Jumat, 11 Januari 2019

Ustadz DIHYAH ABDI



Ustadz  Dihyah Abdi bin KH. Ahmad Tarmizi (kakak dari KH. Ahmad Bakri (Guru Bakri) bin H. Imanuddin. Lahir di Danau Panggang, Sabtu, 9 September 1978 M (bertepatan dengan 9 Syawal 1398 H).
Berpendidikan pondok pesantren yaitu Pondok Pesantren “Darussalam” Martapura, kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren “Darullughah wad Da’wah” Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Sekarang menjadi pendidik di Pondok Pesantren “Al-Mursyidul Amin” Gambut, Kabupaten Banjar.

Di antara kalam beliau:

“Do’a itu satu-satunya senjata muslimin disegala zaman dalam menghadapi segala persoalan hidup, bukan hanya ketika kita menghadapi permasalahan hidup, tetapi juga ketika berada dalam limpahan nikmat Allah Subhanahu wa ta’ala”

“Do’a, zikir dan wirid adalah untuk menguatkan agar kita mampu mempertahankan dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai muslimin yang ta’at”.

“Anggaplah shalat itu pertemuan yang kamu nanti dengan Tuhanmu. Anggaplah shalat itu cara terbaik kamu bercerita dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Anggaplah shalat itu sebagai kondisi terbaik kamu berkeluh kesah dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Anggaplah shalat itu sebagai seriusnya kamu dalam bermimpi”

“Bayangkanlah ketika takbir Allah melihatmu, Allah tersenyum kepadamu dan Allah bangga terhadapmu. Bayangkanlah ketika ruku’, Allah menopang badanmu hingga kau tidak terjatuh, hingga kau merasakan damai dalam sentuhan-Nya. Bayangkanlah ketika sujud, Allah mengelus kepalamu, lalu Dia berbisik lembut di kedua telingamu. Lalu, bayangkan ketika duduk di antara dua sujud, Allah berdiri gagah di depanmu, lalu mengatakan: “Aku tidak akan diam apabila ada yang mengusikmu”. Bayangkan ketika kamu memberi salam, Allah menjawabnya, lalu kamu seperti manusia berhati bersih setelah itu”.

“Hindarilah membuat konten-konten bermuatan lucu yng mengandung penghinaan terhadap syari’at agama dan jika kita menerima konten seperti itu janganlah kita sebarkan walaupun hanya sekedar lucu-lucuan, padahal itu sebenarnya dapat dikategorikan mengolok-olok agama. Banyak pengguna smartphone (telepon pintar) tapi orangnya tidak pintar sehingga membuat mudharat bagi dirinya. Hendaknya dipikir terlebih dahulu manfaat dan mudharatnya, jangan hanya asal share biar dikatakan selalu update, padahal dia belum tahu kebenaran dan kemanfaatannya”.

“Sasadangnya malihat TV, film dan sinetron dan lain-lain sebagainya. Tontonan nangkaya itu adalah tontonan kebohongan, banyak bohongnya, banyak dustanya. Tatawanya dusta, sariknya dusta, perannya dusta. Dusta sabarataan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar