KH. Dja’far Saberan, lahir di Desa Paliwara Kota Amuntai Kecamatan
Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan tahun 1920 M (1338
H). Dengan nama orang tua beliau
adalah ayah Haji Sabran dan nama lbu adalah Hajjah Rahmah.
K.H. Dja'far Sabran adalah merupakan anak yang kedua dari delapan
orang bersaudara. Riwayat pendidikan formal. Pada tahun 1927 memasuki
Vervolgschool sampai dengan tahun 1931 dengan gurunya Mohammad Nashir.
Dalam masa tahun 1931 sampai dengan tahun 1939 memasuki pendidikan
Agama di Arabischool (kemudian dijadikan Madrasah Rasyidiyah) di Pakapuran
Amuntai dengan perincian 3 tahun pada Ibtidaiyah, 3 tahun Tsanawiyah dan 2
tahun pada madrasah Aliyaha. Kemudian melanjutkan kembali pendidikan agama
dengan mengambil jurusan Kulliyatul Mu'atimin di Pondok Modern Gontor Ponorogo
pada tahun 1939 dan memperoleh syahadah (Ijazah Tamat Belajar) pada tahun 1942.
Dengan teman-teman beliau pada saat itu seperti Idham Khalid dan Ahmad Yusuf,
setelah tamat kembali lagi ke Amuntai.
Adapun riwayat pendidikan non Formal (mengikuti pengajian yang ada
di masyarakat yang waktunya diluar dari jadwal pendidikan formal) yang bermasa
sekitar tahun 1931 sampai dengan 1939 yaitu tercatat ada beberapa orang guru
diantaranya Tuan Guru Syekh KH. Muhammad Khalid di Tangga
Ulin Amuntai belajar llmu tasawuf, KH. Abdur Rasyid di Pakapuran Amuntai
yaitu dengan pengajian belajaran bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman lainnya, KH. Juhri
Sulaiman di Tangga Ulin Amuntai dengan pengajian belajaran Bahasa Arab dan
ilmu-ilmu ke Islaman, KH.Arsyad di
Tangga Ulin Amuntai dengan pengajian belajaran Ilmu Fiqh (Hukum-hukum Islam ), KH. Asy'ari Sulaiman di Tangga Ulin
Amuntai dengan pengajian belajaran Ilmu Tauhid, KH. Dakhlan di Lokbangkai Amuntai dengan pengajian belajaran Ilmu
Fiqh (Hukum-hukum Islam) dan dengan Mualim KH. Rawi di Panangkalaan Amuntai
dengan pengajian dan belajaran ilmu-ilmu ke islaman. Dimaksudkan pengajian
pembelajaran bahasa arab disini adalah pembelajaran ilmu-ilmu alat seperti
Nahwu (Qawaid) , Syaraf, Balaghah , Arud Qawafi serta belajar tulisan khat
kaligrafi. Sedangkan ilmu -ilmu keislaman ini secara umum yaitu seperti Akidah
Akhlak, sejarah Rasul-Rasul dan Iain-lain.
Dalam masa dari tahun 1952 hingga akhir hayat, beliau aktif dalam
melaksanakan kegiatan dakwah, baik pada pengajian-pengajian majlis
taklim-majlis taklim yang ada dirumah-rumah atau dilanggar dan pada
mesjid-mesjid serta pada acara-acara kegiatan lainnya.
Berpulang ke rahmatullah pada tanggal 2 Juni 1990 M (11 Zulqa'dah 1410 H) dalam umur kurang lebih 60 tahun beliau wafatnya di Kota Samarinda. Dimakamkan di samping Mesjid Raya Darus Salam di Tengah Kota Samarinda.
Berpulang ke rahmatullah pada tanggal 2 Juni 1990 M (11 Zulqa'dah 1410 H) dalam umur kurang lebih 60 tahun beliau wafatnya di Kota Samarinda. Dimakamkan di samping Mesjid Raya Darus Salam di Tengah Kota Samarinda.
Adapun buku-buku ilmiah keagamaan karangan beliau dan terjemahan
kitab-kitab yang berbahasa Asing (Arab) adalah sebagai berikut:
-
Risalah Doa
-
Risalah Tauhid
-
Miftahul Ma'rifah (Muqaddimah Tasawuf)
-
Sabilul Ma'rifah (Tasawuf)
-
Nurul Ma'rifah (Tasawuf)
-
Risalah Fardu Kifayah
-
Khutbah Jum'at dan Hari Raya
-
99 Permata Hadits
-
Tahlil dan Talqin
-
Risalah Tuntunan Shalat Fardu
-
Shalawat Kamilah dan Doa Arsy
-
Fadilat Sural Yasin dan beberapa doa
-
Sembahyang tarawih dan Fadhilatnya
-
Kumpulan Syair-syair : Isra' dan Mi'raj, Nabi Yusuf dan Zulaikha, Ma'rifat
Diantara kalam beliau:
“Tabiat insan berkeluh kesah
Ketika senang maupun susah
Jika sembahyang tidak dipisah
Jiwapun tenang tidak gelisah” (Bait ke-39)
“Subhanallah mudah
dikata
Alhamdulillah ditambah
serta
Allahu Akbar Tuhan
Pencipta
Kalimat tahlil
pegangannyata” (Bait ke-101)
“Itulah kalimat tanaman sorga
Ringan dilidah mudah dijaga
Ditimbang berat tidak terduga
Ganjaran besar tidak terhingga” (Bait ke-102)
“Kepada masjid hati tertambat
Tempat membuat amal
ibadat
Tidak lupa zikir dan
tobat
Penuh harapan mendapat
rahmat” (Bait ke-117)
(Dipetik dari “Himpunan Syair” karya KH.
Dja’far Sabran. Penerbit : Sarana Ilmiah Press, Surabaya, 1989)
“Hijrah adalah sunnah rasul dan mengembara adalah kegemaran para auliya.
Seumpama air jika selalu tergenang pada satu tempat, maka akan mengalami
perubahan warna, rasa dan bau, menyebabkan kurang membawa manfaat dan kurang
mendapat perhatian. Tetapi jika mengalir air itu terlihat bersih dan segar
sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari”.
“Hati umpama perut besar apabila berlebih-lebihan memasukkan makanan,
maka perut akan mengalami sakit. Pengobatan yang bermanfaat adalah pemeliharaan
dengan jalan membatasi dan mengatur makanan yang dimasukkan. Begitu pula dengan
hati, jika keadaannya selalu dipenuhi dengan pandangan-pandangan kepada
manusia, maka hati akan menderita sakit dan bisa juga mempengaruhi anggota
jasmani lahir. Pengobatannya adalah dengan HIMYAH kemudian diisi dengan
FIKRAH.”
“Adapun perumpamaan orang-orang yang sedang melakukan perjalanan menuju
kepada Allah adalah seperti orang yang dibatasi rezeki hartanya, terbatas
penghasilannya dan terbatas pulamembelanjakannya. Bagi mereka memerlukan
adanyakesungguhan hati, ketabahan dan kesabaran. Cobaaan dan ujian yang
diterima atau ditemui harusdihadapi dengan HIMMAH dan kesungguhan mencapai
tujuan SIDQUT TAWAJJUH (benar-benar penyerahan hati) dan munajat yang
diantarkan dengan amal-amal wirid yang sunat sebagai hiasan amal-amalwajib,
penuh pengharapan dan tawakkal kepada Allah, semoga yang dimaksud bisa berhasil
menjadi syarat yang tidak bisa dipisahkan dalam perjalanan jika petunjuk Allah
telah tibamaka perjalanan akan segera sampai kepada Maqam Washil seperti
halnya orang-orang yang telah Washil kepada Allah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar