KH. Husin Naparin bin H. Muhammad Arsyad, lahir
di Kalahiang, Paringin, Hulu Sungai Utara (Sekarang termasuk Balangan), Senin, 10 November 1947 M (bertepatan dengan 24 Zulhijjah 1366 H). Riwayat
Pendidikan Husin Naparin pada lembaga Pendidikan Formal adalah (1) SDN
Kalahiang, Paringin 1953 s/d 1959 (Ijazah 1959), (2) PGA Swasta Komplek Al
Hasaniah, Layap Paringin 1959 s/d 1962, (3) Normal Islam Putera, Amuntai,
Kalimantan Selatan (sederajat Tsanawiah dan Aliyah) 1962 s/d 1966 (Ijazah tahun
1967), (4) Fakultas Ushuluddin, IAIN Antasari Cabang Banjarmasin di Amuntai
1966-1969 (Sarjana Muda, ijazah tahun 1969), (5) Fakultas Ushuluddin, Al Azhar
University, Cairo, Jurusan Al-Da‟wah wa al-Irsyad, 1972/1973 (Lisence/Lc.,
ijazah tahun 1976), (6) Punjab University, Lahore, Pakistan, Jurusan Islamic
Studies (MA) tahun 1984 (ijazah 1986), (7) Islamic University, Islamabad,
Pakistan, Jurusan Bahasa Arab 1984 s/d 1987 (MA) (Ijazah tahun 1987).
Sementara pendidikan nonformalnya adalah (1) Kursus Bahasa Inggris tingkat Intermediate di The American University, Cairo, tahun 1976/1977 dan tingkat Advanced di The House of Knowledge, Islamabad, Pakistan tahun 1984 (ijazah tahun 1984) Semasa studi ia rajin dan aktif mengikuti sejumlah organisasi. Di antaranya adalah (1) Wakil Ketua Perkumpulan Pelajar Nahdhatul Muta‟allimin (Intra sekolah) 1965-1966, (2) Bendahara Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), Kairo, 1974-1975, (3) Pembantu Wakil Tetap Pelajar Indonesia (pada Badan Solidaritas Perhimpunan Pelajar Asia Tenggara di Kairo, 1973 s/d 1975, (4) Ketua Majelis Pembacaan Al Qur‟an (MPA) Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Kairo, 1976-1977, (5) Penasihat Pelajar Indonesia di Pakistan tahun 1985-1986.
Sementara pendidikan nonformalnya adalah (1) Kursus Bahasa Inggris tingkat Intermediate di The American University, Cairo, tahun 1976/1977 dan tingkat Advanced di The House of Knowledge, Islamabad, Pakistan tahun 1984 (ijazah tahun 1984) Semasa studi ia rajin dan aktif mengikuti sejumlah organisasi. Di antaranya adalah (1) Wakil Ketua Perkumpulan Pelajar Nahdhatul Muta‟allimin (Intra sekolah) 1965-1966, (2) Bendahara Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), Kairo, 1974-1975, (3) Pembantu Wakil Tetap Pelajar Indonesia (pada Badan Solidaritas Perhimpunan Pelajar Asia Tenggara di Kairo, 1973 s/d 1975, (4) Ketua Majelis Pembacaan Al Qur‟an (MPA) Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Kairo, 1976-1977, (5) Penasihat Pelajar Indonesia di Pakistan tahun 1985-1986.
Selain
aktif berorganisasi, pada masa mudanya beliau juga rajin mengikuti perlombaan.
Dalam beberapa perombaan ia berhasil meraih beberapa prestasi, yaitu (1) Juara
terbaik I Lomba Pidato antar pelajar Komplek Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai,
1964, (2) Khatib terbaik II pada lomba khatib, Harlah Depag XXII se Kabupaten
Hulu Sungai Utara di Amuntai tahun 1969, (3) Qari terbaik I MTQ Kecamatan
Paringin, 1968, (4) Qari terbaik III MTQ Kecamatan Paringin tahun 1969, (5)
Qari terbaik III MTQ antar Mahasiswa se-IAIN, tahun 1967, (6) Qari terbaik III
MTQ Kecamatan Paringin tahun 1972, (7) Pembaca puisi terbaik III antar
Mahasiswa se IAIN 1967, dan (8) pembaca puisi terbaik I, antar Mahasiswa
Indonesia di Kairo, tahun 1975.47
Karir beliau dimulai sebagai (1) guru Normal
Islam pada tahun 1968-1972, (2) Pegawai Musim Haji KBRI Jeddah tahun 1975,
1977, dan 1978, (3) Pegawai setempat KBRI Jeddah (Local Staff) pada bagian Tata
Usaha dan kemudian Politik tahun 1978 s/d 1983, (4) Dosen STAI Al Jami
Banjarmasin.sejak 1987, (5) Dosen Luar Biasa pada IAIN Antasari Banjarmasin, di
sini beliau mengajar Bahasa Arab di Fakultas Dakwah dan Pasca Sarjana, mengajar Ilmu Ulum Al-Qur‟an & Bahasa
Arab Program Khusus pada Fakultas Ushuluddin, mengajar Tarjamah pada Fakultas
Tarbiyah, dan mengajar Fiqih pada Fakultas Syariah Al-Falah Banjarbaru. (6)
Sekarang sebagai Dosen STAI Al Jami Banjarmasin dengan pangkat Pembina Tk I (IV/b)
dan jabatan sebagai Lektor Kepala Madya.
Dalam
karirnya sebagai ulama, pendidik dan organisatoris, ia telah menduduki beberapa
Jabatan. Di antara jabatan yang pernah didudukinya pada lembaga Pendidikan
Pondok Pesantren adalah: (1) Pimpinan PP “Hunafaa” Banjarmasin 1985 s/d
sekarang, dan (2) Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren se Kota
Banjarmasin 1992-1997. Untuk pengelolaan tempat ibadah (terkait kemasjidan) ia
pernah menjabat (1) Ketua Bidang Peribadatan Badan Pengurus Masjid Jami
Banjarmasin, (2) Penasihat Pembangunan Masjid Noor dan Masjid Agung
Banjarmasin, (3) Ketua Umum Badan Pengelola Masjid Raya 1999-2001 dan
2001-2004, (4) Ketua Dewan Masjid Propinsi Kal-Sel 1999-2004, dan (5) Anggota
Pengurus Badan Kesejahteraan Masjid Kal-Sel sejak 1991. Dalam bidang pendidikan
secara organisasi kelembagaan, ia pernah menjabat sebagai (1) Wakil Dekan STIT
Rakha 1998, (2) Ketua STAI Al Jami Banjarmasin sejak 1998, dan (3) Anggota
Dewan Pertimbangan Pendidikan Propinsi Kal-Sel. Pada organisasi keagamaan
(Ormas Islam) ia pernah menduduki jabatan sebagai (1) wakil ketua Komisi Fatwa
MUI Propinsi Kal-Sel, (1990-1995), (2) anggota Komisi Fatwa (1995-2000), (3)
Sekretaris Komisi Fatwa 2001-2006, (4) Ketua Umum MUI Kota Banjarmasin
(1992-1997 dan 1997-2002), (5) Dewan Hakim MTQ antar masyarakat Indonesia di
Saudi Arabia tahun 1983, (6) Dewan Hakim MTQ Kal-Sel sejak tahun 1990; ketua
Koordinator Dewan Hakim STQ di Barabai tahun 2002 dan MTQ Nasional XXII tingkat
Propinsi Kalimantan Selatan di Tanjung 2003, STQ 2004 di Banjarmasin, (7) Ketua
Bidang Tafsir Dewan Hakim MTQ di Tapin, 2006, (8) Anggota LPTQ Propinsi Kal-Sel
sejak 1990, (9) Ketua I LPTQ Kal-Sel th 2003-2006, Penasehat LPTQ Kalsel 2006 –
2009, (10) Penasehat BAZ Kota Banjarmasin 2004 dan Anggota Pengurus BAZ Kal-Sel
sejak 1999, (11) Ketua III Tanfiziah NU TK. I Kal-Sel 1990-1995, (12) Anggota
Dewan Pakar ICMI Kal-Sel.
Di
samping itu, ia juga terlibat dalam struktur beberapa organisasi dan lembaga
sosial-budaya, ekonomi bahkan politik, Di antaranya adalah (1) Anggota Pengurus
Bank Mata Indonesia cabang Banjarmasin 2000-2004, (2) Anggota Lembaga Budaya
Banjar, (3) Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Partai Bulan Bintang Kal-Sel, (4)
Anggota Pengurus P2A Kal-Sel. sejak 1993, (5) Penasihat Beberapa Organisasi
seperti Bela diri “Honggo-Dremo,” Kota Banjarmasin, Masyarakat Pemerhati Sungai
Barito, Ikatan Pencinta Retorika Indonesia Kal-Sel, Kerukunan Keluarga
Kalahiyang (K3) Banjarmasin, HIPPINDO Kalimantan Selatan, Badan Koordinasi
Panti Asuha Indonesia (BAKORPIN) 2006 – 2011, (6) Sekretaris Kerukunan Keluarga
Alumni Kairo, Banjarmasin, (7) Dewan Pakar Komisi HAM Kal-Sel. 1998, (8)
Anggota Panitia Pembangunan Mahligai Al-Qur‟an (Kal-Sel./2001), (9) Pengarah
Tim Peneliti dan Penasehat Pembentukan Daerah Kabupaten Balangan 2001, (10)
Ketua Dewan Syariah Institut Khaira Ummah Banjarmasin, (11) Wakil Ketua Badan
Pengawas Pengurus Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK) Kal-Sel, (12) Anggota
Badan Koordinasi Narkotika Nasional Kalimantan Selatan, (13) Anggota Dewan
Penyantun Politeknik Negeri Banjarmasin 2001, (14) Penasehatan Perkawinan dan
Konsultasi Keluarga BP-4 Kalsel 2003-2006, (15) Anggota Dewan Pengawas Syari‟ah
Bank BPD Kalsel 2004 – 2006, (16) Ketua Umum Pusat Pengembangan ESQ Kalsel 2004
– 2006, (17) Ketua Umum Forum Umat Islam Kalimantan Selatan 2006, (18) Pembina
Program Study Akuntansi Lembaga Keuangan Syari‟ah (D.V), Politiknik Banjarmasin
2006.
Selain
beraktivitas sebagai pendidik di perguruan tinggi ia juga aktif dalam kegiatan
dakwah dan sosial keagamaan. Di antaranya ia menjadi (1) Penatar Calon Jemaah
Haji sejak 1997, pembimbing Ibadah, Kaltrabu Travel, Banjarmasin, sejak 2000
dan sebagai TPHD tahun 1994 dan TPIH tahun 1997, (2) Melaksanakan Dakwah
Islamiyah berupa ceramah, pengajian, khotbah, diskusi, penyaji makalah
keagamaan di Kal-Sel, dan ceramah di Kal-Teng, dan Kal-Tim; dalam berbagai
kesempatan bulan Muharram, Rabi‟ul Awwal, Rajab dan Ramadhan dan sebagai
Penyuluh Agama Utama di Kalimantan Selatan), (3) Pengasuh Ruang Konsultasi
Hidup Dan Kehidupan RRI Nusantara III
Banjarmasin sejak tahun 1993 dan Radio Dakwah Masjid Raya Sabilal Muhtadin
Banjarmasin sejak 1999, (4) Pengasuh Rubrik “FIKRAH” Harian Banjarmasin Post
sejak tahun 2000, (5) Pengasuh Rubrik Tanya-Jawab Agama Islam, Kalimantan Post
sejak 1988, (6) Konsultan Tabloid Ummah Banjarmasin, dan (7) Pembimbing Ibadah
(Haji dan Umrah) PT. Kaltrabu Indah Tour Banjarmasin.
Sebagai
seorang akademisi, maka kegiatan ilmiah juga menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupannya. Karena itu banyak forum ilmiah yang sudah
dihadirinya. Di antara yang pernah diikutinya adalah: (1) Pembawa Makalah Pada
Diskusi tentang Ekonomi Islam Antar Mahasiswa Indonesia di Kairo, 25 Pebruari
1997, (2) Peserta Seminar Tenang Minoritas Muslim di dunia Yang diselenggarakan
oleh King Abdul Aziz University, Jeddah, Saudi Arabia, tahun 1981, (3) Peserta
Seminar Pola Pembinaan LPTQ Tk. I Kal-Sel. di Banjarmasin, 7 Agustus 1987, (4)
Peserta Lokakarya tentang Islam dan Kebersihan Lingkungan Hidup MUI Tk. I
Kal-Sel. tahun 1987, (5) Peserta Seminar Kelangsungan Hidup Anak, BKKBN Tk. I
Kal-Sel, Mei 1990 di Banjarmasin, (6) Peserta Musyawarah Intern Umat Islam,
Depag. Tk. I Kal-Sel. di Banjarmasin, Agustus 1990, (7) Pembanding makalah pada
seminar Tasauf di IAIN Antasari. 11-12 November 1993. dll., (8) ESQ Leadership
Training Jakarta, Oktober 2003, dan (9) Syariah Based Bisniss Training, Jakarta
2004.
Di
samping kesibukannya yang begitu padat, Husin Naparin juga produktif menulis.
Sejumlah bukunya telah dipublikasikan di antaranya adalah (1) Bunga Rampai
Timur Tengah Jilid I dan II (Bina Ilmu, 1989), (2) Muhammad Rasulullah (Kalam
Mulia, 1994), (3) Aktualisasi Fungsi Masjid dalam Bidang Pendidikan (Kanwil
Depag Kalsel, 1990), (4) Tata Cara Berdoa (Bina Ilmu, 1997), (5) Istighfar
dan Taubat (Bina Ilmu, 1997 dan ElKahfi, 2005), (6) Tuntunan Praktis
Ibadah Jamaah Haji (Banjarmasin Post, 1999), (7) Siang Malam Bersama
Nabi Saw (PT Grafika Wangi Kalimantan, 2006), (8) Fikrah jilid 1-4
(El-Kahfi, 2005), (9) Tuntunan Praktis Shalat Tahajud (Grafika Wangi
Kalimantan, 2007), (10) Memahami Al-Asma Al-Husna (jilid 1-2) (PT
Grafika Wangi Kalimantan, 2009).
Diantara kalam beliau:
“Barangkali inilah yang menimpa kita. Kita membaca al-Qur’an,namun
hati kita masih terkunci. Kita belum berusaha memahami al-Qur’an.Banyak
al-Qur’an dibaca untuk kita nikmati kemerduan suara dan lagu qari/qari’ahnya,
memang tidak salah. Banyak al-Qur’an dibaca untuk berbangga hati sekian kali
khatam(tamat), memang tidak keliru. Banyak al-Qur’an dibaca padasaat family
atauwarga meninggal untuk dihadiahkan pahalanya kepada si mayyit.Terjadilah
perbedaan pendapat yang tajam; yang satu mengatakan pahalanya sampai, yang lain
mengatakan itu sia-sia.banyak al-Qur’an dibaca untuk menolak gangguan makhluk
halus, penangkal setan, ini memang ada diriwayatkan bahwa setan dan yang
sebangsanya menjauh bila dibacakan ayat-ayat Allah. Ada al-Qur’an dibaca untuk
pembuka rezeki, penerang nantinya di
alam kubur…, ini benar-benar saja; tapi dikehendaki lebih dari itu, yang
dimaksud adalah tadabbur al-ma’na
(merenungi kandungannya), sehingga al-Qur’an dapat menjadi “huda”(petunjuk) dalam kehidupan”
(hal.54-55)
“Banyak
umat islam mengamalkan satu daripada surah al-Qur’an untuk mencapai suatu
tujuan, tetapi hanya sekedar membaca, oleh karenanya tidak tercapai apa-apa
walaupun baginya ada pahala membaca” (hal. 92)
“Marilah
kita beramal yang terbaik, melaksanakan shalat yang terbaik, berpuasa
ramadhanyang terbaik, menunaikan zakat dan memberi derma/sadaqah yang terbaik,
berhaji yang terbaik. Beriman dan berislam yang terbaik, makan dan minum yang
terbaik, dan lain sebagainya; tetapi semua itu menurut standar agama(Islam)
bukan yang terbaik menurut standar keduniaan dan nafsu yang dibimbing oleh
syaithan” (hal. 214) (Dipetik dari buku “NALAR al-QUR’AN, Refleksi Nilai-Nilai Teologis dan Antropologis”
karangan KH. Husin Naparin, Lc,MA, Jakarta : el-Kahfi, 2004)
“Sebenarnya
beginilah sketsa kehidupan seorang muslim. Apa saja tugas dan jabatan yang
dipikulnya, pangkat dan kedudukan yang dimilikinya; aktivitas kehidupannya
hendaknya beranjak dari masjid dan berujung di masjid. Sehingga ia berhati
masjid. Hatinya terpaut dengan masjid. Bila keluar dari masjid, ia kembali
berfikir dan memprogram untuk kembali ke masjid” (hal. 8)
“Seseorang
yang mengingat Allah Swt dalam kesendiriannya, bila air matanya menetes
membasahi pipi tanpa dibuat-buat, basah pulalah tempat sujudnya, air mata menetes
lantaran takut kepada Allah Swt; itulah air matayang besar sekali harganya
karena pembebas dirinya dari petaka neraka. Air mata seperti itu tidak akan
pernahkeluar dari hati yang kasar dan gersang, berhati keras yang pada
gilirannya membuahkan perilakuyang kasar pula.Bila seseorang bisa meneteskan
air mata lantaran ingat akan kebesaran Allah Swt, menyadari akan kedhaifan diri,
jelas orang itu berhati lembut dan halus, pada gilirannya
akan merefleksikan perilaku yang lembut serta halus pula(berbudi pekerti baik)”
(hal. 12)
“Puncak
syukur ialah menggunakan nikmat sesuai kehendak pemberi nikmat. Apa
kehendak pemberi nikmat/ Tak lain ialah tegaknya syari’at atau aturan-aturanNya
dalam kehidupan ini. Allah Swt memberikan nikmat kepada manusia sebagai sarana
untuk taat kepada-Nya.banyak manusia yang hanya bersyukur di lidah,tapi belum
bersyukur didalam hati, karena masih menggerutu akan nikmat yang ada,dimana
menurutnya masih kurang. Atau, manusia telah bersyukur dilidah dan dalam hati,
tetapi belum bersyukur melalui anggotanya, karenanikmat yang diterimanya tidak
digunakan untuk mentaati perintah-Nya, malah digunakan untuk maksiat menantang
syari’at-Nya. Orang yang demikian adalah oprang-orang yang kufur nikmat” (hal. 50)
“Kini,
kita hidup dalam dunia modern dan penuh peradaban. Tetapi bila beberapa ciri
kejahiliyahan tersebut kita biarkan di sekitar kehidupan kita, berarti kita
hidup di alam jahiliyyah. Oleh sebabitu bisasaja seseorang mengaku “muslim”,
tetapi pakaiannya pakaian jahiliyyah, perilakunya perilaku jahiliyah; dan suatu
masyarakat bisa saja mengklaim sebagai “masyarakat muslim” tetapi tatanan
kehidupannya tatanan kehidupan jahiliyyah” (hal. 104)
(Dipetik dari buku “Fikrah,Refleksi Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan” karangan
KH.Husin Nafarin, Lc,MA,Jakarta : el-Kahfi, 2004).
“Akar dari semua permasalahan krisis
multidimensi yang menimpa bangsa kita, karena tidak tegaknya hukum Allah, untuk
itu marilah mulai dari individu, terlebih dari para pejabat menegakkan hukum
Allah, sehingga mendapat ridho-Nya”.
“Jika anak bandel, jangan mengumpat,
membentak, tetapi sabarlah dan doakanlah dia dengan doa yang baik. Segala
permohonan kita yang baik, Insya Allah akan berbuah kebaikan kepada anak”.
“Pendidikan yang paling penting adalah
mengajarkan anak untuk shalat agar keturunan kita senantiasa bertakwa kepada
Allah Swt”
“Jika seseorang memiliki harta yang tidak
halal, janganlah dia konsumsi dan janganlah dia gunakan untuk beribadah karena
tidak akan diterima Allah. Tetapi, harta tersebut hendaklah digunakan untuk kebaikan; dia tidak mendapat pahala
sedekah, namun mendapat pahala menghindarkan
diri dari memakan yang haram dan
mendapat pahala tidak memubazirkan harta”.
“Jika suatu pertobatan yang disampaikan
secara terbuka akan dapat mendatangkan mudharat lebih baik pertobatan dilakukan
secara diam-diam.. Pertobatan secara terbuka tergantung pula niatnya.
Kalau menyangkut niat,kita tidak tahu dan kita tidak boleh berprasangka buruk”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar