Ustadz H.
Raihan Fikri, Lc bin KH. Muhammad Daud, lahir di Amuntai, Selasa, 27 Juli 1982 M (bertepatan dengan 5
Syawal 1402 H) adalah lulusan Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir mengambil
jurusan Syari’ah.
Sebagai seorang
pegawai negeri sipil dengan jabatan sebagai penghulu fungsional pada Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Amuntai Tengah. Aktivitas dalam da’wah adalah
dengan mengelola dan mengisi berbagai majelis ta’lim, diantaranya Majelis
Ta’lim “Sabilal Ihsan” Kelurahan Sungai Malang, Majelis Ta’lim “Sabilal
Hasanah”, Majelis Ta’lim “Da’watul Hasanah” Desa Hulu Pasar dan
lain-lain.
Diantara kalam beliau:
“Mengapa ketika seseorang beruban sedikit
tang handak mancabut ha ? Napa jar gatal. Tetapi napa? Tetapi
didalam gatal itu ada nikmat. Nikmatnya apa? Nyaman ketika digaruk. (padahal)
gatal itu penyakit, namun ketika digaru ada nikmat. Jadi di dalam pemnyakit itu
pasti ada nikmatnya, walaupun pada zahirnya itu penyakit, tetapi secara
hakikatnya segala penyakit itu ada hikmah, ada nikmatnya didalam penyakit”
“Kenapa ummat yang terakhir ini banyak
bapanyakitan? Maka penyakitnya ganas-ganas, apa ngarannya kolesterol, asam
urat, kemudian stroke. Kenapa jadi begitu? Nah disitu rupanya ada hikmah,
bahwasanya penyakit ummat yang terakhir ini diberi beban dengan banyak penyakit,
umurnya handap-handap tapi malah dibanyaki oleh Allah penyakitnya, (padahal)
umat dahulu panjang-panjang umurnya tetapi penyakitnya kada banyak. Kenapa ?
Karena nikmatnya ketika sakaratul maut, maka sakitnya sakaratul maut akan
dirasa kurang sakit atau akan hilang sedikit kada banyak sakitnya, karena sudah
diberikan kredit, sehingga ketika kita sakit (seharusnya) disyukuri, jangan
gagarunum. Karena sakitnya kita ketika masih hidup dapat meringankan rasa sakit
disaat sakaratul maut.”
“Ketika seseorang sabar dalam menghadapi
penyakit, maka penyakit itu akan menjadi “maghfiratun lil dzunubi” menjadi
pembebas daripada dosa, habis dosa kita”
“Hikmah dari penyakit itu adalah ketika
sakaratul maut kita akan mendapatkan sakaratul maut yang ringan, kada terlalu
sakit, kemudian dosa-dosa kita akan diampuni, akan dihapus oleh Allah Subhanahu
wa ta’ala”.
“Dibandingkan dengan umat terdahulu dari
segi umur, ketika hitungan umur kita handap, berarti kalah dengan umat
terdahulu dari segi hitungannya. Tetapi apa? Tetapi kita menang dari segi apa?
Kita menang dari segi nilainya. Kuantitasnya sedikit tetapi kualitasnya lebih
baik. Nah kualitas ini nang penting. Kenapa kualitasnya tabanyak dari umat-umat
terdahulu, karena kita ini diberi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala khusus bagi
ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam dengan satu bulan yaitu bulan
ramadhan. (Jadi kemurahan Allah memberikan kita bulan Ramadhan, pen) adalah untuk menambah kekurangan kita
akibat kekurangan umur kita dengan umat terdahulu. Coba hitung-hitung untuk
kualitas kuantitas ibadah kita, missal, 1 kali ibadah fardlu sama dengan 70
kali, 1 kali ibadat sunnat sama dengan ibadah fartdlu, kemudian menghadiri
majelis ilmu setiap 1 langkah kaki sama dengan 1 tahun beribadah, dihapus, diampuni
dosanya yang terdahulu, belum lagi ketika kita mendapatkan satu malam yang
lebih baik daripada 1000 bulan atau 83 tahun, dan apalagi kita beribadah di
malam itu, maka akan berlipat-lipat pahalanya”.
“Jangan kada ingat pada malam hari raya
itu untuk berdo’a agar segala amal ibadah kita diterima oleh Allah Subhanahu wa
ta’ala dan juga memohon agar digabungkan dengan orang-orang yang dapat memasuki
sorganya Allah Subhanahu wa ta’ala”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar