Rabu, 28 Juni 2017

KH.JAILANI ABIN DULLAH, Lc



KH. Jailani Abin Dulah, Lc lahir di Amuntai, Jum’at, 8 Agustus 1947 M (bertepatan dengan 21 Ramadhan 1366 H). Pendidikan Formal diantaranya : SRN tahun 1960, Normal Islam Rasyidiyah Khalidiyah 1970, Sarjana Muda Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari tahun 1974, S1 Fak. Ushuluddin Univ. Al Azhar, Cairo, Mesir tahun 1980.
Riwayat Pekerjaan : Guru Normal Islam Rakha Amuntai 1970 sd 1978, Tata Usaha Pengurus Yayasan Pesantren Rakha Amuntai tahun 1974 – 1977, Local Staff Kedutaan Besar RI di Arab Saudi 1980  sd 1985, Local Staff Konsulat Jenderal RI di Jeddah 1985 sd 2003, Guru MA Normal Islam Putera Rakha Amuntai 2003 sd 2012, Dosen (tt) pada Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran (STIQ) Amuntai tahun 2005 sd 2006, Koordinator Dewan Guru Rakha Amuntai 2010 sd Juni 2012, Guru M.Ts Normal Islam Putera Rakha 2010 sd 2011.
Organisasi : Ketua Nahdlatul Muta’allimin Normal Islam Rakha Amuntai 1970/1971. Ketua Senat Mahasiswa Fak. Ushuluddin IAIN Antasari 1973/1974, Ketua Kerukunan Mahasiswa Kalimantan Mesir 1979/1980, Wakil Sekretaris ICMI Orwil Timur Tengah 1990 – 1995.Ketua Majelis Ulama Indonesia Kab. Hulu Sungai Utara. Ketua Pokja Pondok Pesantren se Kalimantan Selatan. Ketua Umum BAZNAS Kabupaten Hulu Sungai Utara. Ketua I (Ketua Harian) Dewan Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai. Pembina Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai.
Beliau juga aktif menjadi penulis bidang religi di tabloid Bulanan Demokrasi Plus. Buku yang telah diterbitkan diantaranya “Kumpulan Fatwa Jilid I”, Kumpulan Khutbah “Keluarga Berkualitas” kerjasama MUI, BKKBN HSU dan Pemda HSU.
Beliau juga sering diundang ceramah keagamaan Peringatan Hari Besar Islam di negara-negara Eropa, terakhir di negara Vatikan, 1998.
Berpulang kerahmatullah pada  hari Sabtu, 1 Maret 2014 M (bertepatan dengan 29 Rabiul Akhir 1435 H) dan dimakamkan di Alkah Desa Paropokan kecamatan Babirik, kabupaten Hulu Sungai Utara.
Diantara kalam beliau:
 “Kalau ada terjadi perbedaan, pertama, kedepankan husnudzan. Kedua, coba mencari sisi persamaan”.
“Shalat adalah hadiah bagi seorang mukmin, maka beruntung orang mukmin (yang dapat mendirikan shalat, pen) shalat dalam keadaan khusyu’. Karena, dalam peristiwa isra mi’raj, nabi kita waktu itu diperlihatkan sorga, tempat kembali orang-orang yang melaksanakan shalat. Namun bagi mereka yang enggan shalat, tentu (akan mendapatkan) azab di neraka, suatu tempat yang sanagat mengerikan, yang juga diperlihatkan kepada Rasulullah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar