Kamis, 02 Juli 2020

KH. MASRUNI



KH. Masruni lahir di Babirik, Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, pada tahun 1967 M. Berlatar belakang pendidikan Pondok Pesantren yang kental dengan ilmu keagamaan, sekaligus al-Qur’an. Pendidikan Tingkat Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah beliau selesaikan di Amuntai, sedangkan untuk tingkatan Madrasah Aliyah beliau melanjutkannya ke Banjarmasin.
Tamat dari Aliyah beliau masuk Sekolah Tinggi Ummul Qur’an di Banyu Anyar, Banjarmasin, tetapi tidak mencapai satu tahun sekolah tersebut ditutup karena penanggung biayanya meninggal. Tidak berhenti disitu, beliau kemudian melanjutkan menimba ilmu ke Pesantren “Riyadhusshalihin” Barabai, dengan fokus pada tahfizh al-Qur’an. Di pesantren ini cita-cita masa kecil beliau tercapai dengan menguasai tahfizh 30 Juz dan mendapatkan sanad. Tamat dari pesantren “Riyadhusshalihin” Barabai, kembali menjadi santri di Pondok Pesantren Tahfizh al-Qur’an (PPTQ) “Manbaul Furqan”, Luewiliang, Bogor, Jawa Barat.
Guna memantapkan hafalan dan mendalami ilmu al-Qur’an, beliau pernah belajar di Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Jakarta. Setelah itu, beliau ikut mengajar tahfizh al-Qur’an di Madrasah “al-Hikmah” Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Untuk lebih memantapkan hafalannya beliau mondok ke Pondok Pesantren “al-Hikmah” Benda, Brebes, Jawa Tengah. Di Pesantren ini beliau men-taqrir-kan hafalannya kepada KH. Aini, KH. Syarifuddin dan KH. Mukhlas selama 6 bulan, dan mendapatkan ijazah dari pesantren ini, dan menurutnya sanad para guru huffaz pesantren ini bersumber dari KH. Muhammad Arwani, Kudus, Jawa Tengah.
Sekarang beliau menjadi pengelola pesantren tahfizh al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an (PPTQ) KH. Harun Nafsi, Jl. Cipto Mangunkusumo, Gang Mesjid, Desa Harapan Baru, Samarinda Sebrang, Kalimantan Timur.
Di PPTQ KH. Harun Nafsi ini, beliau menerapkan suatu cara untuk diri dan para santrinya yang telah hafal 30 Juz, dengan metode/ cara “fami bisyauq” yang secara harfiah berarti “Lisan saya selalu dalam kerinduan”. Maksud “kerinduan” disini adalah rindu untuk membaca al-Qur’an. Kalimat tersebut, disamping mempunyai arti secara kalimat, masing-masing hurufnya juga mempunyai arti tersendiri yaitu :
1.     Fa’ sampai mim, maksudnya memulai hafalan al-Qur’an hari pertama dari surah al-Fatihah sampai al-Maidah
2.     Mim sampai ya’, hari kedua melanjutkan hafalan dari surah al-Maidah sampai surah Yunus
3.     Ya’ sampai ba’, hari ketiga melanjutkan hafalan dari surah Yunus sampai surah Bani Isra’il
4.     Ba’ sampai syin, hari keempat melanjutkan hafalan dari surah bani Isra’il sampai surah asy-Syu’ara
5.     Syin sampai waw, hari kelima melanjutkan hafalan dari surah Asy-Syu’ara sampai surah as-Saffat
6.     Waw sampai Qaf, hari keenam melanjutkan hafalan dari surah as-Saffat sampai surah Qaf
7.     Qaf sampai khatam, hari ketujuh melanjutkan hafalan dari surah Qaf sampai surah an-Naas (khatam).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar