Muhammad Sakinul Jinan, Lc adalah putra bungsu dari KH. Muhammas Syaukani Lc, desa Pamintangan, Kecamatan Amuntai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Beliau adalah alumni Universitas al-Azhar, Cairo, Mesir.
Diantara kalam beliau:
“Diantara semua karunia yang diturunkan Allah di bulan Ramadhan, seperti pahala (yang) dilipatgandakan, maghfirah, pintu keampunan dibuka lebar. Diantara semua karunia itu, satu yang jangan sampai kada (tidak) dapat, yaitu keampunan. Yang lain (seandainya) kada dapat, yang ini jangan sampai kada. Sebab orang yang pahalanya banyak belum tentu masuk sorga, tetapi orang yang (misalnya) ibadahnya biasa-biasa saja, tetapi dosanya O (nol) atau tidak ada, itu jelas terbebas dari neraka. Jadi biasakan beristighfar, (sebab) imbah (setelah) beristighfar itu dosanya nol, barasih.”
“Ucapan “La ilaaha ilallah”, kalau ditimbang dengan dunia danseisinya, maka lebih berat La ilaaha ilallah. Makanya ketika akan (ber) wirid itu, kita harus fokus, hati kita harus hadir, fikiran kita harus hadir, harus benar-benar fokus untuk berdzikir, karena perkara itu sesuatu yang luar biasa”.
“Berbeda dengan shalawat. Kalau shalawat itu handak ba-dirikahm dudukkah, barabahkah, ba-pajamkah, bukah-kah, bajalankah, ba-kandaraankah, ba-mobilkah, tabaca muntung, taucap dimuntung (mulut), maka inya fokuskah, kadakah, tetap diterima. Makanya biasanya ulama-ulama wayahini (sekarang), seperti habib-habib menganjurkan untuk memperbanyak shalawat. Alasannya ? karena pasti diterima”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar