Jumat, 19 April 2024

Ustadz AHMAD FAHMI


Ustadz Ahmad Fahmi lahir di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Berlatar belakang pendidikan Pondok Pesantren “Ar Raudhah” dan Pondok Pesantren Datu Kalampayan. Bangil (Jawa Timur). Beliau merupakan pendiri dari Majelis Taklim “Sirru Salikin” Samarinda. Aktif memberikan pengajian dibeberapa tempat, seperti di majelis jalan Rapak ndah, di Sempaja, di Lok Bahu, di jalan kahoi, jalan Gunung Tunggal Loa Bakung, dan sebagainya.

Diantara kalam beliau:

“Dzat Allah Subhanahu wa ta’ala itu bukan jisim (batang tubuh), amunnya (seandainya) ada orang menyatakan bahwa Allah itu mempunyai jisim, maka “Mujassimah” ngarannya.  (Allah itu) bukan pula Jauhar. Jauhar itu ada bentuknya, seperti ganal, halus, tinggi rendah, bulat dan sebagainya. Semuanya harus ditepis dengan “ Laisa kamislihi syai’un “. (Allah itu) bukan pula Aradh, seperti memiliki rupa. Bukan pula ittihad dan hulul, artinya bersatu kada Allah ta’ala itu, masuk kada jua. Menyatu dan bamasuk ke manusia (makhluk) itu kada.”

‘Allah ta’ala kada ba isi (tidak mempunyai) arah, baik atas, bawah, samping, dan sebagainya. Pasti yakin Allah di atas, lain. Jadi arah muka, belakang, atas, bawah, jauh, dekat kadada bagi Allah ta’ala. Jaka pang handak mendatangi Allah ta’ala ke Mekkah dahulu kita, itu arti ba arah, ba jarak, lain kada kaya (seperti) itu. “Laisa lahu makan wa la zaman”. Bagi Allah ta’ala itu tidak ada waktu dan tempat.”

“Dan bagi Allah ta’ala tidak ada had atau batasan”.

“Wa tilkal amsalu natribuha linnaasi la’allakum ya tafakkaruun. Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan “amsal’ contoh perumpamaan di muka bumi ini bukan untuk perpegangan i’tikad, tidak, tetapi tujuannya adalah “la’allakum ya tafakkaruun”, yaitu supaya kita kawa berfikir, bukan berpegang teguh kepada misal. Bila berpegang teguh kepada misal, ya tertipu. Contoh : kapas jadi benang lalu jadi kain. Kapas tidak mungkin jadi benang, dan benang tiba tiba jadi kain, kalau tidak ada fa’il atau sang pelaku, yakni haliq, sang pencipta. Siapakah dia, (yaitu) sang penenum. Tanpa ada taangan penenun mana mungkin kapas tersebut berubah wujud menjadi benang dan kain, pasti ada fa’ilnya, sedang kapas adalah maf’ul nya atau makhluk”

“Yang namanya tuhan ya tetap Tuhan, dan hamba tetap hamba. Tidak bisa Tuhan menjadi hamba, dan tidak bisa pula hamba menjadi Tuhan. Muhammad ya Muhammad, Allah ya Allah. Kada mau Muhammad menjadi Allah, dan Allah jadi Muhammad. Sesat”.

“Yang mau (dapat) berubah itu Muhaddas, adapun zat wajibul wujud adalah mahasuci dari berubah ubah”.

“Alam semesta ini adalah sebagai mazhar wujud Allah, bukti adanya wujud Allah di balik wujud alam semesta ini. Lalu pandangannya itu  : kemanapun ia menghadap, maka disana ada mazhar wujud Allah, bukan di situ bersemayam wujud Allah”.

“Jadi ketika kita memandang alam semesta ini, yang banyak ini, yang kasrah ini, baik yang di langit ataupun di bumi, baik yang nyata maupun yang ghaib seperti alam jin, alam malaikat semua berasal dan bersumber dari yang namanya “awalal makhluq”. Siapa awalal makhluq itu yaitu Nur Muhammad. Arena Allah Ta’ala memerintahkan kita dalam alQur’an : wabtaghu ilaihil washilah, “carilah jalan menuju Allah Ta’ala”. itu dimapa caranya?  (maka) perantara atau washilah yang paling akrab dengan Dzatul Ahadiyah adalah Haqiqatu Muhammadiyah, yaitu Nur Muhammad”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar