KH. Samlan Karman, Lc, S.Pd.I bin Abu Nadhir, lahir di Kuala Tungkal, Jambi pada hari Rabu, 6 April 1949 (bertepatan dengan 7 Jumadil Akhir 1368 H). Menuntut ilmu di Damaskus, Syria atas saran dari KH. Idham Chalid (Ketua Umum PBNU 1957 – 1979) yang mempunyai keterkaitan dengan ulama-ulama kuala tungkal, karena salah seorang putri KH. Idham Chalid kawin dengan putri dari KH. Ali Maksum dari Teluk Nilau, Jambi.
Setelah menyelesaikan studi di Damaskus, Syria (1974 – 1993) beliau kembali ke tanah air. Setelah itu, beliau menjadi pengajar di Pondok Pesantren “Rasyidiyah Khalidiyah” (Rakha) Amuntai yang dikelola oleh KH. Idham Chalid, dan juga menjadi dosen di IAIN “Antasari” Banjarmasin, serta Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam “Rakha” Amuntai.
Diantara guru-guru beliau, diantaranya adalah KH. Dahlan Usman (Desa Padang Basar), Syaikh Ramadhan al-Buthi, Syekh Muhyiddin Darwish (Pengarang kitab “ I’rob al-Qur’an al-Karim wa bayanihi”), dan lain-lain.
Diantara kalam beliau:
“Hendaklah kita memperbanyak istighfar dimalam-malam seperti lailatul qadr. (seperti) Astaghfirullah al- adzim (yang handap). Astaghfirullah al-adzim wa atuubu ilaihi (tapanjang). Astaghfirullah al-adzim alladzi la ilaaha illa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaihi. Jadi banyaki ba-istighfar. Artinya meminta ampun, bataubat atas segala apa yang sudah kita lakukan yang kada baik (supaya) diampuni oleh Allah Subhanahu wa ta’ala”.
“Kita kada boleh menyangka (terhadap perbuatan seseorang, pen) : “Bah ! kada pacaangan diampuni jua taubatnya walau kaya apa”. Tapi kalau Allah ingin mengampuni, kaya apapun gawiannya (perbuatannya), (maka) orang itu akan baik”.
“Kalau seseorang punya keinginan, ber azzam ingin bertaubat, maka orang itu diampuni oleh Allah Subhanahu wa ta’ala”.