i di dalam Syu’abul Iman, mengatakan: “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya”

 

Mengapa harus tawadhu ?

 

Imam Ibnu Hibban, didalam Raudhah al- ‘Uqala’, berkata: “Sifat tawadhu akan memberikan keselamatan, membuahkan keakraban, meniadakan kedengkian, dsan menghilangkan kebencian”.

 

mimpi    34

Senin menjelang subuh, 18 Septeember 2023 (bertepatan dengan 2 Rabiul Awwal 1445 H). Dalam mimpi aku melihat Ustadz Adi Hidayat (DR. Adi Hidayat, Lc, MA) berjalan dengan seorang ukhti. Mereka tampaknya saling beradu argumentasi tentang permasalahan agama. Aku tidak dapat mengingat secara rinci apa-apa yang mereka katakan dalam mimpi tersebut. Namun sepertinya mereka membicarakan tentang spesialisasi jurusan yang akan mereka ambil/ pilih. Sang ukhti tampaknya ingin mempelajari ilmu dengan teknik menghafal, sedangkan ustadz Adi Hidayat memilih cara yang lain, yaitu dengan langsung mempraktekkannya. Hal tersebut tampak pada akhir debat argumentasi mereka. Sang ukhti terus berjalan lurus, sedangkan Ustadz Adi Hidayat berbelok ke arah kanan, seraya berkata, “berarti kamu memilih jurusan yang banyak hafalannya”. Wallahu a’lam

 

______________________

 

 

pelajaran  ketiga puluh EMPAT

 

ANTARA HAFALAN dan AMALAN

 

         Terdapat dalam Hilyatul Auliya’ (6 : 163), “Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari, maka Allah akan membuka untuknya hal-hal yang sebelumnya ia tidak mengetahui”

 

       Fudhail bin Iyadh berkata: “Orang yang berilmu tetap dikatakan bodoh sampai dia mengamalkan ilmunya, apabila dia mengamalkan ilmunya maka dia (benar-benar) orang yang berilmu”

 

      Malik bin Dinar berkata:  “Sesungguhnya jika engkau menuntut ilmu dengan tujuan untuk diamalkan maka itu akan membuatmu tawadhu’, dan jika engkau menuntut ilm,u bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanyalah membuatmu semakin berbangga diri (sombong)”

 

      Mana pentingnya menghafal atau mempelajari ilmu dengan mengamalkan suatu ibadah?

 

     Sama pentingnya. Sebab, ibadah tanpa ilmu, sebagaimana dikatakan Umar bin Abdul Aziz, “Barangsiapa beribadah kepada Allah tanpa ilmu, niscaya akan merusak lebih banyak daripada memperbaiki” (Az-Zuhud  1/301 karya Imam Ahmad).

 

    Dalilnya : “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya” (Qs. Al-Isra (17) : 36).

 

    Sedangkan ilmu tanpa amal, menurut Imam al-Ghazali, “Sesusngguhnya hati manusia itu mati, kecuali mereka yang berilmu. Sesungguhnya mereka yang berilmu itu terlena kecuali mereka yang beramal. Sesungguhnya mereka yang beramal itu tertipu, kecuali mereka yang ikhlas”.

 

     Dalilnya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Qs. Ash-Shaaf (61) : 2 – 3).

 

-------------- 

 

mimpi    35

Setelah bulan lalu (Rabiul Awwal 1446) mengadakan haul yang ke-8 untuk almarhum ayahanda, hingga kemudian Sabtu dinihari, 20 Oktober 2024 (bertepatan dengan 23 Rabiul Akhir 1446 H) ayah (abah) hadir dalam mimpi. Dalam mimpi seakan ayah ingin mengambil berkas yang dia fotocopy dan menanyakan berapa total harganya. Sejenak aku terdiam dan kemudian berkata : “Kada usah gin” (Tidak perlu bayar). Wallahu ‘alam.

 

pelajaran  ketiga puluh LIMA

HARTA ANAK adalah HARTA AYAH

 

Seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, Sesungguhnya aku memiliki harta dan anak, namun ayahku membutuhkan hartaku. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu”.

 

Hadits tersebut diatas diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari jalur Sahabat Jabir bin Abdullah ra, juga diiriwayatkan oleh Ath-Thabrani melalui Abdullah bin Abbas ra.

Sedangkan dalam riwayat Sunan Abu Dawud melalui jalur ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ada tambahan redaksi : “Sesungguhnya aku memiliki harta dan anak, namun ayahku ingin mengambil hartaku”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

 

“Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu. Sesungguhnya anak-anak kalian adalah sebaik-baik hasil usahamu, maka makanlah dari hasil usaha anak-anakmu”.

 

Menurut Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam kitabnya al-Mughni berpendapat: “Boleh saja seorang ayah mengambil harta anaknya untuk ia miliki, apalagi hal itu memang sangat dibutuhkan oleh ayahnya. Demikian juga, diperbolehkan mengambilnya meskipun tidak dibutuhkan. Ayah tersebut boleh mengambil harta tersebut dari anaknya yang masih kecil maupun sudah dewasa. Namun pembolehan tersebut harus memenuhi 2 syarat, yaitu : 1) tidak menghabiskan seluruh harta dan tidak memudharatkan anak, juga bukan mengambil yang jadi kebutuhan penting anak-anaknya. 2) tidak boleh mengambil harta tersebut dengan tujuan untuk diberikan kepada yang lain.

Jadi sesungguhnya harta yang dimiliki seseorang, didalamnya ada harta orangtuanya, karena orangtuanyalah yang telah membesarkan anaknya sampai dewasa, bahkan memiliki keluarga/ keturunan sendiri. Dan tanpa jerih payah orang tua. Termasuk harta orang tua yang dinikmati oleh seorang anak maka mustahil seorang anak bisa sampai menjadi besar.

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

”Tidaklah seorang anak mampu membalas jasa bapaknya, kecuali dia mendapati bapaknya seorang budak, maka dia membelinya kemudian memerdekakannya” (HR. Muslim) 


_____

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
PERIHAL MENCERITAKAN MIMPI :

Syaikh Sayyid Abdul Qadir al-Jailani, dalam kitabnya Futuh al-Ghaib menceritakan tentang mimpi yang pernah dialaminya, sebagai berikut:

“Aku melihat setan terkutuk dalam mimpi, seolah aku berada dalam sebuah kerumunan besar, dan aku berniat membunuhnya. Lalu si setan itu berkata kepadaku: “Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku ? Jika Allah menentukan keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. Jika Allah menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan. Dan apa yang ada ditanganku? “ Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia tersenyum kepadaku, penuh malu dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12 Zulhijjah 401 H)”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar