Selasa, 04 Juni 2019

Ustadz H. RAIHAN FIKRI, Lc




Ustadz H. Raihan Fikri, Lc bin KH. Muhammad Daud, lahir di Amuntai, Selasa, 27 Juli 1982 M (bertepatan dengan 5 Syawal 1402 H) adalah lulusan Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir mengambil jurusan Syari’ah.
Sebagai seorang pegawai negeri sipil dengan jabatan sebagai penghulu fungsional pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Amuntai Tengah. Aktivitas dalam da’wah adalah dengan mengelola dan mengisi berbagai majelis ta’lim, diantaranya Majelis Ta’lim “Sabilal Ihsan” Kelurahan Sungai Malang, Majelis Ta’lim “Sabilal Hasanah”, Majelis Ta’lim “Da’watul Hasanah” Desa Hulu Pasar dan lain-lain.

Diantara kalam beliau:

“Mengapa ketika seseorang beruban sedikit tang handak mancabut ha ? Napa jar gatal. Tetapi napa? Tetapi didalam gatal itu ada nikmat. Nikmatnya apa? Nyaman ketika digaruk. (padahal) gatal itu penyakit, namun ketika digaru ada nikmat. Jadi di dalam pemnyakit itu pasti ada nikmatnya, walaupun pada zahirnya itu penyakit, tetapi secara hakikatnya segala penyakit itu ada hikmah, ada nikmatnya didalam penyakit”

“Kenapa ummat yang terakhir ini banyak bapanyakitan? Maka penyakitnya ganas-ganas, apa ngarannya kolesterol, asam urat, kemudian stroke. Kenapa jadi begitu? Nah disitu rupanya ada hikmah, bahwasanya penyakit ummat yang terakhir ini diberi beban dengan banyak penyakit, umurnya handap-handap tapi malah dibanyaki oleh Allah penyakitnya, (padahal) umat dahulu panjang-panjang umurnya tetapi penyakitnya kada banyak. Kenapa ? Karena nikmatnya ketika sakaratul maut, maka sakitnya sakaratul maut akan dirasa kurang sakit atau akan hilang sedikit kada banyak sakitnya, karena sudah diberikan kredit, sehingga ketika kita sakit (seharusnya) disyukuri, jangan gagarunum. Karena sakitnya kita ketika masih hidup dapat meringankan rasa sakit disaat sakaratul maut.”

“Ketika seseorang sabar dalam menghadapi penyakit, maka penyakit itu akan menjadi “maghfiratun lil dzunubi” menjadi pembebas daripada dosa, habis dosa kita”

“Hikmah dari penyakit itu adalah ketika sakaratul maut kita akan mendapatkan sakaratul maut yang ringan, kada terlalu sakit, kemudian dosa-dosa kita akan diampuni, akan dihapus oleh Allah Subhanahu wa ta’ala”.

“Dibandingkan dengan umat terdahulu dari segi umur, ketika hitungan umur kita handap, berarti kalah dengan umat terdahulu dari segi hitungannya. Tetapi apa? Tetapi kita menang dari segi apa? Kita menang dari segi nilainya. Kuantitasnya sedikit tetapi kualitasnya lebih baik. Nah kualitas ini nang penting. Kenapa kualitasnya tabanyak dari umat-umat terdahulu, karena kita ini diberi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala khusus bagi ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam dengan satu bulan yaitu bulan ramadhan. (Jadi kemurahan Allah memberikan kita bulan Ramadhan, pen) adalah untuk menambah kekurangan kita akibat kekurangan umur kita dengan umat terdahulu. Coba hitung-hitung untuk kualitas kuantitas ibadah kita, missal, 1 kali ibadah fardlu sama dengan 70 kali, 1 kali ibadat sunnat sama dengan ibadah fartdlu, kemudian menghadiri majelis ilmu setiap 1 langkah kaki sama dengan 1 tahun beribadah, dihapus, diampuni dosanya yang terdahulu, belum lagi ketika kita mendapatkan satu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan atau 83 tahun, dan apalagi kita beribadah di malam itu, maka akan berlipat-lipat pahalanya”.

“Jangan kada ingat pada malam hari raya itu untuk berdo’a agar segala amal ibadah kita diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan juga memohon agar digabungkan dengan orang-orang yang dapat memasuki sorganya Allah Subhanahu wa ta’ala”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar