Ustadz Muhammad Amin adalah seorang da’i ilallah dari Desa Pararain, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Beliau juga pendidik pada Pondok Pesantren “Noorussalam” Danau Panggang.
Diantara kalam beliau:
“Jaga 3 waktu ini. Jangan guring (tidur), yaitu imbah (setelah) sembahyang subuh, imbah sembahyang ashar, kemudian imbah sembahyang maghrib. Kalau bisa jangan guring di 3 waktu ini. Imbah sembahyang subuh, akan mewarisi faqir; imbah sembahyang ashar, mewarisi gila; dan imbah sembahyang maghrib, karena itu adalah gawian daripada orang-orang Yahudi, mereka guring imbah sembahyang maghrib, sedangkan Nabi kita kada katuju lawan orang Yahudi. Jadi amun bisa di 3 waktu ini jangan guring”.
“Sesuatu yang haram atau sesuatu yang makruh kada (tidak) dianjurkan, kada disunnahkan untuk memulainya dengan “Bismillah”. Tetapi sesuatu yang baik, sesuatu perkara yang penting yang dianggap oleh syariat itu dianjurkan, disunnahkan dimulai dengan “Bismillah”. Jadi perkara yang dimulai dengan “Bismillah” itu akan mendapat keberkahan yang jauh lebih banyak di sisi Allah karena ada menyebut nama Allah Subhanahu wa ta’ala, mengagungkan nama Allah, membesarkan nama Allah, meskipun kayanya (sepertinya) remeh, cuman nilainya ganal (besar) disisi Allah Subhanahu wata’ala. Jadi perlu setiap pekerjaan kita itu dimulai dengan “Bismillahirrahmaanirrahiim” supaya nang kita gawi itu benar-benar diberi keberkahan oleh Allah”.
“Apa itu sunnah? Sunnah yaitu apabila kita kerjakan dapat pahala, dan bila ditinggalkan tidak berdosa. Jadi sunnah itu bila digawi dapat pahala, ditinggalakan kada badosa. Contoh mandaras (tadarrus) al-Qur’an, sembahyang tarawih, sembahyang dluha, sembahyang isyra’, sembahyang rawatib qabliyah ba’diyah itu semuanya sunnah. Artinya bila kita gawi kita dapat pahala, bila kita tinggalkan kada badosa. Cuma jangan dilihat itunya. Yang bahaya itu kalau kita meremehkan yang sunnah. Kita kada melihat kalau itu adalah pekerjaan yang pernah di gawi (dikerjakan) oleh Rasulullah. Jadi kalau kita hendak melihat diri kita tambah rajin mengerjakan sunnah, maka kita lihat gawian Rasulullah. Ketika aku (kita) menggawi ini berarti aku mengikuti apa yang digawi Rasulullah, maka mudah-mudahan dengan berkat mengikuti apa nang digawi Rasulullah, maka aku dianggap ummat oleh Rasulullah, aku dicintai oleh Rasulullah, di beri syafaat oleh Rasulullah. Jadi jangan karena sunnah lalu kita remehkan. Sikap yang meremehkan itulah sebuah kesalahan”.
“Ulama kita terdahulu, salaf kita terdahulu mengerjakan perkara sunnah karena menganggap bahwa itu “sunnah”, sedangkan orang wayahini (sekarang) meninggalkan sunnah alasannya karena hal itu “hanya sunnah”. Bedanya, yang satu menganggap karena itu sunnah, kalau orang wayahini meninggalkan sunnah dengan bahasanya : itu kan hanya sunnah. Sama-sama alasannya karena sunnah. Orang dahulu karena itu sunnah,digawi. Orang wayahini, karena itu sunnah, lalu ditinggalkan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar