H. Sulikan Sariyun, Lc lahir di Jember, Jawa Timur pada Selasa, 7 April 1959 M (bertepatan dengan 28 Ramadhan 1378 H). Setelah menamatkan pendidikan di PGA Muhammadiyah, kemudian melanjutkan studi ke Jami’ah Malik Saud (King Saud University) Riyadh, Saudi Arabia.
Di samping aktif berdakwah beliau juga menjabat
sebagai Ketua Panti Asuhan Muhammadiyah “al-Muslimun” Desa Tigarun,
Amuntai. Ketua Majelis Penasehat Partai Daerah (MPPD) PAN Kabupaten Hulu Sungai
Utara Periode 2015 – 2020, serta Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA)
Amuntai mengajar mata kuliah Hukum Islam. Sekarang menetap di Kelurahan Sungai
Malang, Amuntai.
Diantara kalam beliau:
“ (kalau kita renungi) makna lafaz adzan yang
agung akan menyadarkan bahwa kita ini sebenarnya sangat sangat kecil, tidak
mampu apa-apa dihadapan kuasa Allah”
“Kaya apa shalat itu supaya di awal waktu, kaya apa supaya shalat itu khusyu’
dan tuma’ninah. Pusat perhatian kita tu kepada Allah. Kita ini sebelum
shalat dunia, ketika shalat dunia, selesai sembahyang dunia terus (yang dipikirkan, pen). Kehendak kita tu, sebelum shalat sudah
kita kerjakan semua urusan dunia, (sehingga) sewaktu shalat focus kita kepada Allah”.
“Kita jangan menganggap manusia yang terkena
musibah sebagai azab dari Allah, seharusnya justru kita menjadi empati,
mendo’akan dan menolong mereka. Jika kita menganggap mereka yang mengalami
musibah sebagai kena azab berarti kita sombong, karena menganggap diri kita
lebih baik sehingga tidak tertimpa bencana”
“Kenikmatan dan kekayaan bisa merupakan azab yang
bersifat “perangkap” dari Allah, karena sering tidak disadari manusia dan
membuat mereka terlena dan sombong. (karena) dalam Islam, cobaan kenikmatan ini
disebut istidraj, yakni kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada
orang yang jauh dari-Nya yang sebenarnya itu menjadi azab baginya jika dia
tidak bertobat atau semakin jauh”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar