KH.
Hanafi Idar Lahir di Palimbangan, Amuntai, Rabu, 11 maret 1959 M (bertepatan dengan 1 Ramadhan 1378 H). Beliau adalah alumni dari Islamic Medina. Sekarang menjadi pendidik
pada Madrasah Aliyah Normal Islam Puteri Pondok Pesantren “Rasyidiyah
Khalidiyah (Rakha)” Amuntai. Pernah
menjadi anggota DPRD Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dalam Konferensi Cabang (Konfercab) NU
Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2020, beliau terpilih sebagai Rais Syuriah
Nahdlatul Ulama Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk periode 2020-2025.
Diantara kalam beliau:
“Satu-satunya
sunnah yang paling terbesar adalah sunnah kita mencintai Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam”
“Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling sempurna dari semua
makhluk apapun. Makanya keliru orang yang membandingkan Rasulullah dibandingkan
dengan manusia biasa, suatu perbuatan yang sangat tercela kalau membandingkan
Rasulullah dengan makhluk biasa. Jangankan sama manusia, malaikatpun, jibril
pun dan siapapun tidak akan mampu mengalahkan martabat kedudukan Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
itu benar manusia tapi tidak seperti manusia biasa, artinya apa? Beliau adalah
manusia yang luar biasa”.
“Siapapun yang
ada iman kepercayaan dan keyakinan didalam hati percaya kepada Allah Subhanahu
wa ta’ala, pasti akan selamat daripada api neraka”.
“Mengapa Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam lahir (hijrah dan wafatnya) tanggal 12
Rabiul Awwal ? Sepertinya Allah ingin mengingatkan kepada kita bahwasanya kalau
ingin selamat dunia dan akhirat, maka tidak boleh melupakan 12 perkara (macam),
ternyata rinciannya adalah 6 rukun iman, 5 rukun Islam dan 1 rukun Ihsan”.
“Menurut ulama,
kata “qarni” diambil dari nama-nama akhir
khalifah. Qaf, diambil dari akhir nama Abu Bakar
as-Shiddiq, adapun Ra, diambil daripada akhir
nama Sayyidina Umar, adapun Nun, diambil dari
akhir nama Sayyidina Utsman, kemudian Ya,
diambil dari nama akhir Sayyidina Ali. Semuannya bacaannya “Qarni”. Apa maknanya? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam mengatakan : “Khairukum qarni” (sebaik-baik zaman itu adalah
dizamanku, yaitu dizaman (ada) Abu Bakar, dizaman Umar, dizaman Utsman dan
dizaman Ali) kemudian zaman sesudahnya, yaitu dizaman tabi’in”.
“Apabila kita
hanya berkata-kata, tetapi tidak mengamalkan ajaran agama (apa yang diucapkan),
sama halnya dengan ibarat orang yang mau makan, tetapi hanya berkata : “Aku mau
makan”, namun nasi tidak disuap, maka bagaimana bisa kenyang?”
“Ketetapan
Allah itu ada 2 (dua) yaitu yang bersifat mu’allaq dan muballaq.
Mu’allaq artinya ketetapan Allah itu masih tersimpan di
Lauh Mahfudz, ketetapan ini masih dapat dirobah. Sedangkan ketetapan Allah yang
sudah diturunkan kepada Malaikat untuk
segera dilaksanakan (menurut riwayat ditetapkan pada malam nisfu sya’ban) di
sebut muballaq. Ketetapan-ketetapan Allah itu kalau diibaratkan seperti
: apabila perkara seseorang masih berada di tangan polisi, maka kiranya masih dapat
dicabut (disebut muallaq), tetapi bila perkaranya sudah dilimpahkan ke tangan
jaksa atau pengadilan, maka tinggal menunggu pelaksanaan atau keputusan(disebut
muballaq).”
“Orang yang
hatinya kotor itu ibarat seseorang yang sakit. Diberi
buah-buahan yang enak dan segarpun tidak ada selera. Maka hati yang ada
penyakitnya juga tidak mau menerima nasehat-nasehat yang baik”.
“Bila kita
meminta rizki, jangan ketinggalan kata halalnya”
“Kita akan masuk neraka apabila tidak mendapatkan ampunan Allah, kita tidak
akan mendapatkan ampunan bila tidak mendapatkan rahmat dari Allah, dan kita
tidak akan mendapatkan rahmat bila tidak mengerjakan ibadah dengan
sebaik-baiknya”.
“(Adapun) yang bisa meneguhkan iman kita kepada Allah, hendaknya setiap
hari kita tanamkan yang namanya muhasabah. Apakah kita termasuk orang
yang banyak berbuat taat atau justru sebaliknya, menjadi orang yang banyak
berbuat maksiat. Maka dari itu, andai menurut perasaan kita masih banyak
kemaksiatan yang dilakukan, maka segeralah minta ampun kepada Allah, dan andai
kata menurut perasaan banyak taatnya kepada Allah, maka itupun perlu
diperhitungkan apakah ketaatan itu, amal ibadah kita diterima, atau bahkan
justru tidak diterimanya”.
“Setiap
orang mukmin, setiap orang muslim, Tuhan menuntut pengorbanan kita, Allah
menuntut perjuangan kita untuk mempertahankan bangsa dan negara kita ini
dari kemerosotan moral dan akhlak dan segala macamnya. Kita dituntut untuk
memperjuangkan, kita dituntut untuk menyelamatkan negara ini dari banyaknya
pemimpin-pemimpin kita yang tidak menjadi abdi masyaralat, dan tidak menjadi
abdi negara tetapi nyata-nyata menjadi abdi pribadi dan abdi golongan”.
“Kita
hendaknya berusaha dibulan ramadhan yang mulia iini menjadi orang yang
Rabbaniyun, bukan menjadi orang yang Ramadhaniyun. Menjadi orang yang
Rabbaniyyun artinya menjadi manusia yang sudah terbiasa berbuat taat ibadat
kepada Allah, akan tetapi kalau menjadi manusia yang Ramadhaniyyun barangkali
beribadatnya taatnya Cuma di bulan ramadhan. Sangat disayangkan sekali kalau
orang menjadi Ramadhaniyyun, beribadah dimusin ini saja, tetapi tidak menjadi
Rabbaniyyun yang terbiasa terdidik didalam rangka mencapai keredhaan Allah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar