Kamis, 04 Juli 2024

Ustadz H. AHMAD MADANI

Ustadz H. Ahmad Madani lahir di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Bersama-sama dengan ulama dari Amuntai lainnya yang tinggal di Samarinda, di antaranya KH. Khairy Abusyairi, MA, KH. Helmi Nizami, SH, MH, DR. H. Akhmad Haries, S.Ag, M.Si (Dosen UINSI Samarinda) mengisi pengajian di Majelis Barkatul Ilmi (MDI) Mesjid Baabul Jannah, Samarinda.

Diantara kalam beliau:

“Untung sebenarnya orang yang di ghibah, orang yang disambati itu, padahal kenyataannya (adalah) ia memindah pahala amal shaleh kepada orang yang dighibah. Maka nantinya ada orang nang masuk sorga karena seringkali di ghibah”.

“Punya masalah dengan Allah , ba-isi masalah lawan Tuhan, (bawa) istighfar, selesai, selesai sembahyang beristighfar, habis dosa, duduk di pengajian, bulik dari sini habis dosa.Tapi jika berhubungan dengan manusia tidak akan pernah habis sampai diselesaikan dihari kiamat. Makanya orang bahari itu sebelum naik haji, berumrah, biasanya datang kerumah-rumah orang minta halal minta redha”.

“Jika ingin tahu seseorang manusia itu mulia di sisi Tuhan, manusia pilihan Allah, yaitu ia yang lapar dan ia tidak pernah menampakkannya kepada orang lain bahwa dia lapar. Contohnya seperti sahabat-sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil batu kemudian direkatkan diperutnya agar terlihat berjalan tegak tidak seperti orang lapar”.

“Ketika orang sembahyang, shalat berbaring (barabah), ba-tilantang (dimana) shalat itu wajib berdiri (tapi) kalau dia tidak sanggup berbungkuk, tidak sanggup duduk, tidak sanggup berbaring, tidak sanggup telentang (maka) kalau dia shalat tidak sanggup bertelentang maka wajib kepalanya itu ditinggikan agar dadanya menghadap kiblat, karena wajib pada shalat berdiri, duduk, miring, bertelentang itu dadanya menghadap kiblat. Kapan shalat tidak menghadap kiblat ? (yaitu) ketika dia sudah tidak berfungsi alat panca inderanya, yang hanya shalat menggunakan bayangan pikiran, itu tidak wajib lagi menghadap kiblat. Lalu ketika ada orang yang apabila kepala ditionggikan maka dia kesulitan bernafas maka kepalanya tidak usah ditinggikan, dadanya tidak menghadap kiblat, maka yang dihadapkan ke kiblat adalah telapak kakinya”.

Drs. H. TAJUDDIN NOOR


Drs. H. Tajuddin Noor, lahir di Alabio, Minggu, 30 Januari 1955 (bertepatan dengan 6 Jumadil Akhir 1374 H). Sebelum menjabat sebagai Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Hulu Sungai Utara periode 2016 – 2021, beliau memangku jabatan sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Model Amuntai.

Diantara kalam beliau:

“Baznas merupakan lembaga pemerintah non struktural yang bersifat mandiri yang berazaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi  serta akuntabilitas. Tujuan baznas meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Tujuan Basnas berkelanjutan agar masyarakat tanpa ada kemiskinan, tanpa ada kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan, mengurangi kesenjaangan, pertumbuhan ekonomi dan  pekerjaan yang layak, pendidikan berkualitas, air bersih dan sanitasi, energi bersih dan terjangkau, konsumsi dan produksi bertanggungjawab serta kemitraan untuk mencapau tujuan. Sedangkan yang menjadi tugas Baznas adalah menghimpun,menyalurkan dan melaporkan dana ZIS sesuai audit syariah dan akuntansi publik”.

“Zakat fitrah yang dikeluarkan oleh setiap orang sesuai yang dikonsumsinya, sesuai madzhab Syafiu’i, dimana nilai beras setiap orang setara dengan 3,4 liter (10 kaleng susu). Jika yang dimakan beras jenis mayang Rp. 40.000,- per jiwa dan dikalikan sesuai jumlah jiwa dalam suatu keluarga.  Jika beras unus Rp. 35.000,- per jiwa, Siam, Karau Dukuh dan sejenisnya Rp. 30.000,- serta Ciherang Rp. 22.000,- per jiwa”.

Ustadz IMANSYAH HADI

                                          


Ustadz Imansyah Hadi adalah salah seorang da’i ilallah dari Desa Teluk Paring, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Kita hidup ini nang penting mun kawa handak bahujung (ingin untung), ada barakahnya jar urang. Hidup kita ini perlu banyak barakah. Napa arti barakah? y yaitu Ziyadatul khair. Ngaran barakah itu bertambah masalah (perihal) kebaikannya. Umur kita panjang kawa membawa kepada kebaikan. Awak sehat kawa membawa kepada kebaikan, ilmu barakah kawa menyampaikan kepada orang lain, atau kawa ma-ajar dan kawa ma-amalakan pulang”.

“Dosa itu bisa menjadi penghalang bagi kita. Orang bisa masuk neraka itu asbabnya yang pertama adalah dosa. Bila dosa kita ada otomatis orang itu bisa kada kawa masuk ke dalam sorga”.

Ustadz DIMYATI

 


Ustadz Dimyati adalah salah seorang da’i ilallah dari Desa Pinang Habang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Kesalahan kita itu bisa berupa zahir kita yang berbuat salah, bisa juga nang berbuat salah itu bathin kita. Kalau yang berbuat salah itu zahir kita, maka disebut dengan maksiat zahir, bila yang berbuat salah itu bathin kita, maka berarti itu maksiat bathin ngarannya. Maksiat zahir itu apa? Yaitu segala maksiat yang dikerjakan oleh anggota badan yang tujuh. (seperti) telinga suka mendengarkan orang mengghibah, mata kada dijaga sehingga melihat kepada yang diharamkan Allah, lidah kada dijaga seperti mengghibah, memfitnah,mengadu domba, mencaci maki, mengajarkan ilmu sesat, dan lain-lain. Tangan seperti mengambil hak orang lain. Perut dimasukkan sesuatu yang haram. Kemaluan dimasukkan kepada yang kada halal. Kaki dilangkahkan kepada sesuatu yang diharamkan Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka 7 anggota tadi apabila digunakan untuk mengerjakan dosa itu ngarannya maksiat zahir.  Adapun maksiat bathin adalah yaitu segala maksiat yang ada di dalam hati kita, seperti dengan orang merasa dengki.  Napa artinya dengki? Melihat orang mendapat nikmat hati kada nyaman. Juga sombong, merasa hebat dari orang lain”.

“Rasulullah itu orang yang sangat tawadhu’, (dimana) Rasulullah itu orang yang ma’shum, orangyang kada badosa. Tapi lihat apa yang dikerjakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “bertaubatlah kepada Allah, maka sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah tiap-tiap hari 100 kali”, dalam riwayat lain 70 kali. Coba lihat, Rasulullah orang yang kada badosa tapi tetap suka minta ampun. Ini menandakan bahwa Rasulullah itu adalah orang yang tawadhu’. Dan orang yang tawadhu’ karena Allah maka derajatnya akan selalu diangkat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala”.

KH. ABDUL HAMID

                                            


KH. Abdul Hamid bin H. Syarkawi adalah salah seorang ulama tawadhu’ dari Desa Keramat, Kecamatan Haur Gading, Kabupaten Hulu Sungai Utara.