Habib Ali bin Abdulqadir bin Husein al-Jufri diperkirakan lahir tahun 1929
H. Adalah pendiri Pondok Pesantren "Noorussalam" Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Beliau seorang Waliyullah yang tawadhu. Keseharian beliau pada masa muda
adalah mengawal hewan-hewan ternak yang dikirim dari Flores, Nusa Tenggara
Timur ke pulau-pulau di Indonesia. Dari pekerjaan tersebut, beliau dapat
menginjakkan kaki ke Papua, ke Sulawesi, ke Sumatera, ke Medan, ke Singapura,
dan lain-lain. Tapi beliau tidak (belum) pernah ke Kalimantan.
Pada umur sekitar 28 – 29 tahun, beliau ziarah ke Boto Putih (maqam Habib
Syech bin Ahmad bin Abdullah Bafagih) Surabaya bersama dengan orang tua dari
Habib Bahasyim. Pada saat ziarah itulah tampak kuburnya bergoyang, yang membuat
orang tua habib Bahasyim lari meninggalkan Habib Ali sendirian di dalam maqam.
Selang berapa lama, terbukalah misteri bergoyangnya maqam tersebut, bahwa yang
keluar adalah Habib Syech bin Ahmad Bafaqih yang menyuruh Habib Ali untuk pergi
ke Borneo, kesuatu tempat yang belum pernah beliau datangi.
Tapi sebelum itu, beliau (Habib Ali) pernah ke tempat Habib Husein Brani
(Habib Husein bin Hadi al-Hamid Brani) Kulon Probolinggo, Jawa Timur, dimana
Habib Husein berkata : “Ya Ali, kamu pergi ke Borneo, kau akan kawin dengan
anaknya Wulaiti”. Tapi waktu itu beliau belum pergi ke Kalimantan, baru
setelah ziarah ke Boto Putih mendapat perintah dari Habib Syech Boto Putih,
maka beliaupun pergi ke Kalimantan.
Tiga bulan setelah kepergian beliau ke Kalimantan, tahun 1959, baru datang
surat kepada keluarga di Surabaya, yang menceritakan bahwasanya beliau (Habib
Ali) sudah ada di Borneo, Kalimantan tepatnya di Martapura. Isi surat minta
dikirimi silsilah keluarga (fam) karena akan dikawinkan dengan anaknya wulaiti
(sebagaimana ucapan habib Husein Brani).
Tahun 1962 Habib Ali bin Abdul Qadir al-Jufri mulai berdakwah ke Danau Panggang, Kabupaten
Hulu Sungai Utara. Beliau bertemu dengan Guru Astani yang pernah menimba ilmu
dari KH. Gusti Imansyah (Guru Murad) pendidik di Ponpes Darussalam Martapura.
Pada awalnya beliau Habib Ali membuka pengajian secara halaqah di rumah karena
belum ada gedung sekolah, dimana santri yang jauh dapat menumpang tidur dan
makan secara gratis dirumah beliau.
Kemudian tahun 1988 atas prakarsa Habib Ali bin Abdul Qadir al-Jufri dan
KH. Zainuddin Astani (Guru Tuha) dimulailah berdirinya Pondok Pesantren
“Noorussalam” yang penamaannya dinisbahkan kepada nama istri beliau, Syarifah
Noor binti Zainal al-Habsyi, sehingga menjadi “Noorussalam”.
Diantara murid-murid beliau yang masyhur adalah Guru Mukti, Guru Fajeri dan
lain-lain. Beliau berpulang ke Rahmatullah pada tahun 2008 M dalam usia kurang
lebih 79 tahun, dan di makamkan di Martapura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar