Rabu, 26 Juli 2017

KH. HANAFI IDAR




KH. Hanafi Idar Lahir di Palimbangan, Amuntai, Rabu, 11 maret 1959 M (bertepatan dengan 1 Ramadhan 1378 H). Beliau adalah alumni dari Islamic Medina. Sekarang menjadi pendidik pada Madrasah Aliyah Normal Islam Puteri Pondok Pesantren “Rasyidiyah Khalidiyah (Rakha)” Amuntai.  Pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dalam Konferensi Cabang (Konfercab) NU Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2020, beliau terpilih sebagai Rais Syuriah Nahdlatul Ulama Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk periode 2020-2025.

Diantara kalam beliau:

“Satu-satunya sunnah yang paling terbesar adalah sunnah kita mencintai Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam”

“Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling sempurna dari semua makhluk apapun. Makanya keliru orang yang membandingkan Rasulullah dibandingkan dengan manusia biasa, suatu perbuatan yang sangat tercela kalau membandingkan Rasulullah dengan makhluk biasa. Jangankan sama manusia, malaikatpun, jibril pun dan siapapun tidak akan mampu mengalahkan martabat kedudukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam itu benar manusia tapi tidak seperti manusia biasa, artinya apa? Beliau adalah manusia yang luar biasa”.

“Siapapun yang ada iman kepercayaan dan keyakinan didalam hati percaya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, pasti akan selamat daripada api neraka”.

“Mengapa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam lahir (hijrah dan wafatnya) tanggal 12 Rabiul Awwal ? Sepertinya Allah ingin mengingatkan kepada kita bahwasanya kalau ingin selamat dunia dan akhirat, maka tidak boleh melupakan 12 perkara (macam), ternyata rinciannya adalah 6 rukun iman, 5 rukun Islam dan 1 rukun Ihsan”.

“Menurut ulama, kata “qarni” diambil dari nama-nama akhir khalifah. Qaf, diambil dari akhir nama Abu Bakar as-Shiddiq, adapun Ra, diambil daripada akhir nama Sayyidina Umar, adapun Nun, diambil dari akhir nama Sayyidina Utsman, kemudian Ya, diambil dari nama akhir Sayyidina Ali. Semuannya bacaannya “Qarni”. Apa maknanya? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan : “Khairukum qarni” (sebaik-baik zaman itu adalah dizamanku, yaitu dizaman (ada) Abu Bakar, dizaman Umar, dizaman Utsman dan dizaman Ali) kemudian zaman sesudahnya, yaitu dizaman tabi’in”.

“Apabila kita hanya berkata-kata, tetapi tidak mengamalkan ajaran agama (apa yang diucapkan), sama halnya dengan ibarat orang yang mau makan, tetapi hanya berkata : “Aku mau makan”, namun nasi tidak disuap, maka bagaimana bisa kenyang?”

“Ketetapan Allah itu ada 2 (dua) yaitu yang bersifat mu’allaq dan muballaq. Mu’allaq artinya ketetapan Allah itu masih tersimpan di Lauh Mahfudz, ketetapan ini masih dapat dirobah. Sedangkan ketetapan Allah yang sudah diturunkan  kepada Malaikat untuk segera dilaksanakan (menurut riwayat ditetapkan pada malam nisfu sya’ban) di sebut muballaq. Ketetapan-ketetapan Allah itu kalau diibaratkan seperti : apabila perkara seseorang masih berada di tangan polisi, maka kiranya masih dapat dicabut (disebut muallaq), tetapi bila perkaranya sudah dilimpahkan ke tangan jaksa atau pengadilan, maka tinggal menunggu pelaksanaan atau keputusan(disebut muballaq).”

“Orang yang hatinya kotor itu ibarat seseorang yang sakit. Diberi buah-buahan yang enak dan segarpun tidak ada selera. Maka hati yang ada penyakitnya juga tidak mau menerima nasehat-nasehat yang baik”.

“Bila kita meminta rizki, jangan ketinggalan kata halalnya”

“Kita akan masuk neraka apabila tidak mendapatkan ampunan Allah, kita tidak akan mendapatkan ampunan bila tidak mendapatkan rahmat dari Allah, dan kita tidak akan mendapatkan rahmat bila tidak mengerjakan ibadah dengan sebaik-baiknya”.

“(Adapun) yang bisa meneguhkan iman kita kepada Allah, hendaknya setiap hari kita tanamkan yang namanya muhasabah. Apakah kita termasuk orang yang banyak berbuat taat atau justru sebaliknya, menjadi orang yang banyak berbuat maksiat. Maka dari itu, andai menurut perasaan kita masih banyak kemaksiatan yang dilakukan, maka segeralah minta ampun kepada Allah, dan andai kata menurut perasaan banyak taatnya kepada Allah, maka itupun perlu diperhitungkan apakah ketaatan itu, amal ibadah kita diterima, atau bahkan justru tidak diterimanya”.

“Setiap orang mukmin, setiap orang muslim, Tuhan menuntut pengorbanan kita, Allah menuntut perjuangan kita untuk mempertahankan  bangsa dan negara kita ini dari kemerosotan moral dan akhlak dan segala macamnya. Kita dituntut untuk memperjuangkan, kita dituntut untuk menyelamatkan negara ini dari banyaknya pemimpin-pemimpin kita yang tidak menjadi abdi masyaralat, dan tidak menjadi abdi negara tetapi nyata-nyata menjadi abdi pribadi dan abdi golongan”.
 
“Kita hendaknya berusaha dibulan ramadhan yang mulia iini menjadi orang yang Rabbaniyun, bukan menjadi orang yang Ramadhaniyun. Menjadi orang yang Rabbaniyyun artinya menjadi manusia yang sudah terbiasa berbuat taat ibadat kepada Allah, akan tetapi kalau menjadi manusia yang Ramadhaniyyun barangkali beribadatnya taatnya Cuma di bulan ramadhan. Sangat disayangkan sekali kalau orang menjadi Ramadhaniyyun, beribadah dimusin ini saja, tetapi tidak menjadi Rabbaniyyun yang terbiasa terdidik didalam rangka mencapai keredhaan Allah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar