Senin, 13 April 2020

Ustadz SYAJARUDDIN


 

Ustadz Syajaruddin lahir di Telaga Silaba, Kecamatan Amuntai Selatan, Selasa, 1 Januari 1980 (bertepatan dengan  12 Shafar 1400 H) adalah seorang khadimul majelis “al-Furqan” Desa Telaga Silaba, Kecamatan Amuntai Selatan.


Diantara kalam beliau:

“Diantara tanda orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang apabila melakukan suatu keburukan, suatu maksiat yang berhubungan dengan orang lain, (seperti) mengghibah orang, menganiaya orang, mengakat tanah orang, menyakiti orang lain, mengambil harta orang, atau menggawi dosa yang berhubungan dengan pribadinya (seperti) minum khamar, kada sembahyang, (maka) dia segera dzakarallah, ketika mengerjakan suatu dosa langsung ingat kepada Allah. Ingat bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Tahu, Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Agung, dan Allah Subhanahu wa ta’ala mengamcam bila mengerjkan dosa ini maka diabalas dengan ini, dibalas dengan neraka. Mereka langsung ingat ini, ini tanda orang beriman. Cuma sekedar ingat hajakah? Kada! (tapi) setelah ingat dengan Allah Subhanahu wa ta’ala, ingat akan ancaman Allah Subhanahu wa ta’ala (maka) dia langsung minta ampun.”

“Rasulullah bersabda, bahwa barangsiapa melazimkan istighfar, barangsiapa membanyakkan membaca istighfar, (atau) banyak membacanya dan istiqamah mengamalkannya, (maka) Allah jadikan jalan keluar dari segala kesempitan. Kita nih hidup pasti punya masalah, kadada orang nang hidup kada bamasalah, pasti bamasalah. Cuma yang penting, apapun masalahnya kita dapat maatasinya. Kalau masalahnya kecil kada kawa maatasi, payah jua, apalagi masalahnya berat. Nang penting, ketika masalah datang kita bisa mengatasinya. Diantaranya adalah dengan banyak-banyak membaca istighfar”.

“Kalau misalnya, didinding ini ada CCTV, berarti ada kamera yang mengawasi, kira-kira maling tu wanikah masih mencuri. Ulun yakin kada wani lagi. Kalau ada juga maling yang wani mencuri, mencuntan ketika ada  kamera pengawas berupa CCTV, itu artinya maling tu kada ba akal. Tahu diawasi orang masih jua manggawi. Dengan demikian, ketika sifat muraqabah ada didalam hati kita (dimana) kita merasa Allah selalu mengawasi daripada semua aktivitas perilaku kita, insya Allah kada wani lagi kita mengerjakan maksiat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar