H. Ahmad Bughdadi, S.Ag, M.HI bin H. Syakerani, lahir di Amuntai, Sabtu, 15 Juni
1974 M (bertepatan dengan 24 Jumadil Awal 1344 H). Beliau adalah seorang qari yang mengharumkan nama daerah sampai ke
tingkat internasional, yaitu sebagai juara kedua pada MTQ Tingkat Internasional
di Libya (2004).
Pendidikan yang pernah pernah ditempuh, yaitu MI “Hidayatussibyan” (1988),
Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah diselesaikan di Normal Islam Rakha
Amuntai (1991dan 1994). Kemudian melanjutkan S-1 pada STAI Rakha
Amuntai mengambil jurusan Syari’ah (2001) dan kemudian kuliah S-2 di IAIN
Antasari Banjarmasin (selesai tahun 2014).
Beliau adalah salah seorang qari terbaik yang dimiliki oleh kalsel. Tahun 1998
menjadi juara I pada MTQ tingkat Kabupaten Hulu Sungai Utara, Ketika MTQ
tingkat Propinsi yang diadakan di
Banjarmasin mendapatkan peringkat ke-II. Kemudian pada MTQ tingkat
propinsi yang diadakan di Amuntai memperoleh juara I (2000). Pada MTQ Tingkat
Nasional di Palu memperoleh Juara Harapan II. Kemudian tahun 2003 ketika MTQ
Tingkat Propinsi diadakan di Tanjung kembali
mendapat predikat I. Tahun 2003 mendapat juara II pada MTQ tingkat
Propinsi di kota Palangkaraya (2003), dan ditahun 2004 mendapat juara II pada
Kejuaraan MTQ tingkat Internasional di Libya.
Dalam keorganisasian, beliau aktif sebagai Ketua Komisariat PMII STAI
Rakha Amuntai (1999-2001), Ketua IPNU Kabupaten HSU (2001-2003), Wakil Ketua PD
ICMI Kab. HSU (2008-2013), Ketua PW Jam’iyyatul Qurro wal Huffazh (JQH) NU
periode 2013-2018. Koordinator Bidang Diklat LPTQ Propinsi Kalsel(2015-2018),
serta Wakil Direktur LPPTK PWW BKPRMI Kalsel (2016-2022).
Sebelum pindah ke Kantor Wilayah Departemen Agama Prop. Kalsel di
Banjarmasin, beliau adalah PNS pada
kantor Departemen Agama Kabupaten Hulu Sungai Utara, menjadi dosen di Sekolah
Tinggi Ilmu al-Qur’an (STIQ) Amuntai serta menjadi coordinator dan presenter
acara keagamaan di Televisi local “Amuntai Televis” (AMTV).
Diantara kalam beliau:
“Allah Maha Penyayang, Allah Maha Rahman Maha
Rahiim tidak ingin hamba-hambanya terlena dengan kehidupan dunia, maka
diberikanlah ramadhan, diberikan kesempatan kepada kita untuk mengembalikan
visi dan misi kehidupan kita bahwa ada hidup sesudah mati yang lebih utama, “walal aakhiratu khairun-laka minal uulaa(adh-dhuha
(93):4)”
“Ihsan itu adalah perbuatan baik, ibadah dan
sebagainya yang menunjang keimanan dan keislaman itu sendiri. Dimana, Islam
tanpa ditunjang oleh amal shaleh, amal-amal baik tidak ada gunanya. Jadi orang yang
paripurna ketaqwaannya adalah orang yang imannya kuat, keislamannya mantap dan
ihsannya juga terlaksana dengan baik”.
“Apapun kebajikan yang kita lakukan yang ikhlas
semata-mata karena Allah, karena iman kepada Allah, maka itu sangat besar
disisi Allah nilainya”.
“Dalam konteks yang lebih luas, Allah Subhanahu
wa ta’ala berfirman: “Ya Ayyuhalladzina
amanurka’u wasjudu wa’budu rabbakum waf’alul khaira la’allakum tuflihun (QS.al-Hajj
(22): 77). Jadi Allah menyuruh kepada kita untuk melakukan ruku’, sujud
menyembah kepada Allah, tetapi dalam konteks yang lebih luas adalah “waf ‘alul khaira” (yaitu) melaksanakan
amal baik, apa saja, luas sekali. Tidak saja shalat, tidak Cuma puasa, tidak
hanya dzikir, tidak Cuma baca qur’an, (tetapi) senyuman kita kepada teman juga
termasuk ibadah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar