Ustadz Ahmad Muslim adalah salah seorang da’i ilallah dari Desa Cangkering, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Diantara kalam beliau:
“Ulama-ulama dahulu pernah berbeda pendapat tentang masalah mulia mana seorang alim tapi masih katuju (suka) berbuat fasiq, katuju berbuat nang kada sanonoh. Atau mulia mana dengan seorang ‘abid, ahli ibadah tapi kada katuju manuntut ilmu. (Maka) kebanyakkan ulama berpendapat (bahwa) tamulia (lebih mulia) orang alim meskipun inya masih berbuat fasiq daripada orang ahli ibadah tetapi kada katuju manuntut ilmu”.
“Kaya apa caranya agar kita ini mudah bersyukur? Caranya ujar ulama adalah dengan cara pandang oleh kamu kepada orang yang lebih rendah daripada masalah dunia, tetapi untuk masalah akhirat padang porang yang lebih tinggi daripada kita”.
“Nang ngaran syukur itu ada kaitannya dengan lisan, ada kaitannya dengan hati, ada kaitannya dengan tubuh, ada kaitannya dengan harta. Syukur dengan lisan bagaimana? Yaitu baanyak-banyak mengucap Alhamdulillah.”
“Sujud syukur itu ada syarat-syaratnya, ada ketentuan-ketentuannya. Kadang-kadang kita ini hendak ba-amal ibadah saja tetapi ilmunya kada tahu, lalu bisa tertolak di sisi Allah. Sujud syukur itu hukumnya sunnah. Sunnah itu maksudnya Rasulullah dan sahabatnya manggawi. Kapan digawinya ? Yaitu ketika mendapatkan nikmat yang baru. Misalnya, bini (istri) kita melahirkan, maka sunnah ketika itu kita sujud syukur. Atau ketika terhindar dari bala dan musibah. Misalnya, rumah tetangga kebakaran sedangkan kita kada, maka sunnah ketika itu mengucap Alhamdulillah kemudian sujud syukur. Cuma jangan disitu (ditempat itu). Jadi untuk pribadi kita, kita dianjurkan bersyukur karena terhindar dari musibah kebakaran, tapi untuk atau terhadap saudara kita yang mendapat musibah kita tetap berbela sungkawa, sedih dan mendo’akan semoga mendapat gantinya”.
“Kadada sujud syukur itu didalam sembahyang. Artinya didalam sembahyang itu kadada sujud syukur. Yang ada sujud saja, karena sujud syukur ini ada niat dan rukun-rukunnya dan lain-lain sebagainya. Apabila hendak kita syukur saja di sujud terakhir”
“Sujud tilawah boleh didalam dan di luar sembahyang, tetapi sujud syukur hanya boleh di luar sembahyang karena ada syarat dan ketentuannya”.
“Syarat sujud tilawah dan sujud syukur adalah syarat sembahyang, diantaranyasuci badan, suci pakaian dan suci tempat”.
“Dan apabila kita kada suci atau dalam keadaan kada ba-wudjhu, (maka) gantiannya adalah (membaca) tasbihat 4 kali, yaitu membaca : Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaaha ilallah wallahu akbar. La haula wa la quwwata ila billahil ‘aliyil ‘adzim (4 kali)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar