Habib Abdullah bin Muhsin al-Barakwan al-Hasani lahir
di Desa Kota Raja, Kecamatan Amuntai Selatan. Beliau adalah
putra dari al-Habib Muhsin bin Umar Barakwan pendiri Majelis Taklim “Raudlatul
Muhsinin” Palampitan Amuntai.
Diantara kalam
beliau:
“Kita harus memuliakan ulama, orang alim. Yang mana
dengan merekalah kita menimba ilmu-ilmu yang diajarkan oleh nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasalam. Kita diajarkan ilmunya Nabi Muhammad, kita menimba
dari ilmunya nabi Muhammad, yang mana itulah warisan daripada Nabi dan Rasul.
Yang mana hakikatnya, yang diwariskan Nabi dan Rasul bukanlah harta bukan pula
tahta, akan tetapi yang mereka wariskan adalah daripada ilmu yang mereka
turunkan sampai kepada kita. Dan juga,
ketika kita memandang wajah mereka (orang alim) sebagaimana dikatakan oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, “barangsiapa yang memandang daripada
wajah orang alim, kemudian dengan pandangan tersebut dia bangga, dengan
pandangan tersebut dia senang, maka pada saat itulah Allah menciptakan satu
malaikat yang mana malaikat tersebut beristighfar memintakan ampunan untuk
orang yang memandang wajah orang alim tersebut”. Cukup dengan satu pandangan,
kemudian dengan pandangan tersebut kita bangga (senang), maka pada waktu itulah
Allah ciptakan satu malaikat yang memintakan ampunan untuk kita. Berkaitan
dengan hal tersebut, ketika kita beristighfar, adakalanya istighfar kita
tersebut tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, karena kita ini banyak
dosa, kita masih sering bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Akan
tetapi, ketika seorang malaikat memintakan ampunan kepada Allah untuk kita,
maka apa kiranya Allah Subhanahu wa ta’ala tidak menmgabulkannya? Seorang
malaikat yang tidak pernah bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, seorang
malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu, tentunya ketika mendo’a kepada Allah
subhanahu wa ta’ala supaya Allah mengampuni kita, maka Insya Allah pasti Allah
akan mengampuni”.
“Barangsiapa yang duduk bersama dengan
orang alim, maka pada hakikatnya duduk bersama dengan Baginda Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasala,m, dan sebagaimana janji Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, adalah barangsiapa yang menjadikan Nabi Muhammad sebagai
teman duduknya di dunia, maka ketika diakherat nanti, kita akan dijadikan teman
duduknya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam.
“Berkat orang alim kita bisa mengetahui
siapa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita tidak bisa mencintai
Nabi Muhammad, kita tidak bisa mengenal Nabi Muhammad, kalau tanpa ulama,
karena sesungguhnya ilmu mereka (orang alim) selalu sambung menyambung dari
guru sampai guru sampai guru sampai kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Dari merekalah kita bisa mengenal syari’at Allah subhanahu wa ta’ala,
apa-apa yang dijaarkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan apa-apa yang dilarang
oleh Allah subahanhu wa ta’ala.”
“Hakikat dari keindahan adalah kebeningan
hati”
“Sebagaimana kedekatan mahabbah kita
dengan baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam maka seperti itulah kedekatan
kita dan derajat kita dididi Allah Subhanahu wa ta’ala”.
“Dan diantara tanda cinta seseorang
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ketika disebut nama Nabi
Muhammad maka pastilah orang-orang yang merindukan beliau pastilah akan
berlinang meneteskan air mata”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar