Rabu, 28 Juni 2017

KH. DJA'FAR SABERAN



KH. Dja’far Saberan, lahir di Desa Paliwara Kota Amuntai Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan tahun 1920 M  (1338 H). Dengan nama orang tua beliau adalah ayah Haji Sabran dan nama lbu adalah Hajjah Rahmah. 


K.H. Dja'far Sabran adalah merupakan anak yang kedua dari delapan orang bersaudara. Riwayat pendidikan formal. Pada tahun 1927 memasuki Vervolgschool sampai dengan tahun 1931 dengan gurunya Mohammad Nashir.
Dalam masa tahun 1931 sampai dengan tahun 1939 memasuki pendidikan Agama di Arabischool (kemudian dijadikan Madrasah Rasyidiyah) di Pakapuran Amuntai dengan perincian 3 tahun pada Ibtidaiyah, 3 tahun Tsanawiyah dan 2 tahun pada madrasah Aliyaha. Kemudian melanjutkan kembali pendidikan agama dengan mengambil jurusan Kulliyatul Mu'atimin di Pondok Modern Gontor Ponorogo pada tahun 1939 dan memperoleh syahadah (Ijazah Tamat Belajar) pada tahun 1942. Dengan teman-teman beliau pada saat itu seperti Idham Khalid dan Ahmad Yusuf, setelah tamat kembali lagi ke Amuntai.

Adapun riwayat pendidikan non Formal (mengikuti pengajian yang ada di masyarakat yang waktunya diluar dari jadwal pendidikan formal) yang bermasa sekitar tahun 1931 sampai dengan 1939 yaitu tercatat ada beberapa orang guru diantaranya  Tuan Guru Syekh KH. Muhammad Khalid di Tangga Ulin Amuntai belajar  llmu tasawuf, KH. Abdur Rasyid di Pakapuran Amuntai yaitu dengan pengajian belajaran bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman lainnya,  KH. Juhri Sulaiman di Tangga Ulin Amuntai dengan pengajian belajaran Bahasa Arab dan ilmu-ilmu ke Islaman, KH.Arsyad di Tangga Ulin Amuntai dengan pengajian belajaran Ilmu Fiqh (Hukum-hukum Islam ), KH. Asy'ari Sulaiman di Tangga Ulin Amuntai dengan pengajian belajaran Ilmu Tauhid, KH. Dakhlan di Lokbangkai Amuntai dengan pengajian belajaran Ilmu Fiqh (Hukum-hukum Islam) dan dengan Mualim KH. Rawi di Panangkalaan Amuntai dengan pengajian dan belajaran ilmu-ilmu ke islaman. Dimaksudkan pengajian pembelajaran bahasa arab disini adalah pembelajaran ilmu-ilmu alat seperti Nahwu (Qawaid) , Syaraf, Balaghah , Arud Qawafi serta belajar tulisan khat kaligrafi. Sedangkan ilmu -ilmu keislaman ini secara umum yaitu seperti Akidah Akhlak, sejarah Rasul-Rasul dan Iain-lain. 

Dalam masa dari tahun 1952 hingga akhir hayat, beliau aktif dalam melaksanakan kegiatan dakwah, baik pada pengajian-pengajian majlis taklim-majlis taklim yang ada dirumah-rumah atau dilanggar dan pada mesjid-mesjid serta pada acara-acara kegiatan lainnya. 
 Berpulang ke rahmatullah pada tanggal 2 Juni 1990 M (11 Zulqa'dah 1410 H) dalam umur kurang lebih 60 tahun beliau wafatnya di Kota Samarinda. Dimakamkan di samping Mesjid Raya Darus Salam di Tengah Kota Samarinda. 

Adapun buku-buku ilmiah keagamaan karangan beliau dan terjemahan kitab-kitab yang berbahasa Asing (Arab) adalah sebagai berikut:
-           Risalah Doa
-           Risalah Tauhid
-           Miftahul Ma'rifah (Muqaddimah Tasawuf)
-           Sabilul Ma'rifah (Tasawuf)
-           Nurul Ma'rifah (Tasawuf)
-           Risalah Fardu Kifayah
-           Khutbah Jum'at dan Hari Raya
-           99 Permata Hadits
-           Tahlil dan Talqin
-           Risalah Tuntunan Shalat Fardu
-           Shalawat Kamilah dan Doa Arsy
-           Fadilat Sural Yasin dan beberapa doa
-           Sembahyang tarawih dan Fadhilatnya
-           Kumpulan Syair-syair : Isra' dan Mi'raj,  Nabi Yusuf dan Zulaikha,  Ma'rifat

Diantara kalam beliau:

“Tabiat insan berkeluh kesah
Ketika senang maupun susah
Jika sembahyang tidak dipisah
Jiwapun tenang tidak gelisah” (Bait ke-39)

“Subhanallah mudah dikata
Alhamdulillah ditambah serta
Allahu Akbar Tuhan Pencipta
Kalimat tahlil pegangannyata”  (Bait ke-101)

“Itulah kalimat tanaman sorga
Ringan dilidah mudah dijaga
Ditimbang berat tidak terduga
Ganjaran besar tidak terhingga” (Bait ke-102)

“Kepada masjid hati tertambat
Tempat membuat amal ibadat
Tidak lupa zikir dan tobat
Penuh harapan mendapat rahmat” (Bait ke-117)

(Dipetik dari “Himpunan Syairkarya KH. Dja’far Sabran. Penerbit : Sarana Ilmiah Press, Surabaya, 1989)


“Hijrah adalah sunnah rasul dan mengembara adalah kegemaran para auliya. Seumpama air jika selalu tergenang pada satu tempat, maka akan mengalami perubahan warna, rasa dan bau, menyebabkan kurang membawa manfaat dan kurang mendapat perhatian. Tetapi jika mengalir air itu terlihat bersih dan segar sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari”.

“Hati umpama perut besar apabila berlebih-lebihan memasukkan makanan, maka perut akan mengalami sakit. Pengobatan yang bermanfaat adalah pemeliharaan dengan jalan membatasi dan mengatur makanan yang dimasukkan. Begitu pula dengan hati, jika keadaannya selalu dipenuhi dengan pandangan-pandangan kepada manusia, maka hati akan menderita sakit dan bisa juga mempengaruhi anggota jasmani lahir. Pengobatannya adalah dengan HIMYAH kemudian diisi dengan FIKRAH.”

“Adapun perumpamaan orang-orang yang sedang melakukan perjalanan menuju kepada Allah adalah seperti orang yang dibatasi rezeki hartanya, terbatas penghasilannya dan terbatas pulamembelanjakannya. Bagi mereka memerlukan adanyakesungguhan hati, ketabahan dan kesabaran. Cobaaan dan ujian yang diterima atau ditemui harusdihadapi dengan HIMMAH dan kesungguhan mencapai tujuan SIDQUT TAWAJJUH (benar-benar penyerahan hati) dan munajat yang diantarkan dengan amal-amal wirid yang sunat sebagai hiasan amal-amalwajib, penuh pengharapan dan tawakkal kepada Allah, semoga yang dimaksud bisa berhasil menjadi syarat yang tidak bisa dipisahkan dalam perjalanan jika petunjuk Allah telah tibamaka perjalanan akan segera sampai kepada Maqam Washil seperti halnya orang-orang yang telah Washil kepada Allah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar