Ustadz Drs. H. Alwi Sahlan, Msi, lahir di Alabio, Minggu, 8 September 1963 M (bertepatan dengan 18 Rabiul Awal 1383 H). Pendidikan dasar ditempuh di SDN Banua Hanyar (1955), SMPN Alabio (1979) kemudian melanjutkan ke SMA Negeri Amuntai (1982). Tamat SMA melanjutkan kuliah ke FKIP Unlam Banjarmasin (1988), sedangkan S-2 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1996).
Dalam bidang politik, beliau
adalah Ketua Umum PKS (1998 - 2008),hal tersebut kemudian menghantarkannya
menjadi anggota DPRD Propinsi Kalsel dan sempat menjadi Wakil Ketua DPRD Propinsi
Kalsel (1999 – 2004). Dan pada pilkada 2005 terpilih menjadi Wakil Wali Kota
Banjarmasin (2005 – 2010) mendampingi Drs. H. Yudhi Wahyuni.
Beliau juga aktif dalam organisasi
keagamaan, diantaranya aktif di Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Mesjid (BKPRMI)
Kalsel (1998) dan Penasehat Jam’iyyah Ahlith Thariqah al Mu’tabarrah
an-Nahdliyyah (2006), juga menjadi khatib dan penceramah pada beberapa majelis
taklim.
Diantara
kalam beliau:
“Perbedaan pendapat itu
adalah sebuah keniscayaan. Lalu kita berfikir kalau ummat Islam ini kembali
kepada satu pendapat, seragam dalam beramal, (maka) itu adalah (suatu)
kemustahilan sampai hari kiamat. Kembali kepada al-Qur’an dan hadits itu tidak
mengharuskan seragam dalam amal. Jadi ahlussunnah wal jama’ah tidak mesti
seragam dalam amal”.
“Akhlaq ahlussunnah wal
jama’ah adalah menghormati perbedaan pendapat para imam. Kita yang hidup
sekarang ini, hanya meneruskan kajian-kajian para imam (terdahulu) saja. Jadi jangan
berfikir kembali ke al-Qur’an hadits itu bahwa kita langsung mengambil ilmu
langsung dari al-Qur’an dan Hadits. Tidak bisa begitu. Tetapi melalui para imam
itu lalu sampai pada kita. Ilmu kita ini datangnya dari pada sahabat,
sahabatpun berbeda pendapat, kemudian sahabat mengajarkan kepada tabi’in,
tabi’in mengajarkan kepada tabi’ tabi’in kemudian lanjut kepada para imam, lalu
muncullah kerendahan hati. Kalau kita berfikir seperti itu, akan muncul rasa
rendah hati, rasa tawadhu’ dari kita. Jadi ada urut-urutannya, tidak bisa kita
langsung mengambil dari al-Qur’an dan Hadits.”
“Perbedaan pendapat imam
bukan bid’ah, lalu (ke)cenderung(an) kita memilih siapa. Jadi ada kecenderungan hati kita
untuk memilih, itu yang dimaksud dengan “Yuridullahu bikumul ‘usra wala
yuridu bikumul yusra”, Allah menghendaki kemudahan bukan kesulitan. Jadi
ada keluasan di dalam Islam, ada keluasan didalam pilihan. Ini ditinjau dari
segi perbedaan pendapat”.
“Ada ribuan perbedaan
pendapat para ulama. Jadi ahli fiqih mengatakan orang itu tidak bisa disebut
ahli fiqih kalau tidak faham tentang perbedaan pendapat fatwa ulama”.
“Langkah pertama iblis
menghalangi manusia dari jalan yang lurus, yaitu menghalangi manusia itu untuk
menuntut ilmu. Karena dari ilmu itulah orang beriman, dan karena dari ilmu
itulah orang beramal. Tanpa ilmu bagaimana dibayangkan orang bisa beriman
dengan baik, tanpa ilmu bisa dibayangkan bagaimana orang bisa beramal dengan
baik. Jadi setan ini sedapat mungkin menjauhkan manusia dari ilmu pengetahuan”.
“Jadikanlah syetan sebagai
musuh. Jin kada kelihatan, sekarang setan yang kelihatan adalah manusia,
(yaitu) manusia yang membawa kepada kesesatan itu syetan, maka jadikanlah ia
musuh. Tapi sekarang malah orang jadikan guru, seharusnya dianggap musuh”.
“Mengejek-ejek orang yang
melaksanakan sunnah dia termasuk kepada orang-orang yang terjerumus ke dalam
kekafiran. Kalau kita kada kawa mamakai (maka) baniat mudahan kaena kawa mamakai.
Jangan suka mengejek orang yang melaksanakan sunnah. (karena) mengejek sunnah itu sama
dengan mengejek nabi. Mengejek sunnah itu sama dengan kekafiran”.
“Ibadah
itu tidak hanya shalat, puasa dan zakat (tetapi) pembuatan peraturan daerah
untuk melindungi kaum muslimin dari kejahatan juga termasuk ibadah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar