Minggu, 01 April 2018

KH. ABUL HASAN

KH. Abul Hasan, lahir di Amuntai, Selasa, 23 Maret 1954 M (bertepatan dengan 8 Rajab 1373 H). Berlatar belakang pendidikan Pondok Pesantren, terutama Ponpes “Darussalam” martapura (1980). Setelah itu, beliau mukim di Mekkah al-Mukarramah untuk menimba ilmu agama dengan beberapa ulama disana selama kurang lebih 4 tahun.

Dalam keorganisasian beliau duduk sebagai anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Banjarbaru masa khidmad 2015 – 2020. Disamping keseharian sebagai pendidik pada Pondok Pesantren “Darul Ilmi” Landasan Ulin Banjarbaru, Kalimantan Selatan, beliau juga mengasuh Majelis Taklim “Darul Ihsan” di Kemuning, Banjarbaru.

Telah berpulang ke rahmatullah pada hari Minggu, 12 Juli 2020 M (bertepatan dengan 21 Zulkaidah 1441 H).

Diantara kalam beliau:

“Kenapa bahasa arab itu mulia? Karena al-qur’an dalam bahasa arab. Alqur’an adalah kitab yang besar, kitab yang mulia, namanya banyak banar. Ujar Nabi : Cintailah aku karena dia. Apanya yang “dia” ? Karena saya adalah orang arab, bahasa arab adalah bahasa al-Qur’an, dan bahasa orang sorga didalam sorga adalah bahasa arab. Amunnya kada bisa bahasa arab kada kawa basuk sorga. Kayapa (bagaimana)? Inya bahasa itu ciptaan Tuhan, jadi mudah, nyaman haja. Lamun kita ditakdirkan menjadi penghuni sorga, Insya Allah bisa haja bahasa (berbahasa arab nantinya disorga, pen)

“Nang penting kita tu bagaimana menjadi orang yang muttaqin, menjadi orang yang taqwa. Karena orang taqwa itu nantinya menjadi orang yang menghuni sorga-Nya Allah. Orang taqwa itu ya baibadat lawan Tuhan. Ibadat itu ada dua sisi, ada sisi perintah, suruhan, ini dilaksanakan. Ada pula sisi larangan. Larangan ini sekedar menjauhi saja, itu ibadat pahala dapat dosa diampuni. Apabila banyak maksiat, banyak yang harus dijauhi, artinya baanyaki kita baibadah. Jadi, bagi kita orang awwam, tanyaman (lebih mudah) mengerjakan ibadah ketimbang menjauhi maksiat. Karena maksiat itu mengikuti selera nafsu”

“Ujar Nabi : saya tidak takut ummatku itu menjadi kafir, tetapi yang aku takutkan adalah  mereka hubbud dunya. Karena apabila dia (seseorang dari ummatku, pen) keluar dari Islam, pribadinya saja yang rugi. Tetapi, hubbuddunya itu merugikan orang banyak, membahayakan orang banyak. Apalagi hubbuddunya itu para ulama. Contohnya : nang kada bujur dibujur-bujurkan, nang salah dibujur-bujurkan, ini fitnah ngarannya. Nang nyata-nyata salah bermacam-macam cara (alasan) dibujur-bujurkan, nang sangat buju disalah-salahkan. Kada heran lagi kita sekarang, karena sekarang sudah masuk jaman fitnah kita ini”.

“Berdo’alah setelah shalat. Karena shalat itu mengerjakan perintah Allah. Khan Tuhan yang mewajibkan sembahyang. Kita kabulkan kita laksanakan dengan penuh ketundukan dan patuh, setelah itu kita berdo’a, mudah-mudahan kehendak kita yang kada membari bakas ini sesuai dengan kehendak Allah, dikabulakan-Nya. Ini saangat diharapkan kabulnya setelah kita melaksanakan setiap perintah Allah”.

“Kita tidak tahu atas lidah (do’a, pen) siapa hajat kita dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Bisa saja hajat kita karena ucapan tukang sayur. Oleh karena itu, kita jangan segan-segan minta do’akan dari orang lain, karena kita tidak tahu atas lidah siapa hajat kita dikabulkan”.

“Jangan pernah menyerah dalam menuntut ilmu dan berdakwah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar