Ustadz Dihyah Abdi bin KH. Ahmad
Tarmizi (kakak dari KH. Ahmad Bakri (Guru Bakri) bin H. Imanuddin. Lahir di
Danau Panggang, Sabtu, 9 September 1978 M (bertepatan dengan 9 Syawal 1398 H).
Berpendidikan pondok pesantren yaitu Pondok Pesantren “Darussalam”
Martapura, kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren “Darullughah wad Da’wah”
Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Sekarang menjadi pendidik di Pondok Pesantren “Al-Mursyidul Amin”
Gambut, Kabupaten Banjar.
Di antara kalam beliau:
“Do’a itu satu-satunya senjata muslimin disegala zaman dalam
menghadapi segala persoalan hidup, bukan hanya ketika kita menghadapi
permasalahan hidup, tetapi juga ketika berada dalam limpahan nikmat Allah
Subhanahu wa ta’ala”
“Do’a, zikir dan wirid adalah untuk menguatkan agar kita
mampu mempertahankan dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa
ta’ala sebagai muslimin yang ta’at”.
“Anggaplah shalat itu pertemuan yang kamu nanti dengan
Tuhanmu. Anggaplah shalat itu cara terbaik kamu bercerita dengan Allah
Subhanahu wa ta’ala. Anggaplah shalat itu sebagai kondisi terbaik kamu berkeluh
kesah dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Anggaplah shalat itu sebagai seriusnya
kamu dalam bermimpi”
“Bayangkanlah ketika takbir Allah melihatmu, Allah tersenyum
kepadamu dan Allah bangga terhadapmu. Bayangkanlah ketika ruku’, Allah menopang
badanmu hingga kau tidak terjatuh, hingga kau merasakan damai dalam
sentuhan-Nya. Bayangkanlah ketika sujud, Allah mengelus kepalamu, lalu Dia
berbisik lembut di kedua telingamu. Lalu, bayangkan ketika duduk di antara dua
sujud, Allah berdiri gagah di depanmu, lalu mengatakan: “Aku tidak akan diam
apabila ada yang mengusikmu”. Bayangkan ketika kamu memberi salam, Allah
menjawabnya, lalu kamu seperti manusia berhati bersih setelah itu”.
“Hindarilah membuat konten-konten bermuatan lucu yng
mengandung penghinaan terhadap syari’at agama dan jika kita menerima konten
seperti itu janganlah kita sebarkan walaupun hanya sekedar lucu-lucuan, padahal
itu sebenarnya dapat dikategorikan mengolok-olok agama. Banyak pengguna
smartphone (telepon pintar) tapi orangnya tidak pintar sehingga membuat
mudharat bagi dirinya. Hendaknya dipikir terlebih dahulu manfaat dan
mudharatnya, jangan hanya asal share biar dikatakan selalu update, padahal dia
belum tahu kebenaran dan kemanfaatannya”.
“Sasadangnya malihat TV, film dan sinetron dan lain-lain
sebagainya. Tontonan nangkaya itu adalah tontonan kebohongan, banyak bohongnya,
banyak dustanya. Tatawanya dusta, sariknya dusta, perannya dusta. Dusta sabarataan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar