Kamis, 09 Desember 2021

KH. AHMAD MURNI

KH. Ahmad Murni, lahir di Bitin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, pada hari Kamis, 1 Februari 1968 M (bertepatan dengan 2 Zulqaidah 1387 H). Berlatar belakang pendidikan pondok pesantren, yang kemudian menjadi pendidik di Pondok Pesantren “Darul IlmiLandasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Beliau juga pada tahun 2018 mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama Ponpes “Karamatul Aulia”.

Diantara kalam beliau:

“Pokok utama dalam menuntut ilmu adalah wara’ dan istiqamah. Di dalam menuntut ilmu, kalian (kita) itu harus menjadi orang yang wara’, jangan jadi warik. Kenapa? Wara’ artinya memelihara. Minimal wara’ (menurut) orang awam yaitu memelihara dari yang haram. Jadi jangan sampai ada melakukan hal-hal yang haram, terutama urusan makanan dan minuman, harus bujur-bujur dijaga. Karena kalau kalian tidak wara’, tamakan nang haram, (maka) menuntut ilmunya tidak berkah, amalannya kada diterima. Kalau sedikit saja didalam diri kita ada makanan yang haram maka ibadah tidak akan diterima.”

“Ilmu itu harus (yang) barakoh. Kalau tidak barokah artinya ilmunya kada bermanfaat”.

“Kita harus sadar, hari-hari ini kita menjalani kehidupan makin berkurang umur kita. Umur kita ini model (seperti) obat nyamuk nang dinyalakan. Terus berkurang sampai akhirnya ke ujung. Jadi kita harus berfikir, barangkali parak sudah umur. Apalagi tanda-tandanya umur sudah parak, banyak sudah surat malakul maut, (seperti) mata kada tapi hawas, alias kabur, pandangan tumbur, gigi tahambur, makanan bubur, bajalan tamara tamundur, pas tacabur kedalam sumur, pas habis umur. Mati.”

“Kalau dengan al-Qur’an (yang dalilnya) sudah nampak, nyata, dan jelas, sudah kada mau ba-iman, maka bagaimana bisa diharap lagi kalau dengan yang lainnya. Dengan (pemnjelasan) al-Qur’an saja sudah kada percaya, apalagi dengan (penjelasan) selain al-Qur’an, kadada harapan. Inilah tipe orang-orang yang kada mau memikirakan sehingga kada mau beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar