Rabu, 04 Maret 2020

Ustadz H. AHMAD JUNAIDI (Guru Anum)



Ustadz H. Ahmad Junaidi (Guru Anum) lahir diAmuntai, Sabtu, 18 September 1976 (bertepatan dengan 24 Ramadhan 1396 H). Adalah putra dari KH. Ahmad Riduan bin KH. Ahmad Dahlan. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Lok Bangkai (6 tahun), beliau kem,udian melanjutkan ke Pondok Pesantren “Rasyidiyah Khalidiyah” (Rakha) Amuntai, setelah itu menimba ilmu lagi ke Pondok Pesantren “Darussalam” Martapura sampai selesai.

Di Amuntai beliau berguru terutama dengan KH. Kasyful Anwar (Pimpinan Ponpes “Nurul Muttaqin” Sungai Karias) tentang ilmu tauhid, dan dengan KH. Ahmad Mukti (Pimpinan Ponpes “Raudhatut Thalibin”) tentang ilmu Fiqih.

Sedangkan guru-guru beliau sewaktu di Martapura, diantaranya KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul). KH. Mu’adz Hamid (Pasayangan), KH. Abdul Syukur (Teluk Tiram), KH. Muhammad Rosyad, dsb.

Aktifitas keseharian adalah di sampimng mengajar di Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin dan Ponpes Kasyful Anwar (Kasywa) Amuntai, beliau juga meneruskan kegiatan Majelis Taklim “al-Ikhwan” dengan pembacaan Maulid Simthud duror” dan ceramah agama pada setiap mal;am Rabu dan Malam Sabtu.

Diantara kalam beliau:

“Allah Subhanahu wa ta’ala mengirim suatu musibah pasti ada hikmahnya, dan diantara hikmahnya adalah yang dulunya kita sering bepergian atau bahasa amuntainya tulakan, bajajalanan kamana-mana, nah sekarang kita ini disuruhakan untuk selalu berada dirumah masing-masing untuk menghindari penyebaran dari virus corona. Kemudian hikmahnya lagi, yaitu kita selalu disuruhakan untuk bersih, bersih lingkungan, bersih keluarga, bersih rumah tangga, karena Allah Subhanahu wa ta’ala, innallaha nazhiifun yuhibbun nadzaafah (sesungguhnys Allah itu bersih, mencintai kebersihan (HR. Tirmidzi). Jar Nabi, Sesungguhnya Allah itu Nadziifun, bersih dan katuju orang yang bersih. Jadi dalam menyikapi mewabahnya virus corona ini, kita harus bersih diri, bersih lingkungan, bersih rumah tangga, dan lebih aula lagi bersih hati daripada bersifat nang kada baik”.

“masalah menangkah wabah, diantaranya menurut kalam al-Imam al-Hafizh al-Habib Umar bin Hafidz, (bahwa) yang paling afdhal, yang paling hebab penangkal itu yaitu banyak-banyak muntung (mulut) ini membaca istighfar. Itu lebih hebat dari pada (maaf) masker yang kita pakai. (dimana) jika setiap hari kita beristighfar, subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isya’. Insya Allah terhindar kita daripada bala’, dan juga dari Nabi kita : “Barangsiapa yang beristighfar setiap hari 70 x maka Tuhan ampuni dosaya 70.000 tahun.” Jadi istighfar ini luar biasa”.

“Jadi Allah mengirim ujian (dengan) beberapa musibah berupa penyakit ini supaya kita orang Islam ini makin menghampirkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala”.

“Cara lainnya untuk menangkal wabah (virus corona, dsb) yaitu diantaranya adalah dengan mengamalkan sunnah-sunnah Nabi kita. Diantara sunnah-sunnah Nabi kita yaitu sebelum berwudhu sunnah kita membasuh telapak tangan 3 kali, ini mambarasihi virus-virus yang ada ditangan kita. Memang ada rahasia dibalik sunnah Nabi, kemudian sesudah itu, kita juga disunnahkan memasukkan air ke muntung (mulut) kita dan hidung kita. Afdhalnya langsung (dimana) cibuk ambil banyak langsung hirup ke muntung (berkumur-kumur, pen) sebagian, ke hidung sebagiannya lalu hembuskan, ulangi 3 kali, itu mambarasihi kumun yang ada dimuntung dan kuman yang dihidung, dan ini rahasia yang luar biasa. Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa yang sedemikian itu adalah obat penyakit stroke, masukkan banyu ke muntung dan ke hidung itu dapat mengobati penyakit stroke asal istiqamah manggawi (mengerjakannya)”.

“wali qutub itu artinya man jama’a bainal ilmi wa ‘amali wal balwa / baliya, yaitu orang yang mengumpul ilmu alimnya luar biasa amaliah beliau banyak serta ujian kada sing hentian. Jadi ciri orang yang menjadi wali qutub itu orangnya alim, amalnya banyak serta ujian datang terus kepada orang yang bersangkutan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar