Kamis, 02 Juli 2020

KH. ABDURRAHIM, Lc





KH. Abdurrahim Azhari Dahlan, Lc lahir di Telaga Silaba, Kecamatan Amuntai Selatan, Minggu, 12 Januari 1958 M (Bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1377 H). Beliau adalah Imam Mesjid “Rasyidiyah” Telaga Silaba. Aktifitas memimpin dan mengisi Majelis taklim “Hidayatus Shalihin” Bajawit dan Majelis Taklim “Tafaqquh Fiddiin” Telaga Silaba. Beliau juga adalah pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai Ketua Komisi Pendidikan, Kaderisasi, Pengkajian dan Penelitian.

Diantara kalam beliau:

“Arti cinta kepada Allah (adalah) napa nang disuruh Allah digawinya (dikerjakannya). Seperti seseorang yang cinta kepada bini (istri). Ujar bini : amun pian kepasar tukarakan napakah. Tantunya harus di i-ingatakan ai. Mun kada ingat pas sampai karumah ditakuni : mana tadi, jadi manukarlah ? Orang yang cinta lawan bini pasti inya babulik kepasar manukarakan yang dikahandakinya. Demikian pula dengan seseorang yang cinta lawan Allah. Apabila jar Allah sembahyang, maka kerjakanlah sembahyang. Jar Allah puasa, puasa. Jadi napa nang disuruh Allah dikerjakannya”.

“Taqwa ujar orang bahari adalah menjunjung perintah Allah, menjauhi larangan Allah. Dijunjung, diangkat, dihormati perintah Allah Subhanahu wa ta’ala itu. Sebagaimana bunyi ayat 18 didalam surat al-Hasyr : “Ya ayyuhalladziena amanuttaqullaah wal tandzur nafsun maa qaddamat lighat, wattaqullah, innallaha khabirum bima ta’malun”. Dimana dalam satu ayat disebut 2 kali kata ittaqullah-nya. Maknanya kuat sekali artinya, (yaitu) : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Kemudian, pada ayat ke-19 berbunyi:  wa la takunu kalladzina nasullaha fa ansahum anfusahum, ula ika humul fasiqun”. (artinya) : Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang Allah lupakan, atau seperti orang-orang yang lupa kepada Allah sehingga dilupakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala terhadap dirimu. (Kemudian) ula ika humul fasiqun. Bila kita kada ingat dengan Allah, kada ingat lawan kejadian diri kita, maka orang sedemikian digolongkan sebagai orang fasiq, berbuat kesalahan. Ketahuilah, penghuni sorga kada sama lawan penghuni neraka. Penghuni neraka banyak siksa-siksa yang dihadapinya. Sedangkan penghuni sorga tergambar dalam bunyi ayat : inna lilmuttaqina mafaaza .... (Qs. An-Naba ayat 30-36) sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa benar-benar mendapatkan keberuntungan, diberi kebun-kebun dan korma, diberi bidadari yang jelita.”

“Maksud dari “wa ma ta akhar” (diampuni dosanya yang terkemudian) adalah tatkala orang ada berbuat kejahatan, maka saurang (diri pribadi) kada taumpat babuat kejahatan. Artinya dijaga, dipelihara oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Itu maksud dari “wa ma ta akhar”.

“Umar bin Khattab pernah ditakuni oleh 3 orang Yahudi : wahai Amirul Mukminin, pabila pintu langit ditutup dan pabila pintu langit dibuka ? Lalu Umar menanyakan kepada Ali bin Abi Thalib. Sebab mengenai Ali bin Abi Thalib ini, Rasulullah pernah baucap, jar Rasulullah bila ikam handak ilmu pengetahuan, maka Ali itu kuncinya, artimya Ali itu baya ilmunya. Lalu dijawab oleh Ali : “Pintu langit dibuka apabila orang mengatakan “La ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah”. Bila sudah kadada lagi yang mengucapkan kalimat tersebut, maka pintu langit akan ditutup, pacaangan kiamat”. Jadi selama kita melaksanakan dzikir La ilaaha illallah, maka tidak akan kiamat, tidak akan ditutup pintu langit”.

“Terlarang atau haram bagi masyarakat atau seluruh ummat Islam untuk belajar agama kepada orang yang bukan ahlinya, dengan dasar dan alasan diantaranya, firman Allah Subhanahu wa ta’ala : “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui” (QS. Az- Zumar ayat 9), kemudian berdasar firman Allah Subhanahu wa ta’ala : “Bertanyalah kepada orang yang tahu jika kalian tidak tahu” (QS. An-Nahl ayat 43).

“Berhati-hatilah, karena disinyalir adanya faham atau ajaran yang menyimpang dari agama seperti tidak shaat lima waktu, tidak berpuasa ramadhan, tidak shalat jum’at, dan hal-hal yang serupa yakni berhakikat tanpa syari’at, perbincangan mereka selalu kepada ilmu ketuhanan, nur Muhammad, ilmu hakikat, ilmu bathin, dan seterusnya”.

“Jika ada yang beranggapan, bahwa Baitullah itu segi empat, sehingga (menunjukkan) 4 arah, yakni depan, belakang, kiri, kanan dapat dijadikan arah shalat. Kemana saja kamu menghadap disana ada Allah. (maka) sebenarnya pendapat yang seperti ini tidak ada didalam imam mazhab”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar