Ustadz Syajaruddin lahir di Telaga Silaba, Kecamatan Amuntai Selatan, Selasa, 1 Januari 1980 (bertepatan dengan 12 Shafar 1400 H) adalah seorang khadimul majelis “al-Furqan” Desa Telaga Silaba, Kecamatan Amuntai Selatan.
Diantara
kalam beliau:
“Diantara
tanda orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang apabila melakukan suatu
keburukan, suatu maksiat yang berhubungan dengan orang lain, (seperti)
mengghibah orang, menganiaya orang, mengakat tanah orang, menyakiti orang lain,
mengambil harta orang, atau menggawi dosa yang berhubungan dengan pribadinya
(seperti) minum khamar, kada sembahyang, (maka) dia segera dzakarallah,
ketika mengerjakan suatu dosa langsung ingat kepada Allah. Ingat bahwa Allah
Subhanahu wa ta’ala Maha Tahu, Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Agung, dan Allah
Subhanahu wa ta’ala mengamcam bila mengerjkan dosa ini maka diabalas dengan
ini, dibalas dengan neraka. Mereka langsung ingat ini, ini tanda orang beriman.
Cuma sekedar ingat hajakah? Kada! (tapi) setelah ingat dengan Allah Subhanahu
wa ta’ala, ingat akan ancaman Allah Subhanahu wa ta’ala (maka) dia langsung
minta ampun.”
“Rasulullah
bersabda, bahwa barangsiapa melazimkan istighfar, barangsiapa membanyakkan
membaca istighfar, (atau) banyak membacanya dan istiqamah mengamalkannya,
(maka) Allah jadikan jalan keluar dari segala kesempitan. Kita nih hidup pasti
punya masalah, kadada orang nang hidup kada bamasalah, pasti
bamasalah. Cuma yang penting, apapun masalahnya kita dapat maatasinya. Kalau
masalahnya kecil kada kawa maatasi, payah jua, apalagi masalahnya berat. Nang
penting, ketika masalah datang kita bisa mengatasinya. Diantaranya adalah
dengan banyak-banyak membaca istighfar”.
“Kalau
misalnya, didinding ini ada CCTV, berarti ada kamera yang mengawasi, kira-kira
maling tu wanikah masih mencuri. Ulun yakin kada wani lagi. Kalau ada
juga maling yang wani mencuri, mencuntan ketika ada kamera pengawas berupa CCTV, itu artinya
maling tu kada ba akal. Tahu diawasi orang masih jua manggawi. Dengan
demikian, ketika sifat muraqabah ada didalam hati kita (dimana) kita
merasa Allah selalu mengawasi daripada semua aktivitas perilaku kita, insya
Allah kada wani lagi kita mengerjakan maksiat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar