Drs. H.M. Hasbi
Salim adalah putra dari Maslan Yazidi. Lahir di Desa Rumpiang, Kecamatan
Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada hari Jum’at, 26 Juli 1963
M (bertepatan dengan 4 Rabiul Awwal 1383 H).
Berlatar
belakang pendidikan Pondok Pesantren. Tingkatan dasar dan menengah di tempuh di
Pondok Pesantren “Abnaul Amin” Rumpiang, sedangkan jenjang Aliyah
diselesaikannya di Madrasah Aliyah Swasta “Al-Irsyad” Jambu Burung.
Kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) “Antasari” Banjarmasin, mengambil jurusan Tadris Bahasa Inggris
(1988), dan S-2 Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Lambung Mangkurat
(Unlam) Banjarmasin (2011).
Guru bahasa
Inggris di SMAN 1 Amuntai ini mempunyai banyak aktivitas diantaranya menjadi
dosen diberbagai perguruan tinggi diantaranya Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an
(STIQ) Amuntai, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STAI) Rasyidiyah Khalidiyah
Amuntai, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Amuntai, dan dosen pada
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Amuntai.
Dalam
keorganisasian aktif sebagai Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Cabang
Amuntai, anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Kalimantan Selatan, juga dipercaya
sebagai Ketua DPD BKPRMI Kabupaten Hulu Sungai Utara, Amuntai. Beliau juga menjadi Pimpinan Pondok "At-Taubah" pada Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Amuntai.
Sangat aktif
dalam kegiatan jurnalistik atau tulis menulis di media local maupun nasional.
Diantaranya menulis untuk terbitan “Banjarmasin Post”, “Serambi Ummah”,
“Radar Banjarmasin”, “ Kompas”, “Sahabat Pena”, “Kiblat”, “Al-Ikhlas”, dan
lain-lain.
Dari talenta
yang dimiliki tersebut, beliau berhasil memenangkan berbagai sayembara,
diantaranya : pada tahun 1999 sebagai juara 2 “Sayembara Kreativitas Guru”
yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 2004
menjadi juara harapan 4 tingkat nasional “Penulisan Fiksi” berupa
antologi cerpen anak, tahun 2005 berhasil sebagai juara 2 tingkat nasional penulisan
cerita rakyat oleh Pusat Bahasa, dan pada tahun 2007 meraih juara 2 tingkat
propinsi pada “Penulisan Cerita Rakyat” oleh Dinas Pariwisata dan Tata
Kota Kalimantan Selatan, dan lain-lain.
Karya tulis
berupa buku yang telah diterbitkan, diantaranya : “Bunga Rampai Haji dan
Umrah (menggelitik dan penuh hikmah), Lepas, Jakarta, 2008. “Magnet
Baitullah”, Tahura Media, Banjarmasin, 2010. “Masih ada Cahaya (antologi
Kultum)”, Tahura Media, Banjarmasin, 2010, dan “Orang Banjar naik haji”
Tahura Media, Banjarmasin, dan lain-lain.
Diantara kalam
beliau:
“Hadi melihat
remang-remang seseorang lelaki tua sedang melaksanakan shalat sendirian lalu
mengambil sandal untuk pulang. Rupanya ia adalah seorang kaum, perawat surau
itu.
Assalamu’alaikum!
Ucap Hadi memberanikan diri.
Alaikum salam!
Sahut lelaki tua itu dengan gagap karena kaget. “Siapa, kau ?” tanyanya dengan
perasaan yang berbaur takut dan heran sambil menggosok-gosok matanya. “Apakah
kau seorang malaikat?”
Tidak. Aku
adalah manusia biasa. Malah aku adalah manusia yang malang, yang sangat
memerlukan pertolongan, jika kakek tidak keberatan,” ucap Hadi dengan suara
memelas.
“Baiklah” ucap
kakek Kurdi.
Hadi diajak
kakek Kurdi masuk ke rumahnya yang lebih tepat disebut gubuk yang tidak jauh
dari surau itu. Sang kakek yang baik hati itu membolehkannya untuk tinggal
bersamanya tanpa batas waktu. Tentu saja Hadi merasa senang luar biasa dan
mengucapkan terima kasih berkali-kali.
Di ! Kau masih
perlu banyak belajar tentang hidup ini.” Ucap Kakek Kurdi dengan suara yang
penuh wibawa. “Untuk merubah perilaku masyarakat tidak semudah membalikkan
telapak tangan,” ucap kakek Kurdi. “Seperti di surau sini, aku hanya bertugas
merawat dengan sebaik-baiknya dan azan melalui pengeras suara jika jam-jam
shalat tiba. Masalah ada tidaknya orang yang ikut shalat berjama’ah, itu bukan
urusanku,” lanjutnya dengan senyum yang getir”. (Cerpen “Ketika Api Bicara” karya M. Hasbi Salim, di dalam Kumpulan Cerpen Pendidikan Berkarakter “Ketika Api
Bicara”)
“Suibhanallah !
Kalau dipikirkan menurut rumus matematika bagaimana caranya mengumpulkan uang
sebanyak itu bisa-bisa pecah berantakan kepala ini jadinya, sebab banyak hal
yang diluar dugaan manusiawi. Namun, karena Allah punya kuasa. Kun ! Fayakun.
Jadi ! Maka jadilah. Seakan-akan ‘meminta satu, diberi sepuluh’. Mungkin ini
yang disebutkan dalam al-Qur’an rejeki yang tidak disangka-sangka (min
haitsu la yahtasib).
Sungguh
kurasakan begitu deras kran rejeki dari Allah. Ia mengalir melebihi derasnya
air ledeng yang keluar dari krannya. Di sini saya teringat pesan guru,
“Dekatilah Pemilik ‘kran rejeki’ tersebut (Allah). Bukankah apabila kita
mendekati-Nya sejengkal ia mendekati kita sehasta. Dan jika kita mendekati-Nya
sehasta Ia akan mendekati kita sedepa. Jika kita mendekati dengan merayap, ia
akan mendekati dengan berjalan kaki. Jika kita mendekatinya dengan berjalan
kaki, maka ia akan mendatangi kita dengan berlari.
Sungguh ! ini
perumpamaan saja. Tapi aku merasakan kebenarannya. Bukankah Allah paling kaya
(Maha Kaya), Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Ia pernah berfirman : “… mintalah
kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan.” (Petikan
cerpen “Minta 1 diberi 10” di
dalam “Orang Banjar Naik Haji” karya M. Hasbi Salim)
“Muhdar
termenung sendiri. Diam-diam ia ingin menjabat tangan Abi, teman sebangkunya
saat sekolah dulu, sebelum berangkat haji. Ia teringat kata-kata seorang ustadz
pada saat halal bihalal, bahwa dosa dengan Tuhan bisa saja diampuni dengan cara
bertaubat secara sungguh-sungguh. Tetapi, dosa dengan sesame harus diselesaikan
dengan sesame pula. Lama-lama air disudut matanya menetes kian deras, hingga
tak terbendung lagi.
Tuhan !
Pertemukan hamba dengan sahabatku itu di Jabal Rahmah nanti! Pinta Muhdar dalam
do’a” (Cerpen “Halal Bihalal” di dalam “Magnet Baitullah, antologi cerpen dari Tanah Suci”
karya M. Hasbi Salim)