Kamis, 27 Juli 2017

KH. HAMDAN KHALID, Lc




KH. Hamdan Khalid adalah putra bungsu dari Syekh KH. Muhammad Khalid, lahir di Amuntai, Jum'at, 10 Januari 1936 M (bertepatan dengan 15 Syawal 1354 H). Sewaktu kecil beliau bersekolah di SR As-Salam Martapura, dan terus masuk Ponpes “Darussalam” Martapura pada tahun 1956. Pada tahun 1962 menimba ilmu pada ‘Ulya Al-Azhar, kemudian melanjutkan ke Fakultas Syari’ah Universitas al-Azhar Kairo Mesir tahun 1965, dan Dirasah Ulya Tarikh fi Uly tahun 1966.

Beliau pernah menjadi Dosen pada fakultas Ushuluddin di Amuntai (1967), Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari (1977-1983), Kepala Madrasah Aliyah Normal islam Puteri Rakha (1948-1952), menjabat sebagai Hakim Agung pada kantor Pengadilan Agama, Ketua Pengadilan Agama Amuntai (1986-1997), Anggota Dewan Pembina Ponpes Rakha (2012-2017), Ketua Baznas Kabupaten HSU, Ketua MUI kab. HSU, dan kemudian menjadi Ketua  Dewan pertimbangan Fatwa MUI Kab. HSU, dan lain-lain. Juga sebagai Rais Ulya PWNU Kalsel dan Rais Syuriah Pengurus Besar (PBNU) Jakarta. 

 Beliau juga mengisi pengajian rutin di Majelis Taklim “Al-Khalidiyah” Tangga Ulin dan “al-Ma’arif” Amuntai. Khusus pengajian di MT Taklim al-Ma’arif, beliau mulai pada sekitar tahun 1960-an akhir yaitu sepulang dari kuliah di Mesir. Adapun materi yang beliau bahas adalah  masalah tauhid, fiqih, tasawuf dan berbagai permasalahan kemasyarakatan yang dialami.
KH. Hamdan Khalid, Lc termasuk ulama yang gigih memberantas sekaligus meluruskan aliran-aliran yang menyimpang dari  ajaran islam yang sebenarnya. Diantara kitab atau risalah yang berkaitan dengan hal tersebut, yang ditulis oleh beliau adalah : "Agenda Khusus Dialog Kitab Ad-Durun Nafis".

Telah berpulang ke rahmatullah pada hari Senin, 27 Mei 2019 M (bertepatan dengan 22 Ramadhan 1440 H) dan dimakamkan di Desa Tangga Ulin.

Diantara kalam beliau:

“Terhadap suatu amalan yang baik, bila belum pernah dibaca, baca dulu, bila sudah diamalkan, amalkan terus”.

“Bila kita berziarah, bacakanlah apa saja yang kita bisa, seperti bacaan al-Qur’an dan shalawat, maka hal tersebut akan memberi faedah kepada orang yang kita ziarahi, dan kepada diri kita sendiri”.

“Memang segala sesuatunya diciptakan oleh Tuhan. Tetapi yang baik-baik saja yang kita sandarkan kepada Tuhan. Sedangkan yang tidak baik adalah semata-mata karena kesalahan kita. Itu merupakan adab kita kepada Tuhan”.

“Tolong kitab-kitab yang tidak sesuai dengan al-qur’an dan sunnah agar ditinggalkan karena bisa menyesatkan ummat”

“Hendaknya gunakan waktu untuk membaca al-qur’an, kada kawa banyak sedikit barang

“Arti ‘wajib baginya syafa’atku’, maksudnya Rasulullahlah yang akan ‘maharung’ diakhirat kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar